15 : Yesha Cape...

3.7K 357 29
                                    

Hamas menekuk wajahnya dia baru saja menerima panggilan dari Lucas. Winar bilang dia tidak bisa menjemput dan Lucas tidak mau mengeluarkan motornya. Alhasil dia harus pulang ke rumah menggunakan transportasi online. Padahal Hamas ini termasuk manusia yang jarang menaiki ojek online, dia sangat menyayangi motor scoopy hitam miliknya. Sayangnya hari ini dia tidak membawa motornya karena tadi berangkat bersama Kenan dan Juna. Hamas tau, pasti kedua Kakaknya memang malas untuk kembali ke rumah sakit sampai-sampai barang keperluan Juna dan Tresna pun di kirim melalui aplikasi online.

"Gak usah cemberut gitu, gak akan di culik juga". Juna sedang mentertawakan Hamas.

"Diem ah, besok aku abis kelas kesini. Mas Tresna ambil libur?".

Tresna mengangguk. "Tadi udah izin, untungnya di kasih. Besok selesai jam berapa?".

"Jam 1, sekitar jam segitu lah Mas". Hamas mengancingkan jacket nya. "Aku pulang dulu yaaa? Dadah hehe...".

Juna dan Tresna hanya mengangguk kemudian Hamas keluar dari ruang rawat setelah gojek yang dia pesan sampai. Tresna kembali ke sisi ranjang Yesha karena sejak tadi Adiknya tidak kunjung tenang, belum lagi dia terus berkeringat membuat Tresna harus menyekanya, khawatir Yesha akan masuk angin. Sementara Juna sedang mengerjakan tugas yang mulai menumpuk.

"Mas..". Yesha terbangun.

"Kenapa? Ada yang sakit?". Tresna berdiri. "Kenapa hmm?".

"Tolong naikin ranjangnya".

Tresna mengangguk kemudian mulai mengatur ranjang agar Yesha nyaman. "Udah?".

"Udah Mas". Yesha melirik ke sekitarnya, tidak ada siapa-siapa lagi selain Tresna dan Juna. Matanya menatap tas juga totebag berisi buku-buku kumpulan soal dan buku musik miliknya. "Tadi ada yang kesini? Kok ada tas aku?".

"Herlan sama yang lain tadi kesini". Juna yang menjawab, dia meninggalkan sejenak tugasnya. "Masih pusing enggak?".

"Herlan kesini?". Yesha mendadak merasa tidak nyaman, takut sahabatnya menceritakan masalahnya di sekolah.

"Nganter tas kamu itu sama barang-barangnya. Kenapa kamu kok kaget gitu?". Juna berusaha memancing.

Yesha cepat-cepat menggeleng. "Dia bawa buku latihan soal aku? Kak maaf tolong liatin".

Juna membuka tas dan totebag milik Yesha, dia terkejut saat melihat banyaknya buku yang dia bawa. "Yang mana Dek? Ini banyak banget".

"Semuanya, tolong di bawa kesini".

"Enggak usah". Tresna cepat-cepat menahannya kemudian matanya menatap Yesha. "Ini terakhir Mas ngasih tau, selama kamu sakit Mas enggak ijinin kamu pegang buku sama sekali, buku apapun itu. Yesha kamu lagi sakit tolong fikirin keadaan kamu".

"Tapi aku udah mendingan Mas, aku janji enggak bakal lama-lama. 1 jam aja ya Mas ya?".

"Yesha Braga Alwira, Mas bilang apa?".

Juna buru-buru mendekat, takut kejadian seperti Winar terulang kembali. "Udah Mas. Yesha belajarnya besok lagi ya?".

"Maaf Mas...". Yesha menunduk merasa bersalah.

"Mas keluar dulu, nyari kopi". Tresna menghela nafas lalu keluar, dia butuh mendinginkan fikirannya.

"Mas—".

"Kamu sama Kakak dulu yaaa?". Juna menahan tubuh Yesha. "Mas enggak marah. Kamu tenang dulu oke?".

Yesha mengangguk namun matanya masih menatap pintu yang baru saja tertutup. Sebenarnya dia bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Akhir-akhir ini ambisinya untuk memenangkan lomba entah kenapa seperti tidak masuk akal, rasanya jika dia gagal dia akan mempermalukan keluarga apa lagi Kakak-kakaknya. Tapi dia juga merasa ambisinya hanya membuat orang-orang di sekelilingnya kerepotan.

Diary Yesha || Liu YangyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang