65 : Liburan Yukk...

2.5K 238 91
                                    

"Assalamualaikum..."

"Ya akhi... ya ukhtiiii!!! Adduuhh!!!"

"Yang bener kalo salam!" Yesha mendelik setelah dia berhasil memukul lengan Hamas.

Sedangkan yang dipukul hanya bisa mendengus tanpa berniat melawan. Keduanya baru saja sampai dan tidak mungkin Hamas sudah menimbulkan keributan. Apalagi suasana hati si pemilik tahta paling tinggi di rumah sedang tidak bagus. Sepanjang perjalanan yang biasanya di penuhi celotehan Yesha, tadi berubah menjadi sunyi senyap. Hamas juga tidak berani menganggu sang adik karena takut di omeli oleh salah satu saudaranya. Lebih baik mencari aman dengan menghindari si bungsu sampai perasaan anak itu membaik.

Yesha juga sedang malas mencari keributan sekarang. Setelah menyetorkan wajahnya kepada Tresna dan Kenan yang sedang memasak makan malam, dia langsung pergi ke kamar. Ngomong-ngomong kamar, pintu yang sempat rusak akibat di bobol Lucas kemarin sudah selesai di perbaiki. Kenan terpaksa harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal untuk mengganti pintu beserta engselnya yang lepas. Yesha sih tidak ikut andil, yang terpenting pintu kamarnya bisa kembali semula sehingga dia tidak perlu repot-repot menginap di kamar Kakak-kakaknya.

"Deekkk..."

Baru saja Yesha selesai mandi, pintu kamarnya sudah di ketuk dari luar. "Siapa?"

"Abangmu yang paling ganteng."

"MAAP LAGI GAK NERIMA TAMUUU!!!"

"Tega bener sama Abang!!"

"Bang Lucas bawa apa?"

"Gak bawa apa-apa."

"Jangan masuk berarti!"

"Eh bocah! Buka pintunya."

"Orang gak di kunci."

'Kalo bukan adek kesayangan gue udah gue pites-pites.' Lucas menyempatkan diri untuk mengomel dalam hati sebelum membuka pintu kamar Yesha, "Eh udah gening mandinya. Tadi Mas Kenan minta tolong ke Abang buat nyuruh kamu mandi."

"Aku mandiri kok anaknya, jadi enggak usah di suruh-suruh."

Ingin sekali Lucas mencocolkan wajah menyebalkan adiknya ke dalam wajan panas berisi ikan nila yang sedang di goreng Kenan tadi. Ucapan Yesha jelas-jelas tidak dapat di percaya. Mungkin hari ini dia sedang sadar saja sehingga Kakak-kakaknya tidak perlu repot-repot mengingatkannya untuk mandi sebelum makan malam. Biasanya juga dia harus di paksa terlebih dahulu untuk sekedar mandi atau membersihkan diri. Kenan seharusnya melihat peristiwa langka ini, Kakak pertamanya itu pasti akan luar biasa bangga.

"Gimana tadi sama Jingga? Udah berangkat dia?" Lucas lebih baik mengalihkan pembicaraan sebelum bibit-bibit jailnya muncul ke permukaan.

"Seneng, tapi ada sedihnya juga. Kita jalan-jalan ke SD, SMP juga, jajan-jajan gitu. Kayaknya sekarang udah sih dia." Jawab Yesha yang terlihat masih sulit menerima kenyataan.

"Adek sedih?"

"Enggak." Yesha tersenyum manis, "Kita udah janji buat melepas Jingga tanpa kesedihan. Lagian adek sama yang lain bangga banget sama dia. Jadi buat apa sedih kan?"

"Tapi belum rela ya?"

"Sedikit hehehe... gak apa-apa besok-besok pasti biasa aja kok, mungkin."

Lucas mengusap rambut Yesha gemas. "Biar enggak kepikiran turun yuk kebawah? Abang tadi bikin pudding sama Juna."

"Iya? Bisa emang?"

"Wesss jangan meremahkan Abangmu yang keren ini ya."

Yesha berdecih sebelum naik ke atas punggung Lucas. "Gendong tapi."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diary Yesha || Liu YangyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang