GR - 32. Peka

2K 342 27
                                    

"Emang lo bisa, benar-benar mencintai seseorang meski dalam keterpaksaan? Tanya Zidan dengan santai membuat Riska seketika membisu. Entahlah, sepertinya penjelasan Riska yang panjang lebar mampu dikalahkan hanya dengan satu pertanyaan dari Zidan.

"A-apaan sih lo? Cinta itu datang karena terbiasa! Entar lama-lama gue juga cinta sama dia," jawab Riska salah tingkah.

"Kok gue ngerasa nggak yakin ya?" Tanya Zidan membuat Riska bekeringat dingin.

"Ish! Gue mau pulang!" Kesal Riska karena tak tau apa yang harus ia jawab.

"Ets ... lo lupa? Kan lo numpang sama gue. Nggak mau bareng?" Kali ini pertanyaan Zidan membuat Riska bersyukur, karena masih bisa ia jawab.

"Oh iya. Buruan balik! Udah sore," jawab Riska membuat Zidan tersenyum sinis.

"Nggak sekalian malam?" Tanya Zidan berbisik membuat Riska membulatkan matanya.

Riska langsung duduk di atas motor sport Zidan sambil memasang wajah cemberut.  Bagi Zidan itu tampak sangat menggemaskan! Tapi ia sadar, Riska hanya sebatas teman curhatnya. 

******

"Bar! Panas banget ya, hari ini. Padahal masih pagi," keluh Gata.

"Iya. Tapi masih lebih panas api neraka," sahut Barra setelah meminum boba rasa macha.

"Jangan nakut-nakutin!" Ucap Gata.

"Lah, kan emang bener. Kita sebagai umat beragama harus percaya bahwa ada Surga dan Neraka!" Ucap Barra.

"Bentar-bentar. Nama lo Barra kan, bukan Akbar?" Tanya Aldi dengan wajah bingung.

"Mending lo fokus nyanyi I Love you, soo much.... aja dah," jawab Barra dengan santai.

"Sa ae lo," ucap Aldi sambil menyenggol Barra yang hendak kembali meminum minumannya dan—

"WOI! GANTI RUGI LO!" Pekik Barra seperti biasa dengan sifat bar-barnya setelah melihat minumannya tumpah.

"Tuh kan, kumat!" Ucap GANASTA dengan kompak.

"Haduh Barra, ini kenapa sampahnya dibuang sembarangan?" Tanya Bu Sofie membuat Barra menatap tajam Aldi.

"Sekarang kamu buang!" titah Bu Sofie setelah itu langsung pergi.

"Pokoknya lo yang harus buang!" Titah Barra pada Aldi.

"Iya-iya," jawab Aldi dengan nada yang terkesan tidak ikhlas.

"Kak Aldi baik banget ya, Padahal itu sampahnya Kak Barra. Tapi yang buang dia," ucap cewek dengan nada sok imut membuat Aldi memutar bola mata malas.

"Apa? Kak? Gue tau lo lebih tua dari gue, jadi nggak usah panggil gue Kak Aldi. Panggil aja Aldi atau Aldi Gans," ucap Aldi sambil menampilkan smirknya membuat cewek itu malu semalu-malunya.

"Kasian. Mana udah tua," ledek GANASTA dengan kompak.

Gata hanya menyimak obrolan teman-temannya.

Keknya gue lebih banyak menghabiskan waktu sama GANASTA deh, daripada sama Rara.

Gata memutuskan ke rumah Rara karena pesannya tak kunjung dibalas. Jangankan dibalas, dibaca saja tidak.

"Ara! Ara gemesh, gemoy, gelieus. Pangeran  kamu dateng!" Seru Gata dengan percaya diri tanpa peduli dengan emak-emak yang sedang membeli sayur di tempat Mang Ucup.

Yang keluar bukannya Rara, tapi malah Rangga. "Mau apa lo ke sini?"

"Anu ... itu ... Rara ada kan di rumah?" Tanya Gata dengan hati-hati.

GATARARA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang