Liburan yang tidak seberapa itu benar-benar harus berakhir selama 3 hari 2 malam. Setelah mereka mengistirahatkan diri dari hiruk pikuknya dunia, aktivitas sehari-hari mereka sudah menunggu. Tresna dan Winar langsung di sibukan dengan pekerjaan masing-masing begitu juga dengan Kenan. Lucas yang sebentar lagi akan naik semester sudah masuk pekan mendekati ujian. Juna juga sama, tapi setiap hari baginya sudah menjadi ujian. Kuliah di jurusan Psikologi mau tidak mau mengharuskannya menghafal banyak istilah asing dan beberapa teori maupun praktek, setiap hari rasanya dia ingin menangis saja. Berbeda dengan Hamas yang masih bisa haha hihi karena mata kuliah yang di ambilnya masih sebatas pengantar.
Tinggal anak SMA yang hari ini akan melaksanakan ujian, dia sudah rapih dan duduk manis di meja makan menunggu Tresna selesai membuat nasi goreng. Kakaknya yang lain belum bangun, masih tepar dan terbawa mimpi jadi dia terpaksa harus ikut bersama Tresna. Tadi ada Juna sih yang membantu dia bersiap untuk mandi dan memakai pakian, tapi setelah selesai dia tidur lagi karena mengeluh badannya pegal. Bagaimana tidak pegal jika selama perjalanan pulang kursi belakang mobil Kenan di dominasi olehnya yang tidur dengan posisi miring.
"Kartu ujiannya udah?". Tanya Tresna sambil menuangkan nasi ke piring Yesha.
"Udah, katanya kemarin di cetakin sama Renda, makasih Mas".
"Sama-sama, abis ini minum obat dulu terus berangkat. Kamu udah belajar?".
Kepala Yesha menggeleng. "Nanti kalo aku belajar, aku makin pinter, kalo aku pinter kasian mbak Najwa punya saingan".
Tresna menatap Yesha dengan pandangan aneh. "Jaka sembung bawa golok".
"Enggak nyambung goblok—aaa aduh aduhh sakit!!!".
"Siapa yang ngajarin kamu ngomong gitu?". Tresna menjewer kuping Yesha.
"Jingga... Jingga—aduh Mas sakitttt!!! Maaf iyaa maaf enggak diulang lagi".
"Awas kamu".
Yesha manyun seraya mengusap telinganya yang terasa panas. Salah dia juga sih, pasti Tresna baru saja memancing dia, tapi dengan bodohnya dia malah meneruskan pantun Tresna. Masih pagi tapi telinga kirinya sudah memerah dan sakit.
"Mas aku pake almamater cuma di sampirin gini keren banget ya?".
Rasanya hari masih terlalu pagi untuk Tresna menghadapi kelakuan aneh Yesha. "Kamu jangan kebanyakan main sama Lucas deh, jadi aneh gini". Tanggapnya sambil menalikan tali sepatu.
"Tapi iya enggak sih Mas? Liat ganteng kan aku?".
Mau menjawab tidak karena dia malah berpose imut, takut Yesha malah ngambek nantinya, mau dijawab iya juga masa Tresna sudah membuat dosa di pagi hari?
"Setengah-setengah deh, kamu lucu soalnya".
"Masa?". Yesha kembali melihat kaca jendela. "Ganteng ah, cocok jadi boyband".
"Dari pada kamu makin aneh, ayo cepet berangkat!".
Sambil tertawa Yesha akhirnya mengikuti Tresna untuk segera pergi. Hari ini Masnya tidak berangkat sepagi biasanya karena harus mengantar Yesha. Kadang dia tidak enak karena harus merepotkan, tapi meminta tolong pada yang lain juga mereka tidak akan menyanggupi mengingat mereka pasti kelelahan. Bukan berarti Tresna tidak lelah, tapi dia punya kewajiban yang harus dilakukan setiap pagi.
"MAS TRESNA!!!".
Yesha menolahkan kepalanya saat suara cempreng tetangga sebelah terdengar. Ada Herlan yang sedang berlari menuju halam rumah. "Kenapa lo?".
"Mas, aku ikut kesekolah ya? Soalnya Chintia lagi ngambek".
"Chintia siapa?". Tresna mengerutkan keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Yesha || Liu Yangyang
FanfictionMenjadi bungsu dari 7 bersaudara terkadang membuat orang lain menganggap hal tersebut hanyalah omong kosong. Di jaman sekarang, siapa orang tua yang memiliki banyak anak? Jawabannya adalah keluarga Alwira. Meskipun bukan satu-satunya keluarga dengan...