10. Kakak

3.6K 595 16
                                    

Gata sudah bersiap dengan memegang
bola basket, sementara Rara sudah fokus kepada bola yang ada ditangan Gata tersebut.

"Ets... tunggu dulu" sanggah Gata.

"Yang kalah kena hukuman" lanjutnya.

"Oke, apa hukumannya?" Tanya Rara.

"Hukumannya, kalau gue menang lo nggak usah deket-deket gue lagi. GUE GELI!" Jawab Gata.

"Hem... oke. Tapi kalau gue yang menang lo harus mau jadi kakak kedua bagi gue!" Ucap Rara.

"Oke, siapa takut?" Tanya Gata.

1, 2, 3 GO!

Dengan hebatnya Gata berkali-kali mencetak skor, sungguh itu membuat Rara sangat kesal.

"Woi ngalah dong sama anak kecil!" Teriak Rara.

Hem nggak bisa dibiarin, batin Rara.

Tak tahan dengan Gata, Rara langsung mengambil bola dari tangan cowok ketus tersebut dan... bugh! Satu skor untuk Rara Putri Pramuda.

Meskipun hanya satu skor. Tapi, itu sudah membuat Rara loncat-loncat kegirangan.

Gata menggelengkan kepalanya

"Cih, lebay!" Cibir Gata.

"Apa? Lebay? Menurut gue ini wajar!" Bantah Rara.

"Cus lanjut!" Ajak Rara.

"Dih, sombong!" Cibir Gata.

"Biarin wlee," ucap Rara sambil memeletkan lidahnya.

Untung adeknya Rangga, kalau bukan udah gue ceburin ke-empang! Tapi kenapa kalau didekat lo, gue jadi ngerasa nyaman? Batin Gata.

Karena terlalu hanyut dalam batin Gata lupa bahwa ia sedang bermain basket, melihat Gata tengah lengah Rara lagi-lagi berhasil mencetak skor.

"WUHUUU!!"

"WOI GUE MENANG!!"

Teriak Rara dengan bangga.

"Oke, jadi sekarang gue boleh panggil lo kakak?" Tanya Rara dengan senyum manis.

"Terserah!" Teriak Gata frustrasi

Dih, masih aja nyebelin. Untung sayang, batin Rara.

"Lo mau kemana?" Tanya Rara.

Tak ada jawaban dari cowok itu

Duh, apa Gata marah sama gue? Apa gue tadi salah ngomong? Perasaan nggak deh, batin Rara.

"T-tunggu!" Teriak Rara.

NGEENG
Namun, apa daya? Motor sport itu sudah terlanjur digas oleh siempunya.

Melihat langit sudah berganti menjadi senja, Rara juga pulang menuju rumahnya dengan sepeda warna biru pastel miliknya. Sepanjang Jalan hanya Gata yang Rara pikirkan.

Ck, masa sih marah? Cuma digituin aja marah. Tuh, dia juga lebay. Maksud gue kan mau nemenin dia, menarik perhatiannya, kok malah jadi kek gini sih? Batin Rara frustrasi.

Setelah sampai dirumah, Gata menatap langit senja sambil memikirkan kejadian yang baru saja yang ia alami dan kembali membatin.

Maaf ra, gue tadi nggak bisa jawab pertanyaan lo. Gue bingung harus jawab apa, ini semua demi GANASTA. Entah kenapa kalau gue didekat lo, gue selalu deg-degan. Jujur GUE TAKUT JATUH CINTA gue juga takut kalau lo akan menjadi seperti Riska. Tapi, lo menang pas main basket tadi dan lo bilang-

Flasback on
"Hukumannya, kalau gue menang lo nggak usah deket-deket gue lagi. GUE GELI!" Jawab Gata.

"Hem... oke. Tapi kalau gue yang menang lo harus mau jadi kakak kedua bagi gue" ucap Rara.

Flasback off
Kenapa lo minta gue sebagai kakak kedua bagi lo? kenapa nggak pacar aja? Atau lo udah tau peraturan GANASTA?

Dih, ngapain juga gue mikirin itu? Bagus dong dia cuma minta gue sebagai kakak, nggak lebih.

"Loh, anak mama ngapain disitu?" Tanya mama Risma

"Eh, mama. Gata lagi mengagumi ciptaan Tuhan, langit senja." Jawab Gata

"Oh" ucap mama Risma

Back to school

"Lo kenapa sih ta, diam aja dari tadi?" Tanya Rangga.

Gue harus bilang apa kalau ini masalah gue sama adeknya? Batin Gata.

"Nggak ko, gue nggak apa-apa" elak Gata.

"Oh" ucap Rangga.

"Kakak!" Seru Rara dengan mata berbinar

Sontak suara itu membuat GANASTA terkejut

ALLAHU AKBAR!

"Lah, ini bocah kenapa?" tanya Daffa heran.


"Tunggu dulu, yang lo panggil Kakak siapa?" Tanya Rangga.

"Gata" jawab Rara singkat

"Hah, jadi bukan gue?" Tanya Rangga memastikan

"Ho'oh," jawab Rara.

"Ck, sejak kapan lo panggil dia kakak?" Tanya Kenzo.

"Cih, bacot lo pada!" Ucap Rara.

"Kita ini semua juga Kakak lo Ra," ucap GANASTA.

"Ia Kakak, Kakak kelas!" Ucap Rara.

"Emang Gata kakak apa?" Tanya GANASTA.

"Kalau Gata kakak istemewa," ucap Rara sambil tersenyum manis.

"Yuk Kak, ikut Rara kekantin!" Ajak Rara sambil menarik-narik tangan Gata.

"Lepas Ra!" Bentak Gata.

Mendapat perlakuan itu Rara langsung melepaskan tangan Gata dan terdiam, senyum yang ia tampakan seketika menghilang.

"Lo boleh panggil gue Kakak," ucap Gata.

"Tapi ingat, kakak lo yang sebenarnya itu Rangga!" lanjutnya.

"Cih, tiap hari gue juga ketemu sama dia!" ucap Rara.

"Lagian ini kan sekolah kesempatan buat gue ketemu lo, kalau Rangga dirumah juga bisa!" lanjut Rara.

"Stop-stop!" Teriak Barra.

"Balik ke pertanyaaan awal, sejak kapan lo panggil Gata kakak?" Tanya Barra.

"Gue kalah main basket sama dia," ucap Gata santai.

"Pyeuh kalah, sama bocah lo kalah?" Tanya Daffa.

"Kemarin pas pertandingan menang, tapi lawan sama bocah kalah? Haduh..." ledek Barra.

"Diam lo!" Ucap Gata.

Nih yang buat rindu sama GARA 😊

GATARARA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang