GR - 41. Darah

1.8K 283 4
                                    

"Woi! Lo pada kemaren ngeliat mobil ambulans nggak?" Tanya Gilang.

"Gue sih nggak. Tapi bunyi sirenenya sih denger," jawab Rangga.

"Lo pada jangan ngomongin kek gitu-gituin ih, gue trauma waktu gue kecelakaan. Gara-gara lo sih!" Ucap Gata menjitak kepala Barra.

"Ck, padahal gara-gara tragedi itu gue jadi berkesempatan boncengin Rara. Sukur banget gue!" Ucap Barra sumringah.

"Sukur-sukur, itu cewek gue woi!" Pekik Gata.

"Cielah, dapet cewek hasil ngepet aja bangga!" Ucap Barra tidak mau kalah.

"NAH, LO BABINYA!" Ucap Gata.

"Perasaan kalo ngomong sama lo, gue nggak pernah menang mulu. PUNYA JIMAT YA LO?!" Tukas Barra.

"Suudzon lo! Gini-gini iman gue masih ada brey," ucap Gata sok alim.

Canda alim

"Ya ampun kalian ini kalo udah ngumpul pada lupa sama —" ucapan Bu Es terpotong oleh Kenzo Dio Azando.

"Sama Ibu? Tentu tidak. Ibu mah akan selalu kami ingat sepanjang masa!" Ucap Kenzo antusias.

"EYAK!" Celetuk Aldi.

"Maksud Ibu, lupa kalo jam pelajaran udah dimulai!" Mendengar itu Ganasta langsung menuju kelas.

"Gara-gara lo berdua sih! Pada ribut mulu. Telat kan jadinya," omel Daffa pada Barra dan Gata.

"Fiks! Harga diri kita turun, DIJUAL CEPEK JUGA NGGAK LAKU INIMAH!" Ucap Gilang.

"My baby Gata kenapa tadi telat? Gara-gara sih Bar-bar ya?" Tanya Mita centil.

"Kenapa sih lo Mit, ngejar-ngejar Gata mulu? Padahal ada gue yang jelas-jelas selalu ada buat lo!" ucap Rendi merasa ternistakan.

"Pindah kampus aja bisa nggak? Heran, dari SMA sampai kuliah. Lo masih aja ada di hidup gue," ucap Mita sarkas.

"Itu namanya jodoh!" Ucap Daffa. "Udahlah Mit, daripada lo ditolak Gata berkali-kali mending sama Rendi aja!"

"Terus gue sama Nadia," cerocos Gilang diberi satu kali gebukan tas slempang oleh Nadia.

"Hiks ... sesama sad boy kita harus saling menguatkan yang Ren," ucap Gilang sambil merangkul Rendi sok akrab.

Rindu pada Rara, Gata berinisiatif menelpon kekasihnya itu dengan ponselnya dengan vidio call.

"Di sekolah aman-aman aja kan? Nggak digangguin Zidan?"

"Gimana mau digangguin? Orangnya aja nggak ada."

"Nggak ada? Tu bocah bolos?"

"Nggak tau juga, sampe sekarang belum dapet kabar."

"Anak-anak, di sini ada yang punya nomer hp Zidan?" Tanya Bu Tika membuat Riska mengangkat tangannya.

"Saya ada Bu!" Ucapnya membuat Rara dan Oci kompak terheran.

"Ngapain lo save nomer Zidan? Ini udah kesekian kalinya ya ... lo sama Zidan kek deket gitu," Ucap Rara.

"Nggak usah dibahasa nggak penting!" Ucap Riska.

"Ibu minta kamu telpon Zidan sekarang," titah Bu Tika.

Nada dering ponsel terdengar dari balik saku celana Zidan, Mama Liza lantas menjawab telpon tersebut.

"Dan! Lo ngapa nggak masuk sekolah? GIMANA NEGARA KITA MAU MAJU KALAU PENERUS BANGSANYA MALES-MALESAN SAMPE BOLOS SEKOLAH?!" Ucap Riska lantang.

"Wah, keren kamu Ris, Ibu kasih nilai plus!" Puji Bu Tika bangga diberi cengiran bahagia oleh Riska.

"Apa? Nggak salah denger gue? Riska yang pernah nggak naik kelas 2 tahun, dikasih nilai plus. Pintar juga ya lo!" Timpal Oci.

"Eh, gue tuh dari dulu emang pinter! Cuma ke pintarannya di bawah rata-rata," ucap Riska.

"Ini siapa ya?" Tanya Mama Liza.

Bu Tika mengambil ponsel Riska. "Saya Wakil Kelas Zidan Bu."

"Oh iya, saya Mamanya Zidan. Maaf atas ketidak hadirannya Zidan di sekolah, soalnya Zidan lagi di rumah sakit. Kalau bisa jenguk ya, Zidan kehilangan banyak darah, golongan darahnya O dan membutuhkan pendonor segera."

Mama Liza mematikan ponsel Zidan sambil menunggu Zidan selesai operasi.

"Zidan lagi di rumah sakit Dan kata Ibunya Zidan kehilangan banyak darah dan butuh pendonor segera," tutur Bu Tika.

"Kehilangan banyak darah? Butuh pendonor? Emang golongan darahnya apa Bu?" Tanya Oci.

"Kalo nggak salah Ibunya bilang O," jawab Bu Tika.

Golongan darah gue juga O sih, tapi gimana sama Daffa? Bodo amatlah. Gue ngelakuin ini cuma gara-gara gue peduli, nggak lebih!

"Ci, lo mau donorin darah buat dia? Lo yakin? Gue tau golongan darah lo sama kek  dia, tapi perasaan lo udah nggak sama kan kek dia?" Tanya Riska membuat Oci delema.

"Mending lo pikir-pikir lagi deh Ci," timpal Rara.

"Nggak, mau gimanapun dia harus tetep gue tolong!" Ucap Oci.

"Yaudah, pas pulang sekolah kita ke rumah sakit. Gue nggak mau lo sendirian," ucap Riska.

******

"Bentar-bentar. Tu kek mobilnya Riska," Tunjuk Gilang saat lampu merah.

"Ci, ada Ganasta. Kalo Daffa tau lo mau donorin darah lo buat Zidan gimana?" Tanya Riska panik.

"Ini tu antara hidup dan mati! Gue harus secepetnya donorin darah gue buat Zidan. Gue tau, Daffa cemburu. Tapi seharusnya dia ngerti posisi gue!" Jawab Oci.

Gata mendekati mobil yang berisikan 3 orang cewek itu. "Lo pada mau kemana?" Tanya Gata.

"Mau ke rumah sakit jenguk Zidan," jawab Rara enteng.

"Oh, jadi tu bocah sakit? Bisa sakit juga ye," ucap Gilang takjub.

"Sakit apa? Sakit hati gara-gara lo ninggalin dia demi gue?" Tanya Daffa menyentil bahu Oci tapi sama sekali tidak dihiraukan.

"Kita masih belum tau penyebabnya, mau ikut?" Tawar Riska.

"Yaudah, kita nyusul dari belakang!" Ucap Gata.

Lampu sudah berganti menjadi hijau, saatnya mereka menuju rumah sakit Helga Medika.

"Gue penasaran tu bocah sakit apa? Sampe masuk rumah sakit segala," ucap Rangga.

"Paling juga sakit ingusan, pilek, tifus, ya semacam itu lah," ucap Daffa enteng.

"Cepetan napa, jangan ngomong mulu. TAKUTNYA ZIDAN KEBURU JI'UN!" Ucap Barra dengan suara yang mengelegar layaknya petir di siang bolong.

Sesampainya di rumah sakit Oci, Riska dan Rara langsung menjauhi Ganasta terlebih Daffa. Bukan apa-apa, mereka hanya tidak mau Daffa emosi dan membuat suasana di rumah sakit menjadi ricuh jika mengetahui hal sebenarnya.

"Adek-adek ini mau jenguk siapa?" Tanya Suster.

"Oh iya. Pasien atas nama Zidan Alzerozein," jawab Riska cepat.

"Pasien baru saya menjalani operasi, dan sedang menunggu pendonor darah. Apa Adek ini pendonornya?" Tanya Suster.

"Bukan saya Sus. Tapi ini," jawab Riska sambil merangkul Oci, membuat Daffa langsung berdiri dari tempak duduknya.

"Ci, kenapa kamu nggak bilang sama aku? Dia udah berkali-kali nyakitin kamu. Tapi kamu malah jadi pendonor buat dia? Cyuih, BIARIN DIA KEHILANGAN DARAH. KALAU PERLU KEHILANGAN NYAWA SEKALIAN!" Ucap Daffa tidak terima.

"Tau. Paling kehilangan darah abis dihisep nyamuk, mana nyamuknya nyamuk biasa lagi. Paling efek sampingnya ngerasa gatel doang," ucap Aldi.

"Yoi! Kegatelan mau ngerebut cewek orang," timpal Barra memanas-manasi.

Orang kehilangan darah gara" percobaan bunuh diri, malah dihesep gara" digigit nyamuk. 😭

GATARARA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang