GR - 37. Terungkap 2

1.8K 282 10
                                    

Sesuai dengan saran temannya, Rara dan Gata akhirnya kembali bertemu.

"Ra, Ara! Tadi kamu yang ngajakin ketemuan. Sekarang udah ketemu malah diam doang," ucap Gata heran.

"Eum .... um .... hem ....," Rara tampak gugup.

Arghsksjdzvxgjls

"Aku mau belajar bersikap dewasa!" Ucap Rara percaya diri. Lalu bagaimana dengan Gata? Jangan ditanya, anak dari Risma Puspita Sari itu sudah terkekeh bahkan tertawa terbahak-bahak.

"Aku yang lebih tua dari kamu aja nggak tau, sikap aku sekarang udah dewasa apa belum? Sedangkan kamu yang —," belum sempat melanjutkan ucapannya, Gata sudah terlebih dahulu mendengar isak tangis dari Rara.

"Hiks ... Aku kan cuma mau buktiin sama Zidan, kalo aku bukan ABG labil lagi!" Ucap Rara.

"Whats? Zidan?" Tanya Gata tidak mengerti.

Ra, sekarang di tempat ini. Di sekolah ini, nggak ada lagi GANASTA yang bisa ngelindungin lo, lo harus mandiri Ra. Lo itu nggak bisa lagi ngadu-ngadu ke mereka! Sadar wahai ABG Labil!" Ucap Zidan lantang.

"Sory-sory, keknya lo bukan ABG lagi deh. Karena 1 tahun lagi lagi kita udah kelas 12. Harus kasih contoh yang baik dong sama adek-adek kelas. Tapi gue heran, tingkah labil lo masih ada sampe sekarang. Jangan jadiin gue sasaran tingkah labil lo, yang nggak karuan. Gue Zidan, bukan Gata!" Lanjut Zidan mulai tersulut emosi.

"Kamu nurutin kemauan dia? Ra, Kalo itu bikin kamu ngerasa nggak nyaman? Ya jangan kamu turutin," ucap Gata.

"Iya juga sih. Tapi pokoknya aku mau belajar bersikap DEWASA!" Ucap Rara dengan nada bicara yang seakan tidak terima penolakan.

Gata menatap Rara sendu, pilu, bahkan nanar. Entah apa kata yang bisa menjelaskan tatapan Gata saat ini, tapi yang pasti tatapan itu mampu mengetarkan hati Rara. 

"Ra, aku yakin. Tanpa kamu belajar, sikap itu akan muncul dengan seiring berjalannya waktu. Aku nggak mau kamu bersikap dewasa cuma buat beberapa saat. Oke fiks! Itu berarti kamu masih dikusai oleh sifat LABIL. Bentar kek gini, bentar kek gitu. Nggak tetap! Dan satu hal yang harus kamu tau, aku cemburu setiap kali kamu nyebut nama ZIDAN!" Ucap Gata memberi penjelasan membuat isak tangis Rara seketika terhenti.

Deg

"Oke. Aku nggak bakalan sok dewasa-dewasa, aku jadi diri sendiri aja!" Ucap Rara sambil tersenyum manis.

Dasar labil!

"Ris, lo sama Zidan?" Tanya Rara heran.

"Widih! Selamat ya. Atas perselingkuhannya," ucap Rangga yang tiba-tiba datang sambil tersenyum sinis.

"Apaan sih? Tuduh-tuduh aja. Zidan itu udah lama deket sama gue. Deket sebagai teman curhat! Masa gue yang waras mau sama Zidan yang—," ucapan Riska terpotong karena tiba-tiba saja Zidan pergi.

"Dih, dih. Kok gue ditinggalin? Itu cowok kenapa sih?! Ngeselin banget deh," kesal Riska.

"Mungkin ini jamnya dia minum obat!" Ucap Rara sambil tersenyum sinis.

Gata menatap Rara secara intens seakan ada pertanyaan yang tersirat. "Ra! Kamu nggak ngerasa kasihan sedikitpun sama Zidan? Kamu nggak pernah mikir penyebab Zidan jadi depresi gitu?"

Apa? Siapapun tolong gue! Gue takut Gata marah.

"Gue putusin dia."

"Cuma karena lo putusin doang? Nggak ada yang lain?"

"Woi! Gue pulang sama siapa?" Tanya Riska.

"Ini lo nggak liat penampakan makhluk ganteng apa? Ini lho," jawab Rara sambil melirik Rangga.

"Oke. Aku mau anterin kamu asalkan kamu setia!" Ucap Rangga.

"Iya. Aku bakalan setia," ucap Riska sambil tersenyum manis.

"Yaudah, yuk kita pulang bareng!" Ajak Rara.

"Nggak! Aku masih mau ngomong sama kamu. Dan kalian berdua kalo mau pulang? Pulang aja duluan," ucap Gata.

"Tadinya gue ke sini cuma mau jemput Rara, tapi malah jemput Riska. Oh ya, Jangan lama-lama ya Ta! Entar gue yang disalahin sama orang tua gue, katanya nggak bisa jaga Adek. Sekali lagi, jangan lama-lama!" Teriak Rangga setelah itu langsung pergi dengan Riska.

"Kamu denger kan Ta? JANGAN LAMA-LAMA," ulang Rara. "Lagian apanya sih, yang harus diomongin?"

"Eum ... Aku ngerasa nggak percaya aja gitu kalo Zidan bisa jadi depresi cuma karena kamu putusin," jawab Gata membuat suasa menjadi tegang.  "Emang penyebab kalian putus itu apasih?"

"Duh Ta, itukan udah masa lalu. Lagian kamu kan paling nggak suka kalo aku bahas tentang dia," ucap Rara.

"Iya. Tapi aku penasaran banget! Kata Rangga tadi jangan lama-lama, tapi sekarang kamu yang ngelama-lamain. Please ...  jawab Ra!" Pinta Gata.

"Oke aku jawab. Yang bikin aku putus sama dia, aku cuma pura-pura cinta sama dia. Ya mau gimana lagi? Aku nggak bisa terus-menerus berhungan dalam kepura-puraan. Tapi padahal, cinta dia itu tulus sama aku. Mungkin itu yang bikin dia depresi." Jawab Rara sejujur-jujurnya.

"Apa? Kamu pura-pura? Kalo kamu nggak cinta sama dia? Cowok tulus kek dia itu kamu putusin? Keterlaluan kamu Ra!" Ucap Gata tidak menyangka.

"T-tapi itu dulu Ta, dulu! Aku tau, apa yang aku lakuin ke dia itu jahat. Dan sekarang mau kamu apa? Kamu mau aku balik sama dia dan putus sama kamu? Nggak kan? Jadi aku mohon, nggak usah bahas itu lagi. Aku cuma takut itu bisa bikin hubungan kita HANCUR!" Ucap Rara.

"Hancur? NGGAK!" Ucap Gata dan seling beberapa detik cowok itu memeluk Rara. Tentu saja hal itu membuat Rara terkejut. Namun, tampaknya Rara menikmati pelukan hangat yang diberikan oleh Gata.

GATARARA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang