Akibat dari tabrakan pintu yang mengharuskan Hamas terkapar, akhirnya laki-laki itu harus di larikan ke rumah sakit karena mulutnya tiba-tiba mengeluarkan darah. Lucas panik tentu saja, Yesha malah menangis karena tidak bisa membantu banyak. Untung Kenan yang di telfon Lucas langsung mengambil alih situasi, dia menyuruh Lucas untuk membawanya ke rumah sakit. Ternyata gigi Hamas copot sehingga membuat mulutnya berdarah, terpaksa gigi dia harus di cabut dan merelakan bagian gigi gerahamnya ompong. Kata Kenan tidak apa-apa nanti bisa di pasang dengan gigi palsu.
Sedangkan Yesha ditinggal dirumah setelah Kenan melarangnya untuk ikut. Kakaknya itu tau pasti Yesha akan panik dan malah membuat Kenan semakin pusing. Padahal belum ada 1 hari merek ditinggal pergi bekerja oleh Kenan. Sekarang Hamas sedang menunggu antrian obat bersama Lucas, sebenarnya Kenan juga ada di sampingnya sedang memijit pelipisnya yang setiap hari pasti terasa pusing.
"Lain kali apa lagi? Bisa-bisa rumah juga terbang kalo kalian berulah terus". Kenan mengomel. "Mas kan udah bilang, boleh kalian ngelakuin apapun asal jangan sampe diri sendiri celaka, ini baru gigi kalo hidung kamu patah gimana? Mau? Hidung patah enggak bisa ditambal ya!".
"Maaf Mas..". Hamas menunduk. "Lagian Adeknya kenapa coba buka pintu dadakan?".
Lucas menoyor kepala Hamas. "Pake nyalahin orang lain, mana tau Adek kalo kamu lari dalem rumah. Udah ini mah salah kira berdua, maaf ya Mas? Lain kali enggak janji tapi di usahain hehe".
"Haha hehe haha hehe... abis ini pulang, beli makan dulu di jalan. Jangan aneh-aneh lagi kalian! Inget Yesha juga belum sembuh. Sampe salah satu diantara kalian berulah lagi Mas bius kalian!".
"Iya Mas". Jawab keduanya kompak.
"Yaudah, Mas lanjut kerja lagi". Kenan meraih dompetnya kemudian menyerahkan uang. "Buat beli makan siang. Jangan boros-boro ya? Bentar lagi kalian udah harus bayar semesteran".
"Enggak usah Mas, aku masih ada kok kalo buat makan siang Adek sama Hamas". Tolak Lucas.
"Enggak apa-apa ambil aja, udah ya? Mas harus ke UGD lagi". Kenan menepuk bahu kedua adiknya sebelum pergi.
Lucas hanya bisa menatap punggung Kenan yang pergi menjauh. Menjadi tulang punggung keluarga tentu tidak mudah dilakukan. Apa lagi Kenan memberitahu Adiknya yang lain jika Ibu sudah tidak mengirim uang bulanan dengan alasan yang tidak jelas. Sementara Ayah hanya bisa mengirim setengah dari gajinya mengingat dia juga pasti punya kebutuhan lain. Sekarang mereka hanya bergantung pada Kenan, Tresna dan Winar.
"Cas". Hamas dengan suara yang tidak jelas memanggil, mereka sedang di jalan pulang.
"Apa?".
"Lo semesteran berapa?".
"Ya biasa, kalo sampe UAS nanti 6 jutaan lah, lo?".
"Sama... apa gue kerja aja ya?".
Lucas yang sedang menyetir mendelik. "Mau di cincang hidup-hidup lo sama Mas Kenan sama Mas Tresna?".
"Ya abisnya gue enggak enak, kemarin aja gue beli buku abis berapa".
"Lo berdoa aja biar rizky mereka lancar. Gue rasa mereka enggak akan ngijinin kita kerja deh, kuliah sambil kerja tuh enggak main-main. Jujur gue memuji orang-orang yang kerja sambil kuliah. Gue kadang ikut bangga juga karena enggak semua bisa kayak gitu. Termasuk gue sendiri. Serius deh, banyak doa aja supaya semuanya lancar".
"Hemat juga kali ya? Gue liat-liat si Juna juga jarang jajan sekarang, banyaknya malah bawa bekel".
"Nah iya, mulai sekarang jangan sering jajan. Tapi inget loh, jangan kasih tau Yesha. Nanti anaknya kepikiran, kasian mana mau ujian-ujian kan dia".
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Yesha || Liu Yangyang
FanfictionMenjadi bungsu dari 7 bersaudara terkadang membuat orang lain menganggap hal tersebut hanyalah omong kosong. Di jaman sekarang, siapa orang tua yang memiliki banyak anak? Jawabannya adalah keluarga Alwira. Meskipun bukan satu-satunya keluarga dengan...