GR - 44. Ditolak

3.1K 364 22
                                    

"Alhamdulillah Zidan udah sembuh," ucap Dokter membuat Mama Liza tersenyum.

"Fa, kamu tau nggak?" Oci lantas menghubungi Daffa itu dengan ponselnya.

"Tau apa sayang ...," tanya Daffa lembut.

"Kiw-kiw, sayang!" Goda Gata.

"Ehek, padahal gue udah seneng banget kemaren barentem. Eh sekarang malah sayang-sayangan," ucap Gilang.

"Zidan udah sembuh! Besok bisa sekolah lagi dan bisa ketemu aku," ucap Oci sumringah tanpa memperdulikan perasaan Daffa.

Cowok itu langsung membanting ponselnya kasar. "KENAPA NGGAK MATI AJA ANJ*NG?!"

"Tenang Fa tenang. Jangan kek Barra," ucap Aldi. Sontak hal itu mampu mamalingkan badan si empunya nama.

"Parah lo! Gue kira cuma pinter masalah pelajaran. Tapi ternyata juga pinter ngomongin orang," ucap Barra sok terdzolimi.

"Ya ... namanya juga manusia. Tidak luput dari kesalahan maupun dosa," ucap Aldi enteng.

"Duh Fa, napa tu hp pake dibanting segala? Kalo kek gitu yang mati hp lo! Bukan Zidan," omel Rangga.

"Maaf Mas ... aku khilaf," ucap Daffa anggun.

Tak henti-hentinya Oci memandang Zidan karena merasa bersyukur cowok itu belum bertemu dengan malaikat.

"EKHEM-EKHEM! Iya tau Zidan ganteng, tapi jangan diliatin terus. Kan lo udah punya Daffa, jadi Zidan buat gue!" Ucap Santi.


"Siti ropiah ... urangnya bungas ... anunya ganal ...," ledek cowok itu dengan menyanyi sekilas.

"BWAHAHA!" Ibram tertawa ngakak karena paham arti lagunya.

Tidak menghiraukan sekitarnya, Oci masih memandang Zidan sambil mengingat senyuman manis yang pertama kali Zidan berikan untuknya.

"Aw!" Oci menggigit bajunya karena salah tingkah membuat Zidan sadar bahwa ia sedang diperhatikan.

"Ci, cukup Zidan yang psikopat jangan lo! Masa baju digigit?" ucap Riska.

"Ngerusak halualisme gue aja lo!" Kesal Oci.

"Jangan kecewain Daffa Ci ...," bisik Rara membuat Oci terdiam.

"Andai aja, gue nggak pernah nggak naik kelas. Pasti sekarang gue udah sekampus dan bisa ketemu dia setiap hari," gumam Oci menyesal karena hanya bermain-main dalam pendidikan. Ia tidak menyangka jika hal itu juga berdampak dengan percintaannya.

"Sabar Ci, bentar lagi kita juga lulus," ucap Riska sambil mengusap bahu Oci lembut.

Kembali ke kampus Cahaya Dunia, Ganasta sudah duduk di kursi kantin sambil menunggu makanan yang dipesan.

"Oh Nadia ...," ucap Gilang dengan nada suara layaknya berpuisi dengan 1 kata dan 1 nama saat melihat Mita dan Nadia juga datang ke kantin.

"Gandengan sama sesama cewek mulu, sama cowok napa kali-kali. Gue siap kok, memperjuangkan cinta kita!" Lanjutnya dengan percaya diri. Sepertinya ia tidak jera mengejar cewek yang sudah pernah menolak cintanya itu.

"Kita? Maaf ya. Gue sama lo nggak akan pernah menjadi kita!" Ucap Nadia membuat secercah harapan yang tertancap di hatinya Gilang seketika punah.

"SEMAKIN KU KEJAR ... SEMAKIN KAU JAUH!" Ledek Kenzo tanpa dosa dengan lagu, berbeda dengan teman-temannya yang turut berduka cita atas meninggalnya harapan Gilang.

"Ada yang runtuh tapi bukan durian," ucap Gata teringat kartun asal Malaysia yang kerap ia sebut dengan Kembar Botak. Satu yang kalian harus tau, Gata heran pada kembar yang bersekolah TK itu. Bagaimana tidak? Sekolah dengan nilai bagus tapi tidak lulus-lulus.

"Ada yang patah tapi bukan tulang," timpal Barra dengan memasang wajah sok sedih.

"Dan itu adalah hatinya Gilang," sambung Daffa.

"CAKEP!" Ucap Rangga sambil mengacungkan jempol membuat Ganasta tertawa ngakak.

Dikira pantun kali ye

"Ngasih kuaci ke kaum guafa pake uang seratus. Sukur Oci sama Daffa nggak jadi putus," ucap Kenzo berpantun membuat Mita menghampirinya.

"Serius?" Tanya Mita.

"Jangan dipercaya, dia suka mapel Bahasa Indonesia. Makanya pinter ngarang!" Ucap Barra mengompori.

"Emang kalo putus lo mau jadi pengganti Oci?" Tanya Kenzo. "Udah berhenti ngejar Gata? Sekarang malah ngejar Daffa? TOBAT WOI TOBAT! NERAKA LO PASANGIN AC JUGA SUHUNYA NGGAK BAKALAN DINGIN!" Lanjut Kenzo frustasi.

"Yaelah nggak usah teriak-teriak juga. Kuping gue masih berfungsi dengan baik," ucap Mita dan memilih pergi.

"Hello Mita montok!" Sapa Rendi sambil mengusap rambut barunya yang dicat warna pirang. Jujur ... lebih cocok dikatakan mirip jamet alay daripada bule.

"Noh! Kek gitu juga dong Lang! Pake modal narik perhatian cewek," cerocos Barra memberi motivasi.

"Heleh, percuma juga kalo gue ngeluarin modal. Tapi ceweknya tetep nggak mau! RUGI DUA-DUANYA ITUMAH!" Ucap Gilang.

"Coba tikung disepertiga malam bisa kali Lang," saran Aldi.

"PYUEH! Sholat subuh aja kadang ketiduran," ledek Barra membuat satu geplakan mendarat di meja.

"Nih anak kenapa? Diam doang?" Tanya Rara heran saat melihat Gilang termenung tanpa ada kejelasan.

"Biasa, cintanya ditolak!" Jawab Barra terang-terangan. Membuat Kenzo mengambil sendok dan gelas berhubung masih di kantin.

"KU BELIKAN BAKWAN MALAH DIA YANG JADIAN," Kenzo mulai bernyanyi diiringi alunan musik dari suara gelas yang dipukul-pukul pakai sendok.

"AKU YANG BERJUANG MALAH AKU YANG TERBUANG!" Sambung Aldi dengan penuh penghayatan.

"SEKARANG DIRI KU CEMBURU TANPA IKATAN," timpal Daffa. Sekarang mereka sudah seperti pengamen ganteng! Bisa-bisa yang dapet uang Ganasta, bukan Bu sari selaku pemilik kantin.

"KINI KU SADARI KITA CUMA TEMAN," lanjut Ganasta serentak. Sementara siswa-siswi sibuk merekam aksi geng satu ini yang menggelar konser dadakan.

"KAN AKU SUDAH PERNAH BILANG, TEMAN KU ... SEMUA MAIN TIKUNGAN!" Lanjut Barra. Namun, alunan lagu itu seketika dihentikan oleh Bu Sari yang merasa terganggu.

"Eh, berisik-berisik! Bayar dulu napa pesenannya sama jasa minjem sendok sama gelas!" Titah Bu Sari.

"Busetdah! Minjem sendok sama gelas aja berbayar. Followers aja ada yang gratis Bu," ucap Kenzo tak habis pikir.

"Eh, kamu nggak liat apa? Nih, sendok Ibu udah berubah jadi warna perak!" Pekik Bu Sari sambil memegang 1 sendok dengan tegas.

"Lah, kan warnanya dari dulu emang begitu. Kecuali kalo warnanya berubah jadi emas itu baru ajaib Bu!" Ucap Gata.

Keong kali ah

Jan lup spam komen!

GATARARA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang