"Kamu kenapa ngeliatin Ayah kayak gitu?"
Yesha mengerjap saat Ayah bertanya. Beberapa saat lalu kondisi Ayah jauh lebih stabil dan dia bisa bicara meskipun masih lemas dan sedikit tidak jelas. Kabar baik yang di terima Yesha membuat anak itu tidak melepaskan pandangannya dari Ayah barang sedetik pun.
"Aku kangen tau.."
"Bohong jangan di dengerin." Hamas yang tadi datang bersama Lucas dan Tresna mencibir.
Mata Yesha langsung memincing tajam. "Apasih? Sirik aja, sana mending diem aja di hotel biar di culik genderewo terus ilang dari bumi."
"Jangan berantem ya ampun Ayah baru stabil jangan sampe kumat lagi gara-gara kalian berantem!" Lucas memperingati karena khawatir Ayahnya akan shock jika melihat kelakuan dua adiknya yang jarang sekali akur.
"Kalian tuh jangan berantem terus, kasian Kenan tiap hari curhat katanya Yesha sama Hamas berantem terus."
"Kakak yang mulai, aku diem juga kemarin tiba-tiba di olesin minyak kayu putih tau. Mana ngolesinnya ke mata."
"Dih! Kamu juga suka gitu, kemarin aku lagi diem tiba-tiba di stelin yasin di kuping. Di pikir aku mati apa?" Hamas mengadu, "Belum lagi kalo aku lagi di kamar tiba-tiba masuk abis itu keluar tapi gak nutup pintu."
"Kakak duluan ya wak—"
"Ya Allah udah!" Tresna segera membekap mulut Yesha, "Ini rumah sakit malah berantem terus gimana sih? Ayah lagi sakit loh itu."
Sementara yang di sebut hanya terkekeh. Ayah cukup senang melihat anak-anaknya berkumpul sekarang. Tinggal menunggu Kenan dan Winar maka 7 laki-laki yang sudah tumbuh dengan sehat ini akan benar-benar lengkap. Meskipun baru 5 orang yang datang tapi kamar rawat Ayah sudah penuh. Apalagi dengan celotehan Yesha dan Hamas yang tidak berhenti bertengkar. Mungkin jika Ayah berada di kamar biasa yang mengharuskan berbagi dengan pasien lain mereka akan di usir sebab menimbulkan keributan yang tiada henti.
Walaupun kondisi Ayah masih jauh dari kata baik-baik saja, tapi setidaknya dokter sudah berkata bahwa semua dalam kondisi stabil. Namun itu tidak berarti Ayah bisa di katakan sudah membaik. Untuk bernafas saja masih harus menggunakan alat bantu juga beliau bisa terlalu banyak berbicara. Kehadiran anak-anak di sisinya sudah cukup membuat Ayah merasa tenang. Ayah tidak berharap untuk sembuh ataupun pulih secepat yang dia mau, dengan kedatangan Yesha dan Kakaknya yang lain saja sudah cukup untuk membuat Ayah senang bukan main. Urusan sembuh atau tidak itu biar jadi urusan nanti, sekarang yang terpenting dia bisa menikmati celotehan anak-anaknya yang sudah lama tidak dia dengar.
Tidak ada yang pulang ke hotel begitu jam hampir menunjukan tengah malam. Yesha si pelaku tidak mau kemana-mana memaksa agar tetap tinggal di rumah sakit dengan alasan masih merindukan Ayah. Sulit memang untuk menjauhkan anak Ayah ini, Yesha memang sangat menempel pada Ayah jadi Tresna pun mewajarkan sikapnya kali ini. Alhasil anak bungsu itu tidur di tempat khusus menjaga pasien sedangkan Kakaknya yang lain tidur di sofa dan kasur lipat yang di bawa oleh saudaranya tadi. Karena Yesha tidak pulang maka Hamas, Tresna, Lucas dan Juna pun ikut menginap, mereka tidak mau menginap di hotel sendirian karena rasanya pasti akan sangat membosankan. Meskipun harus berdesak-desakan tapi tidak apa-apa mereka tetap merasa nyaman asal itu bersama.
"Ayah? Belum tidur?" Lucas yang bangun karena haus bertanya.
"Belum, kayaknya Ayah kelamaan tidur jadi sekarang enggak ngantuk."
"Tapi Ayah harus banyak istirahat."
Ayah tersenyum saat melihat anak bongsornya duduk di samping ranjang. "Ayah tadi udah di omelin adek ini itu, Abang jangan ikutan ngomel juga dong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Yesha || Liu Yangyang
FanfictionMenjadi bungsu dari 7 bersaudara terkadang membuat orang lain menganggap hal tersebut hanyalah omong kosong. Di jaman sekarang, siapa orang tua yang memiliki banyak anak? Jawabannya adalah keluarga Alwira. Meskipun bukan satu-satunya keluarga dengan...