Rara meninggalkan teman-temannya dan memasuki kelas.
"Keknya ada yang ditutup-tutupi deh dari Rara," ucap Oci.
"Padahal tadi ceria banget nyapa kita, sekarang malah ninggalin kita tanpa bilang apa-apa," lanjut Oci.
"Iya gue juga ngerasa kek gitu," timpal Riska.
Sepulang dari sekolah, Rara langsung menuju ke arah kamarnya tanpa melepaskan sepatunya.
"Eh buset dah, itu bocah ngapa ya?" Tanya Rangga yang sudah Rara anggap seperti kang ojek bagi dirinya sendiri.
Rara langsung mengambil handphonenya sambil membaca komentar atas vidio Gata dan perempuan yang wajahnya ditutupi oleh emot hati.
"Alhamdulillah!" Ucap Rara setelah membaca komentar bahwa perempuan yang wajahnya ditutupi oleh emot hati itu adalah Riska. Ya meski agak merasa kesal tapi Rara merasa lega karena Riska sudah putus dengan Gata bahkan sekarang sudah menjadi pacarnya Rangga.
"Bego lo Ra, bisa-bisanya lo nangis cuma gara-gara su'udzon!" Omel Rara terhadap dirinya sendiri.
"Woi!" Teriak Rangga dari balik pintu.
Rara mulai membuka pintu tapi ternyata Rangga yang lebih dulu membuka pintu, Terjadilah aksi tabrakan.
"Kalo buka pintu ya cepet napa, kan jadi kek gini!" Ucap Rangga kesal.
"Ya maaf," ucap Rara dengan wajah polos seperti bayi yang belum mempunyai dosa.
Tatapan Rangga teralihkan oleh layar handphone milik Rara yang menyala.
"Bukannya lepas sepatu, ganti baju, siap-siap makan, malah malah main handphone!" Omel Rangga persis seperti Ibunya.
Dengan cepat Rara mematikan handphonenya bukannya takut dengan omelan Rangga, tapi Rara takut Rangga melihat isi layar handphonenya yang tadi menyala. Bagaimana tidak takut? Isi layarnya saja vidio Gata dan Riska yang sedang bermesraaan.
"Buruan keluar kamar, terus lepas sepatu lo, terus—" titah Rangga.
"Terus makan, dan terus lo keluar dari kamar gue!" Titah Rara.
Rangga hanya mendengus kesal dan keluar dari kamar Rara, berselang beberapa menit Rara juga keluar dari kamarnya sendiri dan melepaskan sepatu.
"Eh buset! Perasaan pagi tadi kaos kakinya warna putih, kok sekarang jadi hitam-hitam ya?"
"Bodo amatlah, yang penting makan!"
"Woi! Sisain lauknya!" Teriak Rara melihat hanya nasi putih yang ada di piringnya, sementara Rangga sedang enak menikmati paha ayam goreng.
"Mau? Ambil sendiri," ucap Rangga dan setelah itu menggigit bagian paha ayam yang ada dagingnya.
"Ambil dimana?!" Tanya Rara yang sedang tersulut emosi.
"Tuh, di dapur," ucap Rangga santai.
"Ck, bilang dong dari tadi! Jadi kan gue nggak usah pake teriak-teriak kek gini!" Teriak Rara.
Tanpa berlama-lama Rara langsung menuju dapur untuk mengambil lauk-pauk.
"Huh, ampuni dosa hamba Ya Allah, termasuk dosa su'udzon hamba terhadap Gata dan Kak Rangga," ucap Rara merasa bersalah.
"Ra! Kok mulut kamu komat-kamit kek begitu?" Tanya Mama Ratih heran.
"Eh, Mama. Nggak kok Ma, Rara nggak komat-kamit. perasaan Mama aja kali," elak Rara.
"Oh, kamu di sekolah beneran nggak ada yang ngedeketin?" Tanya Mama Ratih sambil tersenyum geli.
"Dih, Mama apaan sih? Su'udzon itu dosa tau," ucap Rara salah tingkah.
"Bohong itu juga dosa, apalagi sama Mama," ucap Mama Ratih.
Tanpa menghiraukan Mamanya, Rara langsung menuju meja makan sambil membawa lauk-pauk. Bukan apa-apa, Rara hanya tidak mau wajahnya semakin memerah malu. Ia mulai memakan nasi putih panas dan mencocol lauk dan pauk tersebut dengan sambal. Benar-benar kenikmatan yang haqiqi bukan?
"Mum, surga duniawi!" Ucap Rara dengan mulut yang penuh dengan makanan.
Maaafin Rara Ma, Rara terpaksa bohong sama Mama karena Rara masih malu bilang itu ke Mama.
Setelah makan Rara iseng mengintip kamar Rangga, ia hanya penasaran apakah Rangga tengah senyum-senyum sendiri seperti kemarin karena sibuk membaca chat dari pacarnya yang nama Riska.
"Loh, kok Kak Rangga nggak ada?" Gumam Rara dengan perasaan yang entah kenapa menjadi resah.
"Apa Kak Rangga lagi sama GANASTA?
dan—"Nggak, ini pasti cuma perasaan gue aja. Tuh kan, gue jadi su'udzon lagi!"
Rara langsung mengambil handphonenya dan mulai mendeal nomer Rangga untuk menelfon. Mendeal nomer Rangga saja Rara hampir tidak bisa karena layar handponenya yang licin terkena keringat dinginnya.
"Angkat dong kak!" Ucap Rara, berkali-kali ia menghubungi Rangga tapi sama sekali tidak hasil apa-apa.
"Semoga ini cuma su'udzon aja, bukan beneran," ucap Rara dan mematikan handphonenya.
Lindungi kakak hamba satu-satunya, Ya Allah.
"Ra! Abis olahraga? Kok keringatan gitu?" Tanya Mama Ratih.
"Nggak. Mana ada orang sore-sore olahraga," ucap Rara sambil mengusap-ngusap keringatnya dengan tisu.
"Oh iya-ya, ini udah sore. Kok Rangga belum keluar-keluar dari kamar?" Tanya Mama Ratih heran.
"Kak Rangga nggak ada di kamar Ma," ucap Rara.
"Apa?!" Tanya Mama Ratih dengan suara agak keras.
"Loh ini kenapa?" Tanya Papa Fandi yang baru saja pulang dari kantor.
"Ini Pa, Rangga nggak ada di kamar, padahal tadi nggak pamit sama Mama untuk keluar rumah." ucap Mama Ratih.
"Ini anak memang kebiasaan!" Ucap Papa Fandi dengan mata yang mulai memerah.
"Papa sabar Pa, nanti kalau Kak Rangga pulang jangan dimarahin ya Pa," Pinta Rara namun, sepertinya permintaan Rara yang satu ini tidak akan dilakukan oleh Papa Fandi.
"Papa jangan su'udzon dulu Pa sama Kak Rangga," ucap Rara dengan suara yang mulai serak.
*****
Dan, perasaan Rara benar! Ganasta sedang terlibat balapan liar. Geng yang satu ini meskipun cuma 7 orang, tapi salah satu dari mereka belum pernah kalah. Padahal mereka masih SMA, dan yang mereka lawan biasanya anak kuliahan. Bahkan mereka belum pernah ketahuan polisi. OMG! Ganasta benar-benar ganas.
"Akhirnya kita bisa balapan lagi!" ucap Barra antusias sambil tersenyum, persis seperti syaitan yang bahagia saat melihat manusia terperosok ke jalan yang sesat.
Astagfirullahalazim
"Iya, udah lama banget nggak balapan!" Timpal Gata tidak kalah antusias.
"Kali ini kita harus menang lagi dan lagi," ucap Rangga percaya diri.
"Ganasta!" Seru Gata.
"Ingat harga diri dan harus berani!" Sahut Ganasta dengan kompak.
Gimana perasaan
kalian habis baca part ini?Ekhem, kali ini GANASTA menang lagi nggak ya? 😌
KAMU SEDANG MEMBACA
GATARARA
Teen FictionStart Publise GATARARA->1 Maret 2021 Republise 1 Februari 2023 FOLLOW TERLEBIH DAHULU [SEBELUM MEMBACA] WARNING: NO PLAGIAT! Rara Putri Pramuda (Anak Baru Gede) suka, kagum, bahkan cinta terhadap temen kakaknya. Namun, cintanya terhalang oleh per...