45 : Cupang Untuk Abang

2.2K 321 148
                                    

Hari Minggu siang di bulan Ramadhan membuat Yesha bosan setengah mati. Mau main keluar Herlan sedang pergi acara keluarga, mengajak Renda atau Jevan sedang sibuk pacaran begitu juga Jingga. Padahal kata Pak Ustad kan tidak boleh. Boleh sih asal tidak pakai nafsu, sekedar jalan-jalan mencari baju lebaran mungkin masih di perbolehkan. Tidak tau juga Yesha bukan ahli Agama. Yang terpenting sekarang dia merasa bosan, Kakaknya yang lain belum ada yang bangun mentang-mentang semua libur sekarang.

Yesha akhirnya berjalan ke halaman belakang berharap menemukan sesuatu yang bisa membuat bosannya hilang. Sebelum ke halaman dia menemukan wastafel yang penuh dengan piring kotor, tapi mengingat tangannya masih belum sembuh mana bisa dia mencuci. Tapi sampai di halaman belakang tidak ada kegiatan apa-apa yang bisa dilakukan. Berenang? Oh tidak terima kasih, dia masih sayang kupingnya agar tidak di jewer Kenan.

"Manjat aja kali ya gue?". Gumam Yesha. "Yakali, gue di jadiin opor nanti. Abis ngapain dong gue? Nonton Tv isinya begitu semua marhaban tiba marhaban tiba, iyaa gue juga tau ini marhaban udah tiba, iya gak burung?". Dia bertanya pada ikan cupang milik Lucas.

Merasa semakin bosan karena harus bicara dengan ikan, Yesha kembali masuk ke dalam rumah. Dia hanya berjalan-jalan random di dalam, sesekali mengangkat sesuatu yang menarik perhatiannya. Ada PS 5 yang sudah lama tidak di mainkan, ada juga bekardus-kardus mainan milik dia, Lucas dan Hamas tapi masa iya dia bermain sendirian?

"Ngapain kamu?".

Yesha menoleh saat mendengar suara Winar. "Bosen...".

"Mau ikut Abang?".

"Kemana?". Mata Yesha berbinar.

"Ke WC, mandi".

"WINAR JELEK BANGET!". Yesha langsung berlari setelah mengucapkan kalimatnya.

"HEH SINI ENGGAK KAMU!!". Winar hanya bisa menarik nafas sabar saat melihat Yesha pergi ke luar rumah. "YESHA MAU KEMANA KAMU HAH? SINI BALIK!!!". Tapi apa Yesha peduli dengan teriakan Winar? Tentu saja tidak.

Setelah memastikan Winar aman dan sudah pergi ke kamar mandi, Yesha kembali masuk ke dalam rumah. Dia memilih pergi ke kamar Tresna saja itu juga kalau dia sudah bangun. Tapi kalaupun belum bangun Yesha dengan senang hati akan membangunkan Masnya, sudah mau setengah 12 siang masa belum juga bangun.

"Mas?". Yesha melongokan kepalanya.

"Sini masuk". Tresna yang sedang sibuk dengan laptopnya menepuk sisi kasur. "Kenapa?".

"Bosen".

"Sini tidur aja, kamu abis sahur enggak tidur lagi".

Kepala Yesha menggeleng. "Gak mau ah".

"Kamu lagi mikirin apa hmm?".

Yesha tidak langsung menjawab. Memang diantara yang lain Tresna yang paling paham tentang dirinya bahkan melebihi dirinya sendiri. Banyak yang ingin Yesha tanyakan tapi dia bingung mulai dari mana. Apa lagi saat melihat beberapa grafik yang ada di layar laptop Tresna, dia pasti sedang sibuk sekarang.

"Adek?".

"Gak tau, aku cuma bosen aja. Terus kepikiran sesuatu".

"Mau cerita sama Mas?".

"Mas lagi sibuk tapi".

Tangan Tresna terangkat untuk mengusak rambut Yesha. "Enggak kok, sini kalo mau cerita Mas dengerin".

"Abang udah cerita belum ke Mas?".

"Abang yang mana?".

"Bang Lucas".

Tresna mengangguk. "Kenapa? Kamu kepikiran sesuatu?".

"Iya, kenapa ya Mas? Ketika kita mencintai seseorang, kadang perasaan kita enggak bisa terbalas. Ada yang memang kayak Bang Winar sama Teh Dania, ada juga yang kayak Kak Juna, tapi Bang Lucas kayaknya memang enggak bisa melawan takdir ya?".

Diary Yesha || Liu YangyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang