Hari ini Ganasta sedang berada di rumah Daffa. Ya ... sekedar menemani Daffa yang sedang kesepian karena ditinggal oleh Mama-Papanya ke luar kota.
"BARRA! BARRA! WOILAH ANJER, TELINGA LO KESUMBET NYAMUK PA GIMANA?!" Teriak Daffa bercampur emosi saat melihat motor sport berwarna biru miliknya lecet.
"Apa?"
"Lo nggak make motor gue buat balapan kan?"
"Nggak. Asal tuduh aja lo! Kenap asih? Pas ada masalah pasti gue yang di tuduh. Heran gue! Padahal gue kan paling baik hati," ucap Barra merasa seperti cinderella yang disiksa oleh sodara dan ibu tirinya.
"Teruntuk Abraham Barra Rajastana BESTIE GUE YANG PALING TERLOVE-LOVE," ucap Daffa sambil merangkul pundak Barra sok akrab. Cyuih! Kalau ada yang liat udah dikira gay mungkin.
"Jujur aja ya, lo kan yang bikin motor gue lecet kek gini?" Tanya Daffa.
"Kalo iya emang lo nggak marah? Motor gue bannya kempes, mau pinjem pompa lo tapi gue nggak tau di mana," ucap Barra sambil memasang wajah memelas.
"Menang nggak lo? Kalo menang mana hadiahnya? Biar bagi dua sama gue," ucap Daffa sumringah.
"Nih, 500 ribu!" Ucap Barra sambil meletakan segepok uang merah 5 lembar di telapak tangan Daffa.
"MAYAN BUAT FOYA-FOYA DI WARUNG MBAK MONTOK!" Ucap Daffa.
"Nah! Mbak montok ntu yang kemaren gue ceritain wikwikan!" Ucap Barra sambil mengemplak lantai.
"Udah-udah, ngapa jadi ngebahas Mbak Montok sih?" Ucap Daffa.
"Kan lo yang duluan AFFDA!"
"YE MAAF ARBAR."
"Cie... punya panggilan," celetuk Gilang membuat Barra dan Daffa kompak belagak muntah.
"Gata ada nggak?" Tanya Rara. Lantas semua pasang mata tertuju padanya.
"Lah, kok lo tau rumah gue? Gata ya yang ngasih tau? Tuh ada di dalem!" Jawab Daffa.
"Kok kamu ke sini? Se-kangen itu ya, kamu sama aku? Sini peluk!" Rara langsung masuk ke dalam pelukan hangat yang diberikan oleh Gata.
"DASAR BUCIN," ledek Rangga.
"Ku bukan budak cinta atau bucin ... ku hanya menikmati apa yang ada," Gata menyanyikan lagu berjudul BUCIN yang dipopulerkan oleh Alghazali.
"Aku haus mau minum!" Ucap Rara melepaskan pelukannya dan melangkah kaki menuju dapur.
"Minum ini aja Ra," ucap Barra memberikan segelas air putih.
"Sok baik. PASTI ISINYA RACUN!" Tukas Rara curiga securiga-curuginya.
"Kalo nggak mau yaudah," sekarang air putih itu sudah menjadi pengisi lambung Barra.
"Eum ... kok nggak ada manis-manisnya ya? Oh iya, kan manisnya udah ada di Rara!" Lanjutnya diberi lemparan sendal oleh Gata.
"NJIR UDAH TUA JUGA! DEDEK GUE TUH!" Ucap Gata tak terima sambil melemparkan sendalnya tepat mengenai kepala Barra. Mungkin Gata cemburu saat Rara dirayu oleh cowok lain terutama Barra.
"Tua apanya? Kita seumuran geblek!" Ucap Barra membela diri.
"Ya kan tetap aja tuaan lo, 24 Maret! Kemaren gue baru ultah 12 September. Kita tuh hampir beda 6 bulan! Itu menandakan lo lebih tua dari gue, dan gue lebih muda dari lo. INTINYA LO UDAH TUA DAN GUE MASIH MUDA!" Ucap Gata penuh penekanaan.
"Semuda apapun umur lho, tetep aja lo dipanggil keTUA!" Ucap Barra.
"Lah iya, juga. Haha gue emang geblek," Gata menertawakan kebodohannya sendiri.
Akhirnya Rara berhasil menemukan air di dapur, dan menumpahkan air tersebut untuk menghilangkan rasa haus di tenggorokan.
"Napa liat-liat?" Tanya Rara pada Daffa yang menatapnya dengan intens. "Mau? Beli sendiri ...," lanjut Rara dengan begitu sombong sambil memamerkan minuman dingin yang ia ambil kulkas. SEGER BANGET ITU!
"Beli-beli, LO AJA NGAMBIL GRATIS DI KULKAS GUE!" Ucap Daffa diberi cengiran tanpa dosa oleh Rara.
"Lah iya juga," ucap Rara sama halnya seperti jodohnya—Gata. Benar kata orang, jodoh itu cerminan diri.
Kemudian Rara kembali duduk di sebelah Gata. Tenang-tenang! Masih bersanding di sofa belum di pelaminan. Gadis itu bermanja-manja dengan Gata, tak peduli dengan Ganasta yang hanya menyimak dan memasang wajah datar.
"Perasaan Gata diem doang, kenapa Rara tertarik ya?" Ujar Aldi heran.
"Ya ... kalo emang udah jodoh mau gimana lagi? Dan kalo orang udah bener-bener cinta mau ngeliat pasangannya dari sisi kurang sama buruk juga tetap cinta. ITULAH YANG DIMAKSUD DENGAN CINTA BUTA," tutur Kenzo. Kenzo memang paling paham masalah cinta-cintaan, tapi entah kenapa sampai sekarang ia belum mempunyai pasangan.
"Woi! Gue mau ke warung Mbak Montok dulu ye, awas kalo rumah gue berantakan!" Ucap Daffa diberi anggukan oleh yang lain.
"Ikut!" Ucap Barra sambil medudukan badannya di belakang motor Daffa.
"Ck, pake motor lo aja! Geli tau gue bocengin lo!" Ucap Daffa.
"KAN MOTOR GUE KEMPES! UDAH BURUAN SANA! GUE KAN KAN TETANGGA MBAK MONTOK, PASTI DIKASIH DISKON!" Ucap Barra, sementara Daffa hanya iya-iya saja.
Gaskuen!
Sesampainya di warung Mbak Montok, Barra dan Daffa mulai memilih apa yang ingin mereka beli.
"Pisang goreng ajalah, manis ada gurihnya lagi! Lengkap dah pokoknya!" Ucap Barra.
"Kenapa nggak bakwan? Truma ye? Ku belikan bakwan malah dia jadian," celetuk Daffa dengan tangan yang mengambil setoples permen. "Mbak! Beli 10 biji!"
"Duh, permennya basi Mbak!" Tunggu-tunggu ... sejak kapan permen bisa basi? ALOT KALI!
"Kamu baru ngerasain 1 biji kan? Yaudah balikin yang 9 nya! Mungkin kadaluarsa," ucap Mba Montok. Ingat ya gaes 10-1 = 9
Tuh, baik kan aku berbagi ilmu :)
"Nggak sekalian beli kopi gitu?" Tanya Mbak Montok.
"Nggak. Nggak doyan kopi doyannya Oci," ucap Daffa. Entahlah, sepertinya cowok ini sedang di mabuk cinta.
Jan lup spam komen plus vote
KAMU SEDANG MEMBACA
GATARARA
Teen FictionStart Publise GATARARA->1 Maret 2021 Republise 1 Februari 2023 FOLLOW TERLEBIH DAHULU [SEBELUM MEMBACA] WARNING: NO PLAGIAT! Rara Putri Pramuda (Anak Baru Gede) suka, kagum, bahkan cinta terhadap temen kakaknya. Namun, cintanya terhalang oleh per...