63 : Perpisahan

2.6K 296 141
                                    

Suasana haru di hari Minggu yang sedang turun hujan dengan intensitas sedang menyelimuti kediaman Alwira. Terutama pada si bungsu yang baru saja bangun tidur dan di suguhi pemandangan yang tidak mengenakkan. Sedangkan yang lain hanya bisa meringis seraya mengusap pundak Yesha berusaha menghibur sang adik agar tidak larut dalam kesedihan. Iya, di hari Minggu yang harusnya di nikmati dengan suasana damai dan tentram sekarang terpaksa mereka harus menghadapi keributan lagi. Ikan cupang Yesha mati entah karena apa, dugaan sementara karena Winar lupa memberi makan. Jadilah Yesha yang baru bangun harus berteriak dan menangis saat menemukan Burung dan Bebek mengambang tidak berdaya.

Seluruh penghuni langsung heboh, termasuk Lucas yang masih tidur nyenyak. Tadinya dia akan menikmati hari bersama hujan di bawah selimut tebal. Tapi agendanya harus batal karena Yesha membuat kegaduhan di pagi hari. Apalagi Kenan yang langsung berlari dari atas, dia fikir adik bungsunya terpeleset atau ada sesuatu yang terjadi mengingat kondisinya yang belum sembuh benar. Ternyata hanya karena 2 ekor cupang mati, kadang Kenan menyesal kenapa pula dia harus khawatir di saat dia tau kelakukan adik-adiknya terkadang berada di luar batas manusia normal pada umumnya.

"Udah yaaa nanti kita beli lagi." Tresna mengusap bahu Yesha, "Atau nanti nyari lagi sama Bang Yudhis ya?"

"Tapi itu ikannya mati Mas, kasian..."

"Nanti minta tolong Lucas buat di kuburin, sekarang ayo masuk dulu. Kamu belum sembuh nanti masuk angin."

Yesha menatap Tresna seraya mencebik. "Gak bisa di goreng aja?"

Juna yang berada di samping Yesha hampir saja menoyor kepala sang adik. "Dek yang bener aja, katanya kasian."

"Ya siapa tau?"

"Udah ayo Adek sama Mas aja, urusan ikan biar di urus sama Lucas ya?" Kenan menarik tangan Yesha.

Sedangkan Lucas hanya bisa berdiam mematung, ini kenapa setiap ada ikan mati harus di yang jadi tukang gali kubur?

"Baek–baek Bang, duluan yaaa? Permisi..." Hamas menepuk pundak Lucas sebelum pergi.

"Ngapain? Ayo cepet di kubur." Winar tiba-tiba datang bersama sebuah skop di tangan.

"Ini serius kita jadi tukang gali kubur?"

"Cepetan Cas, mau sarapan gak?"

"Yaudah iya tunggu."

Meskipun dalam hati Lucas terus menggerutu dan menyumpah serapahi Yesha, pada akhirnya dia tetap menerima skop dari tangan Winar. Hujan yang turun sejak pagi masih belum mau berhenti membuat suasana duka tiba-tiba terasa menyedihkan. Winar dengan setia tetap memayungi Lucas agar tidak terkena air hujan, sementara yang di payungi terus mengeruk tanah agar cukup di tempati 2 ekor ikan cupang yang sudah meninggal. Jika bukan Yesha pemilik ikan ini atau Kenan yang menyuruh dia menjadi tukang gali kubur dadakan, mana mau Lucas susah-susah begini.

"Udah belum Cas?"

"Dikit lagi Bang..."

Sedangkan dari dalam rumah, Yesha hanya bisa menatap ikan-ikannya nelangsa. Karena kemarin suasana rumah memang tidak kondusif membuat orang-orang lupa mereka masih memiliki hewan yang harus di beri makan. Untung saja 2 kucing yang ada di rumah tidak lupa di beri makan, jika mereka ikut meninggal mungkin seharian ini rumah akan banjir oleh air mata Yesha. Bebek dan Burung meninggal saja anak itu sudah menangis tersedu-sedu, bagaimana jika semua hewan peliharannya mati? Kenan bisa-bisa menyuntik mati dirinya sendiri saking tidak kuatnya menghadapi kelakuan adiknya.

Kemudian mata Yesha menatap akurium yang menyisakan 5 ekor ikan cupang dan 2 ekor ikan koi. Ikan koi yang baru datang kemarin itu hasil pemberian Winar, katanya agar Yesha tidak sedih lagi. Yesha tentu senang, dia langsung menamai ikan koi itu dengan nama Lele dan Nila lalu menyimpannya pada akurium yang di beli Winar juga. Namun sayang hari ini ikan cupangya harus meninggal, Yesha yang semula senang bukan main malah menjadi sedih.

Diary Yesha || Liu YangyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang