"Wah! anak papa udah besar sekarang," ucap Papa Fandi sambil membelai rambut Rara.
"Hehe iya pa, oleh-olehnya mana pa?" Tanya Rara.
"Gimana sih kamu Ra, papa baru datang langsung nanya oleh-oleh?!" Pekik Rangga.
"Ya maaf," ucap Rara dengan wajah tanpa dosa.
"Ini buat Rara," ucap Papa Fandi sambil menenteng hoodie warna pink pastel.
Seketika Rara kembali teringat waktu ia dan Gata bermain basket, waktu itu Gata memakai hoodie berwarna hitam.
Gata black gue pink, sama dengan black pink.
Rara mengulum senyumnya dan mengambil hoodie yang masih terbungkus plastik transparan tersebut.
"Makasih pa!" Seru Rara sambil tersenyum.
"Dan ini buat mama," ucap Papa Fandi sambil menenteng drees berwarna biru.
"Aih, Papa!" Ucap mama Ratih malu-malu.
"Emang aku salah, ngasih hadiah sama kamu orang yang aku sayang?" Tanya Papa Fandi.
"Nggak usah pake aku-kamu pa, sadar udah tua!" Ucap Mama Ratih.
"Bwahaha," tawa Rara dan Rangga.
"Heh, pake ngetawain. Nanti kalian juga ngerasain!" Pekik Mama Ratih.
"Ngerasain apa ma?" Tanya Rara dan Rangga kompak.
"Kalau mama dan papa nggak ngerasain itu kalian berdua nggak bakalan ada!" Timpal Papa Fandi.
Paham dengan apa yang dimaksud orang tuanya, Rangga langsung mengalihkan pembicaraan.
"Hadiah Rangga mana pa?" Tanya Rangga.
"Ya nggak ada, kamu itu laki-laki harus kerja keras!" Tegas Papa Fandi.
"Sungguh kasihan," ledek Rara.
"Jadi beban keluarga aja bangga!" Ledek Rangga.
"Iri bilang bos!" Ledek Rara.
"Udah-udah, nggak usah ledek-ledekan!" Tukas mama Ratih.
Rangga sampai dimarkas GANASTA ia masih kepikiran tentang ayahnya yang baru saja pulang dari luar kota, tapi sayangnya ia tidak diberi sedikitpun oleh-oleh dari ayahnya. Ia marah, kesal, bisa dibilang cemburu kepada Rara. Sampai emosi Rangga tidak dapat dipendam ia menendang kaleng minuman kosong dengan kencang.
PLETANG
"INALLILAHI, bunyi apaan tuh?" Tanya Daffa kaget.
"Eh, Rangga lo kenapa?" Tanya GANASTA
"Kalian nggak akan paham!" Ucap Rangga.
"Nggak paham gimana?" Tanya Gata.
"Kalian nggak akan paham, karena kalian nggak punya adek!" Ucap Rangga.
"What's? Adek? Jadi ini gara-gara Rara?" Tukas Gata.
"Emang itu bocah kenapa?" Tanya Barra.
"Gue iri sama Rara seumur hidup gue, gue selalu mengalah untuk dia tapi disatu sini gue juga pengen merasakan apa yang dia rasakan."
Jelas Rangga."Namanya juga adek, dari kecil sampai dewasa tetap aja jadi adek," Ucap Barra.
"Lo ngomong apasih Bar? Gue nggak paham," ucap Daffa.
"Huh! itu aja nggak paham, lo pengen gue-"
Tidak sempat Barra melanjutkan ucapannya orang yang mereka bicarakan sedari tadi ternyata sudah ada dihadapan mereka.
"Ra, kok lo tau markas kita?" Tanya GANASTA
"Riska yang ngasih tau," Jawab Rara.
"Oh," ucap GANASTA
"Ini Kak Rangga kenapa?" Tanya Rara
GANASTA kompak terdiam
"Jawab, ini kak Rangga kenapa? Kok mukanya memerah kek gini?" Tanya Rara sambil mengusap-ngusap wajah Rangga yang berkeringat dengan tisu.
"Ini gara-gara lo!" Jawab Rangga lantang sambil menepis tangan Rara.
"Lah, kok gara-gara gue?" Tanya Rara
"Lagian gue kesini buat ngasih tau kalau malam ini kita makan malam di cafe bareng mama dan papa," Lanjut Rara.
Mendengar itu Rangga langsung tersenyum lebar dan memeluk Rara.
"Cih, lebay!" Ucap Rara
Bukannya melepaskan pelukannya Rangga malah semakin memperkuat pelukannya.
"Woi, tolongin gue mau tenggelam!" Ucap Rara yang hampir saja kehabisan nafas dipelukan Rangga.
Rangga melepaskan pelukannya.
"Ajak-ajak kita napa ga," ucap Kenzo.
"Berbagi itu indah tau," timpal Daffa.
"Boleh, tapi yang bayarnya pake uang kalian sendiri!" Ucap Rangga.
"Bwahaha," tawa Rara.
"Ye, ngetawain!" Ucap Barra.
"Biarin wlee," ledek Rara sambil memeletkan lidahnya.
"Nggak heran Rangga kesal sama itu bocah, kalau nyebelin kek gitu!" Ucap Daffa.
Malam hari sudah tiba, Gata merebahkan diinya dikasur hingga terhanyut dalam batin. Ya, akhir-akhir ini Gata sering membatin semenjak kenal Rara.
Pasti Rara bahagia makan malam sama keluarganya apalagi sama ayahnya, makan yang banyak Ra.
Gata mengubah posisinya menjadi duduk, ia bernyanyi sambil diiringi suara gitar yang ia petik.
Ku...
Bosan sudah ku menyimpan rasa, kepadamu...
Tapi tak mampu, ku berkata di depanmu...Aku tak mudah, mencintai...
Tak mudah bilang cinta...Tapi mengapa, kita denganmu...
Aku jatuh cinta...Tuhan tolong, dengarkan ku...
Beri aku dia...Tapi jika belum jodoh...
Aku bisa apa...Ini lagunya yang terlalu hebat bisa bikin gue nyesek, atau-
Gata mengercapkan matanya menghapus lamunannya tentang perasaan ia terhadap Rara.
Seharusnya gue sadar, dia cuma ngangep gue sebagai kakak. Nggak lebih!
Silahkan komen+vote
Kalau perlu follow akun IG author @nor_lt masih dikit followersnya kalau kalian mau follow, follow aja. Kalau mau difollback DM aja. Kalau mau, kalau nggak mau gpp. 🙂
KAMU SEDANG MEMBACA
GATARARA
Fiksi RemajaStart Publise GATARARA->1 Maret 2021 Republise 1 Februari 2023 FOLLOW TERLEBIH DAHULU [SEBELUM MEMBACA] WARNING: NO PLAGIAT! Rara Putri Pramuda (Anak Baru Gede) suka, kagum, bahkan cinta terhadap temen kakaknya. Namun, cintanya terhalang oleh per...