Setelah sekian lama menunggu, kini waktu yang diharapkan telah sampai.
"Gue udah cantik belum?" Tanya Riska sambil menampakan riasan di wajahnya.
"Heh, yang nikah Rara. Napa lo yang nanya gitu?!" Pekik Oci heran.
"Ye kan cuma nanya," ujar Riska.
"IH NGGAK BOLEH NGINTIP-NGINTIP!" Celoteh Oci saat Barra dan Daffa celingak-celinguk mencari anggota Ganasta yang lain, tapi malah salah masuk ruangan.
"Nggak sengaja! Lagian ini ruang rias, bukan kamar mandi. Boleh-boleh aja ye kan?" Ujar Barra menunjukan smriknya.
"Semoga kita bisa cepet nyusul ya Ci," tutur Daffa diberi anggukan oleh Oci.
"Heh, Ardi mana Ardi?" Tanya Barra heboh sendiri. "Widih! Ardi cantik juga ye, nggak kalah kek Rara!" Lanjutnya saat melihat Dira.
"Apa? Ardi? Huwa ... gue dikasih nama dengan bagus sama orang tua gue, tapi seenaknya lo ubah-ubah!" Ucap Dira tidak terima.
"Cielah si Ardi pake marah-marah. Nanti dandanannya rusak lho ...," ucap Barra menenangkan.
"Woilah, lo berdua ngapain di sini?" Tanya Rangga membuat Barra dan Daffa kompak menoleh ke arah sumber suara.
"EHEK! DULUAN ADEKNYA YE DARIPADA KAKAKNYA ...," ujar Barra mengompori.
"Serah gue lah, lagian Riska mau ngelanjutin pendidikannya di Universitas Cahaya Dunia dan juga belum kepikiran buat nikah. So ... gue sama dia bisa pacaran di kampus. UNTUNG TAHUN INI DIA LULUS, coba kalo nggak? Bisa menua di SMA!" Ucap Rangga diiringi tatapan tajam oleh Riska.
"Seharusnya kamu bangga, aku yang dulunya siswa terbodoh ... sekarang rangkingnya udah naik dan bisa lulus. Ya ... meskipun nggak juara, TAPI TETAP AJA KAMU HARUS BANGGA!" Riska membela diri dan memilih keluar dari ruang rias.
Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya mempelai pria berjalan menyusuri tempat yang sebentar lagi akan ikut menjadi saksi suatu moment tak ternilai.
"Saya terima nikahnya Rara Putri Pramuda binti Fahmi Pramuda dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" Gata sempat celingak-celinguk karena belum ada tanggapan sedikitpun.
Maharnya g usah disertakan ye, mls mikirin nominalnya.
"SAH!" Ujar para saksi termasuk Ganasta. Rara mencium tangan Gata tulus, Sementara Pak Penghulu mulai memanjatkan doa.
"HUWA ... PAK KETUA UDAH NGGAK BUJANG LAGI!" Ucap Daffa mendramatis.
"Gue dilangkahin, tapi nggak pa-pa deh. Rara lo harus belajar masak ya Ra! Malu udah nikah," Rangga memberi semangat sekaligus menghujat.
"TOLONGIN GUE! GUE NGGAK BISA DIGINIIN! GUE MAU PINGSAN! GUE NGGAK SANGGUP NGELIAT GATA SAMA CEWEK LAIN!" Mita berteriak histeris.
"Dih, diundang lo? Kalo nggak sanggup ya jangan diliat. SESIMPEL ITU JANGAN DIPERUMIT!" Ujar Aldi penuh penekanan.
"Cape gue difitnah. Mending gue makan," tak mau ada perdebatan ... Mita memilih pergi dan berada si samping Riska yang tengah asik berceloteh ria dengan Oci.
"Jadi aku tinggal di rumah kamu? Kenapa nggak kamu aja yang tinggal di rumah aku?" Tanya Rara menatap polos.
"Males, ada Rangga. Ntar digangguin!" Jawab Gata sejujur-jujurnya.
"BTW udah siap malam ini?"
"Siap apa nya? Malam? Kalo malam ya tidur!"
"Bukan itu! Sebelumnya."
"Sholat isya?"
"MasyaAllah, sholehahnya istri aku!" Gata mengecup pucuk rambut Rara gemas.
Dengan makanan yang penuh di mulutnya, Gilang membicarakan berbagai hal dengan teman-temannya.
"Nadia kok nggak dateng ya? Masa Mita doang? Percuma gue rapi-rapi gini kalo dia nggak dateng!" Gilang kecewa.
"Move on Lang, ni cewek-cewek banyak. Tinggal lo pilih aja yang mana satu!" Tutur Daffa memberi saran.
Gilang meneguk segelas air. "Kalo gue ditolak gimana? Yang ada malah bikin malu diri gue sendiri!"
******
KAMU SEDANG MEMBACA
GATARARA
Teen FictionStart Publise GATARARA->1 Maret 2021 Republise 1 Februari 2023 FOLLOW TERLEBIH DAHULU [SEBELUM MEMBACA] WARNING: NO PLAGIAT! Rara Putri Pramuda (Anak Baru Gede) suka, kagum, bahkan cinta terhadap temen kakaknya. Namun, cintanya terhalang oleh per...