Yesha mengayunkan kakinya selagi bosan menunggu. Hari ini jadwal dia untuk check-up perihal tulangnya yang patah kemarin. Dia datang bersama Winar yang nantinya akan di jemput untuk pulang oleh Lucas. Begitu memang keseharian mereka, jika semua orang sedang ada jadwal berbarengan dan kebetulan urusan rumah juga sedang urgent, mereka akan membagi jadwal masing-masing. Seperti Winar yang hari ini bisa masuk siang, jadi dia bisa mengantar Yesha ke rumah sakit. Karena dia tidak mengantar Yesha pulang, maka Lucas yang bertugas menjemputnya nanti.
Awalnya Yesha akan pergi bersama Kenan, tapi dia pasti akan sangat sibuk, paling-paling hanya bisa mengantarnya untuk check up, sisanya Yesha harus mengurus urusannya sendirian. Tentu hal itu tidak di setujui semua orang dirumah, Yesha juga masih sedikit takut jika harus bepergian dengan transportasi online. Meskipun takdir manusia siapa yang tau, tapi rasanya Yesha belum siap saja.
"Denger kan kata dokter tadi? Kamu tuh udah tau masih sakit masih aja kesana kesini, petantang petenteng, ngelakuin ini itu, udah tau tanganmu masih sakit. Lama kan sembuhnya kalo gitu terus?". Winar langsung mengomel begitu keduanya keluar dari ruang dokter. "Jangan dulu nganggap kamu udah sehat Yesha, kita sedih tau setiap liat kamu ngeluh sakit, pegel, gatel. Mulai sekarang jangan petakilan dulu, mau sembuh enggak kamu?".
"Abang galak banget ihhh...". Yesha merengek. "Iya, tadi udah dengerin kata Ibu dokternya".
"Jangan iya-iya aja tapi lakuin juga. Kamu harus sayang sama badan kamu sendiri, kalau sakit jangan di paksain, kalo ngerasa bisa jangan terlalu di forsir, tubuh kamu juga perlu melakukan tugas sesuai porsinya masing-masing. Ngerti gak kamu?".
"Iya Abang mengerti". Yesha tersenyum paksa.
"Pulang dari sini, istirahat! Inget kata dokter istirahat, awas aja kalo bandel. Kamu tuh ya kalo Abang yang ngasih tau susah banget nurut, tapi kalo Mas Tresna yang—loh?". Winar celangak-celinguk saat tidak melihat Yesha di sampingnya. "Kemana dia?".
Yesha tidak lagi mendengar suara Winar setelah dia tanpa sengaja melihat siluet orang yang dia kenal. Dia pun tidak menghiraukan Winar dan lebih memilih mengikuti orang tersebut secara diam-diam. Jika dia tidak salah lihat orang yang sedang dia ikuti ini seperti Ayah. Tapi rasanya tidak mungkin jika dia ada disini, terakhir kali Ayah memberi kabar, dia masih ada di Surabaya.
"Yesha?".
Merasa di panggil Yesha menoleh. "Kak Tama hehe halo...".
"Lagi ngapain disini?".
"Itu... abis control tangan". Dia menunjukan gipsnya.
"Sendirian?".
"Sama Bang Winar, tapi kepisah tadi".
"Mau aku temenin nyari Winar?".
Kepala Yesha menggeleng. "Enggak usah Kak, nanti aku bisa cari sendiri. Makasih sebelumnya ya".
"Yaudah kalo gitu, aku juga harus ke ruangan. Duluan ya Yesha?".
Yesha hanya mengangguk seraya tersenyum manis. Dia kembali mencari-cari seseorang yang tadi mirip Ayah, tapi ternyata dia tidak menemukannya, mungkin dia sudah pergi. Sepertinya karena Yesha terlalu merindukan Ayah, jadi dia sampai salah mengira orang. Dia mengangkat bahunya tidak ambil pusing, dia yakin pasti hanya salah melihat saja. Mana mungkin Ayah ada disini sekarang.
Sementara Winar sedang kebingungan sekarang. Bukannya menemukan Yesha, dia malah bertemu dengan Lucas. Laki-laki jangkung itu juga jadi ikut bingung saat mengetahui adik bungsunya hilang. Lagi pula ada saja kelakuan Yesha yang sulit ditebak seperti sekarang. Kan kalau benar hilang bisa habis di omeli Kenan nanti mereka.
"ABANG!!!!".
Lucas dan Winar langsung menoleh saat mendengar suara cempreng yang amat sangat mereka kenali. Itu Yesha, yang sedang melambaikan tangannya dengan senyum 3 jari khas andalannya. Dia berlari kecil menghampiri Lucas dan Winar, tapi belum sempat dia berdiri dengan sempurna, Winar langsung menjitak kepala Yesha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Yesha || Liu Yangyang
FanficMenjadi bungsu dari 7 bersaudara terkadang membuat orang lain menganggap hal tersebut hanyalah omong kosong. Di jaman sekarang, siapa orang tua yang memiliki banyak anak? Jawabannya adalah keluarga Alwira. Meskipun bukan satu-satunya keluarga dengan...