Tahun ajaran baru biasanya tidak sesibuk sekarang, setelah masa MPLS selesai dan sekolah kembali berjalan normal, Yesha tidak pernah menyangka menjadi siswa kelas 12 SMA akan sangat melelahkan. Ngomong-ngomong Ibu dan Ayah sudah pulang pada hari Minggu malam. Yesha sempat protes karena sulit menghubungi keduanya, tapi Ayah hanya tertawa sebab sudah merasa itu bukan masalah yang besar. Dengan sabar Ibu menjelaskan kegiatan yang mereka lakukan selama disana dan untungnya Yesha langsung mengerti.
Sekarang sudah lewat dari 1 bulan Yesha menjadi siswa kelas 12 tapi rasanya dia ingin cepat-cepat lulus saja. Tapi kata Hamas justru dia ingin kembali ke SMA setelah dia sudah resmi menjadi mahasiswa sejak 2 Minggu yang lalu. Lain halnya dengan Juna, katanya maklum mereka masih butuh adaptasi. Jadi dengan sabar Kakak-kakaknya di rumah memberi mereka dukungan agar tidak salah jalan.
"Ibu, aku mau ikut lomba boleh?". Yesha bertanya setelah mereka selesai sarapan, masih ada waktu sebelum mereka memulai kegiatan hari ini. Kecuali untuk Tresna yang mungkin sekarang sudah sibuk di jalan.
"Lomba apa Dek? Enggak akan keteteran? Udah kelas 12 loh".
Yesha mengeluarkan 3 buah brosur dan formulir dari dalam tasnya kemudian menyerahkannya pada Ayah, Ibu dan Kenan. "Aku dapet dari Guru".
Hamas, Lucas, Winar dan Juna membulatkan matanya. Adik bungsunya ini dari dulu sering sekali di incar para Guru untuk mengikuti lomba, nasib memang. "Itu lomba apa aja?". Tanya Juna.
"Yang satu lomba Festival Musik, yang satunya lomba Olimpiade IPS, terakhir apa itu aku belum baca hehe".
"Karya tulis". Jawab Ayah. "Ini kamu mau ambil semuanya?".
Yesha menggeleng bingung. "Katanya sih lebih baik semuanya di ambil sebelum sibuk ujian".
"Kamunya sanggup enggak?". Ibu mengusap tangan Yesha. "Kalo enggak, ambil salah satu aja. Prioritaskan mana yang bisa kamu ambil".
"Kamu tuh makanya jangan pinter-pinter Dek". Ayah terkekeh. "Dari dulu sekalinya ada tawaran lomba pasti lebih dari 1".
Yesha tidak menjawab, kembali menarik brosur dan formulir yang sudah di tumpuk menjadi satu. "Aku berangkat aja ah, pusing mikirinnya".
"Berangkat sama siapa hari ini?".
"Aku Bu". Winar menjawab pertanyaan Ibu sekaligus pamit. "Pamit yaaa...".
Yesha ikut pamit bersama Kenan. "Dadah... hehe Assalamualaikum".
Setelah mengantar Anak-anaknya pergi ke tujuan masing-masing, Ayah menatap Hamas, Lucas dan Juna. "Kalian ngapain masih disini?".
"Libur hehehe...". Jawab Juna.
"Pantes bau". Ayah buru-buru pergi sebelum di amuk 3 anak bongsornya.
----
Winar menurunkan Yesha tepat di depan gerbang sekolah. Selama perjalanan mereka bercerita banyak hal. Minggu depan Winar sudah wisuda dan kabar baiknya dia juga sudah di terima di Perusahaan tempatnya magang. Yesha ikut senang mendengarnya karena dia tau untuk sampai pada tujuannya yang ini, perjalanan Winar tidak mudah. Ibu dan Ayah sempat meragukan Winar saat dia meminta izin untuk masuk jurusan arsititektur. Namun setelah di jelaskan dan Winar berjanji akan kuliah dengan bersungguh-sungguh, Ibu dan Ayah pun mengizinkannya.
"Hari ini Abang jemput?".
Yesha menggeleng. "Aku bisa minta tolong orang rumah, Kak Hamas, Kak Juna sama Bang Lucas lagi libur. Abang pulang aja ke rumah langsung".
"Yaudah, selamat belajar Yesha".
"Selamat bekerja juga Abang". Yesha melambaikan tangannya.
Sebelum pergi ke kelas, Yesha mampir ke ruang Guru untuk mengumpulkan formulir perihal lomba yang akan dia ikuti. Setelah memberi salam dan sapaan kakinya mengarah menuju salah satu Guru yang kemarin memberikannya formulir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Yesha || Liu Yangyang
FanfictionMenjadi bungsu dari 7 bersaudara terkadang membuat orang lain menganggap hal tersebut hanyalah omong kosong. Di jaman sekarang, siapa orang tua yang memiliki banyak anak? Jawabannya adalah keluarga Alwira. Meskipun bukan satu-satunya keluarga dengan...