38 : Liburan Setitik (1)

2.3K 273 82
                                    

Jatah surat izin Yesha selama sakit sudah berakhir besok. Sudah lebih dari 1 minggu Yesha hanya diam dirumah. Tapi sayang seperti yang sudah di sampaikan Herlan akan ada libur sampai hari Senin karena sekolah sedang mempersiapkan ujian untuk siswa kelas 12. Yesha sampai harus belajar dirumah bersama Kakak-kakaknya demi mengerjark ketertinggalan.

 Rasanya baru kemarin dia menjadi siswa kelas 12, kenapa sekarang dia sudah mau mengikuti ujian lagi. Untungnya Herlan setiap pulang sekolah mau bersuka rela datang ke rumah untuk memberikan materi yang tidak bisa Yesha pelajari di sekolah. Meskipun harus ada imbalan berupa jajanan dan cemilan. Anak itu jika tidak memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan bukan Herlan namanya.

"Besok lo mau pergi?". Yesha bertanya, dia sedang bersama Herlan sekarang.

"Mau pergi ke Semarang gue di ajak Daddy liburan setitik".

"Lo tuh manggil Bokap lo apa sih sebenernya? Bentar-bentar Ayah, terus Daddy, terus Papi".

"Gimana tampang aja sih, hari ini dia lagi keliatan banyak duit jadi gue panggil Daddy".

"Terus kalo dia keliatan enggak punya duit?".

"Gue panggil aja namanya".

Yesha memukul kepala Herlan. "Azab aja takut ngeliat lo".

Herlan tertawa kemudian memasukan buku-buku yang berserakan di depannya. Mereka baru saja membahas materi yang hari ini Herlan pelajari disekolah. "Gue balik ya? Kata anak-anak kalo udah beres ujian nanti kita makan-makan".

"Makasih ya Herlan?".

"Sama-sama, ini gue bawa ya. Byeee anak bayi". Herlan meraup chiki yang masih tersisa beserta minuman boba yang dibelikan Lucas tadi. 

Yesha menggelengkan kepala, sudah terlalu biasa melihat tingkah Herlan. Datang-datang meminta makan, pulang bawa makanan dan minum sudah seperti datang ke acara hajat saja. Tapi tidak apa-apa sih, Yesha tidak merasa di rugikan karena yang rugi hari ini adalah Lucas. Karena tidak ada orang selain Lucas, Abangnya itu terpaksa membelikan makanan untuk Yesha dan Herlan.

Rasanya Yesha seperti melihat rombongan keluarga yang baru saja pulang karya wisata. Dia baru saja akan menutup pintu tapi suara kendaraan yang datang dari luar mengurungkan niatnya. Mobil Winar, Tresna dan Kenan datang bersamaan begitu juga Hamas yang di bonceng Juna. Kadang dia tidak bisa berpikir secara realistis jika semua Kakaknya datang berbarengan seperti sekarang. Memang sore hari waktunya mereka pulang, tapi jika datang bersamaan seperti ini rasanya membuat Yesha tidak habis fikir.

"Ngelamun di depan puntu nanti jodohnya susah".

"Amit-amit". Yesha mendelik pada Juna kemudian masuk ke dalam rumah.

Kenan membawa beberapa plastik yang berisi makan untuk mereka. Lucas tadi mengeluh uangnya di rampok oknum bersnama Yesha karena meminta jajan ini itu. Padahal Kenan tau itu hanya akal-akalan Lucas supaya dibelikan makan, tapi Kenan tetap saja menurut dengan alasan sekalian untuk yang lain. Padahal yang lain tidak meminta apa-apa.

"Adek panggil Lucas".

"Iya sebentar". Yesha sedang sibuk bermain pou di ponselnya.

"Yeshaaaa".

"Iyaaa".

Kepala Kenan menggeleng saat dia mendengar gerutuan si bungsu. Dia itu kadang tidak menurut jika di suruh melakukan sesuatu. "Juna tolong ambil piring ya?". Yang di balas Juna dengan mengangkat jempolnya karena dia sedang minum.

Akhirnya setelah mereka membersihkan diri, kecuali Lucas dan Yesha yang tidak kemana-mana hari ini, mereka sudah berkumpul di meja makan. Hari ini Kenan membeli olahan seafood dan olahan sayur, tentu di rumah ini mereka harus siap menjadi kambing karena setiap hari Kenan akan memasak atau membeli sayur. Sedangkan anak bontot Hamas dan Yesha sangat tidak menyukai makanan itu, jadi mereka sering mengelabui Kenan dengan cara memberikan jatah sayurnya kepada Lucas.

Diary Yesha || Liu YangyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang