3 : Hadeuh....

3K 427 52
                                    

Setelah seluruh keributan selesai untungnya seluruh siswa yang lain bisa kembali kondusif sampai selesai. Sebelumnya Yesha dan Herlan sudah melaporkan kejadin hari ini pada guru pembimbing juga Kepala Sekolah mereka. Setelah di beri masukan dan pendapat Calvin dan Jihan di izinkan pulang lebih awal sesuai keputusan bersama. Dan selama dia sekolah Yesha baru pertama kali melihat raut kebingungan dari kepala sekolahnya saat dirinya menceritakan setiap detail kejadian di bantu Herlan. Kepala Sekolah yang masih terlihat muda itu langsung pamit pulang bersama Jihan dan Calvin. Untuk selanjutnya Yesha tidak mau terlalu ikut campur, dia hanya berdoa agar keluarga Pa Kepala Sekolah selalu baik-baik saja.

Acara MPLS hari pertama baru saja selesai beberapa menit yang lalu. Herlan memutuskan untuk evaluasi di adakan setelah seluruh acara selesai. Awalnya evaluasi akan di lakukan perhari namun melihat raut kelelahan anggotanya Herlan jadi tidak tega. Akhirnya Renda memberi saran agar evaluasi diadakan ketika seluruh acara selesai dan Herlan menyetujuinya. Setelah acara benar-benar selesai seperti biasa yang selalu pulang paling akhir hanya Yesha dan ke-4 sahabatnya di saat yang lain ingin buru-buru pulang ke rumah.

"Kita lagi kita lagi...". Jingga melirik malas. "Naha (kenapa) ya? Kita teh suka banget pulang telat?".

Renda berbaring di atas karpet sambil mengunyah cilor hasil rampokan dari Jevan. "Ya gimana lagi? Betah kali".

"Ngarang". Jevan membantah, ikut memakan cilor di sebelah Renda. "Yesh balik sama siapa?".

"Bang Winar, gimana ya? Gue pake masker apa ya?".

"Buat apaan?".

"Ih gue males di omelin di jalan, nih bibir gue biru lebam". Yesha menjawab pertanyaan Herlan. "Bantuin kek".

Renda mengamati warna biru di sebelah kiri bibir Yesha. "Ganti kulit weh hehe".

"Borokokok hahahaha". Jingga tertawa. "Di kira si Yesha uler".

Sementara yang di beri saran menatap sepupunya antara percaya tidak percaya. "Terserah lo".

"Tapi gue kasian ya sama Calvin, Jihan sama siapa itu yang tadi mukul Yesha?". Tanya Jevan yang belum sempat mengetahui nama adik kelasnya.

"Esa". Jawab Renda dan Jingga berbarengan.

Herlan ikut duduk di bawah setelah memeriksa tugas siswa baru. "Namanya keluarga pasti punya masalah masing-masing. Cuma gue kaget aja sampe kebawa-bawa ke sekolah, MPLS hari pertama lagi".

"Kayaknya setiap keluarga punya caranya masing-masing kalo beresin masalah. Kan gue kalo ada masalah apa aja rapat meja bundar". Yesha menanggapi. "Isinya udah kayak sidang isbat tapi".

Jingga kembali tertawa, entah kenapa jika mendengar keluarga Yesha yang memiliki anggota yang banyak sangat menarik menurutnya. Lucu katanya seperti kurcaci.

"Gue berantem sama adek gue paling rebutan remot tv".

Renda mengangguk menyetujui ucapan Herlan.

Yesha berdiri membuat 4 pasang mata kompak melirik ke arahnya. "Balik duluan ya? Bang Winar udah di depan". Pamitnya.

"Yaudah hayuk kita juga balik". Herlan ikut berdiri di begitu juga dengan yang lain".

"Lah... dari tadi kalian nungguin gue di jemput?". Ke-4 orang itu mengangguk. "Ih terharu gue".

"Geuleuh pekok". Jingga mencibir sebelum keluar ruangan.

Koridor sekolah benar-benar sepi saat mereka keluar dari ruang OSIS. Setelah Herlan memastikan ruangan terkunci, 5 orang anak remaja itu menyusuri koridor yang terletak di area belakang sekolah. Sesekali menyapa penjaga sekolah mereka yang masih merapihkan kebun-kebun kecil yang di tanam oleh mereka sewaktu kelas X.

Diary Yesha || Liu YangyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang