Sesampainya di tempat yang tepat, Zidan mencoba menjelaskan apa yang terjadi dengan dirinya.
"Eum ... um ... kalian jangan takut ya, please!" Pinta Zidan sambil menatap Ganasta dengan sendu.
"Takut sama lo? Heh, lo itu berhadapan sama Ganasta. Bisa-bisa bilang kek gitu," ucap Gata tak habis pikir.
"Tau. Ganas woi! Ganas dan ganteng!" Timpal Daffa.
"Sebenernya gue pernah depresi," ucap Zidan membuat Ganasta kompak membelalakan mata.
Daffa meminum sebotol air mineral guna meredakan syock yang ia rasakan.
"Busetdah! Gue keselek saliva."
"Kok lo bisa depresi? Apa sebabnya?" Tanya Gata dengan hati-hati.
"Ck, lo nggak usah tau sebabnya. Gue nggak mau lo kecewa sama orang yang lo sayang," jawab Zidan membuat batin Gata bertanya-tanya apa maksud cowok bermarga Alzerozein itu.
Kecewa sama orang yang gue sayang?
"Dahlah, lagian kalian kan cuma mau tau tentang obat-obatan itu. Ya gue ngonsumsi obat-obatan dari dokter buat nyembuhin kesehatan mental gue," ucap Zidan lalu pergi.
"Tu bocah songong banget ya, masa abis ngasih jawaban. ngasih pertanyaan lagi," ucap Kenzo heran.
"Gue kasih tau, dia itu pinter banget ngejebak orang pake kata-kata!" Ucap Rangga. "Apalagi tanya-jawab," lanjutnya.
Author jadi keinget Zidan sama Riska
Flashback
"Dan! Gue tau, hubungan lo itu udah hancur sama Rara. Bahkan, hubungan lo sama Oci juga udah hancur sebelum lo nyatain perasaan lo. Kalo hubungan lo tuh udah hancur, setidaknya lo nggak ngehanjurin hubungan orang lain! Gue tau perasaan lo, gue juga pernah ditinggalin 2 orang yang gue cintai sekaligus dalam hidup gue. Pertama Rangga mutusin gue, dan kedua Gata juga mutusin gue. Mereka mutusin gue dengan alasan yang sama, yakni karena mereka nggak mau hubungan pertemanan mereka hancur. Mereka sanggup kok, nggak punya pasangan sampe mereka mau lulus. Seharusnya lo juga gitu! Kek GANASTA dong, INGAT HARGA DIRI DAN HARUS BERANI! Dan waktu Rangga ngajak gue balikan, gue terima. Meskipun sedikit terpaksa, tapi gue berusaha kembali mencintainya!" Jelas Riska panjang lebar.
"Emang lo bisa, benar-benar mencintai seseorang meski dalam keterpaksaan? Tanya Zidan dengan santai membuat Riska seketika membisu. Entahlah, sepertinya penjelasan Riska yang panjang lebar mampu dikalahkan hanya dengan satu pertanyaan dari Zidan.
Bacot bet dah Riska
"Sakit mental? Gangguan jiwa? Sejak kapan dia depresi? Lo tau nggak Ga?" Tanya Gata sementara Rangga hanya menggelengkan kepala.
"Ka! Tumben pulangnya telat. Abis ngapain?" Tanya Rara saat melihat kakaknya duduk di meja makan.
"Susst! Gue belum masukin nasi ke mulut, Lo udah nanya aja. Gue lagi pusing!" Ucap Rangga.
"Pusing tuh minum obat, bukan makan nasi! Masa gitu doang kudu dikasih tau?" Ucap Rara tak mau kalah.
Rangga langsung tersedak saat mendengar kata obat. "Ra! Sini deh."
Rara langsung mendekat pada Rangga dikarenakan rasa penasaran. "Apaan?"
"Anu ... Z-Zidan."
"Zidan? Siapa itu? Gue nggak kenal."
"Ish! Mau gimanapun dia pernah ada di hati lo. Kalaupun dia nggak sempet di hati lo, setidaknya dia pernah tulus mencintai lo. Hargain dong!" Ucap Rangga sebagai kakak yang bijak.
Cyuih
"Gue tuh, nggak bener-bener cinta sama dia waktu SMP! Gue cuma pura-pura doang," ucap Rara dengan wajah tanpa dosa bebanding terbalik dengan apa yang ia lakukan pada Zidan.
Istigfar yuk, istigfar.
"Dan satu lagi. Lo nggak pernah bilang kalau lo punya pacar waktu SMP!" Ucap Rangga.
"Karena memang pada dasarnya gue nggak pernah nganggep dia sebagai pacar! Eh gue jahat ya? Kalo gitu maaf. Soalnya gue terlalu polos buat ngaku punya pacar waktu itu," ucap Rara membuat Rangga membuka kaca mata transparan yang menjadi ciri khasnya.
"Bentar. Lo Adek gue kan? Sadar Ra, Kembalilah ke jalan yang lurus!" Bujuk Rangga dengan dramatis.
"Eh, sekali-kali jalan tuh butuh belokan! Ya kan?" Ucap Rara sambil menyengir.
Ya, ya, ya toiba ~~~
"Udah-udah! Balik ke topik awal. Zidan kenapa?" Tanya Rara.
"Zidan sakit mental!" Jawab Rangga.
Loading
"Masa? Tapi wajar aja sih dia sakit mental, kan dia pernah aniaya Oci bukti tanda mentalnya nggak stabil. Untung Zidan masih di bawah umur! Jadi nggak masuk penjara" Ucap Rara.
Kembali ke sekolah, Rara yang masih mengendong tas di pundaknya menatap Zidan secara intens.
"Paan lo? Ngeliatin gue. Lo berharap gue ngejar-ngejar lo lagi gitu? Sory ya, kali ini yang gue perjuangin Oci. BUKAN LO!" Ucap Zidan percaya diri sementara Rara hanya memutar bola mata malas.
"Eh, Oci udah sama Daffa. Gue tau banget sama temen gue itu, dia itu setia! Jadi dia nggak bakalan ninggalin Daffa. Apalagi cuma buat cowok gangguan jiwa kek lo, " ucap Rara berusaha menyadarkan Zidan.
Sontak saja kata 'gangguan jiwa' mampu membuat siswa-siswi SMA Langit Terang menatap Zidan.
Duh Zidan! Kok lo bisa lupa. Rara kan Adeknya Rangga, jadi wajar kalo dia juga tau. Argh! Seharusnya gue nggak bilang itu ke GANASTA, -batin Zidan.
"Ekhem! Bagus deh, kalo lo udah tau gue gangguan jiwa. Pertanyaan gue adalah, kok lo bisa ya. Nyebut kata 'gangguan jiwa' tanpa merasa berdosa sedikitpun? Padahal, itu adalah hasil dari penghianatan lo ke gue!" Ucap Zidan membuat siswa-siswi SMA Langit Terang yang tadinya menatap Zidan, menjadi menatap Rara.
"Gue nggak nyangka, Rara polos-polos tapi—"
"Ya gimana ya? Gue emang nggak cinta sama lo. Ya mau gimana? Jangan ngungkit-ngungkit masa lalu deh!" Ucap Rara.
"Meskipun gue yang jadi penyebab lo jadi Psikopat, buktinya lo masih kelihatan baik-baik aja. Yang berarti, gue nggak perlu ngerasa bersalah. Yang seharusnya ngerasa bersalah itu lo! Yang udah aniaya Oci," lanjutnya.
"Gue aniaya Oci, karena gue depresi Dan kalo lo nggak putusin gue, gue nggak bakalan kek gini!" Ucap Zidan tak mau kalah. "Lo nggak bersalah dari mananya coba?" Lanjutnya.
"Ra, sekarang di tempat ini. Di sekolah ini, nggak ada lagi GANASTA yang bisa ngelindungin lo, lo harus mandiri Ra. Lo itu nggak bisa lagi ngadu-ngadu ke mereka! Sadar wahai ABG Labil!" Ucap Zidan lantang.
"Sory-sory, keknya lo bukan ABG lagi deh. Karena satu tahun lagi kita udah kelas 12! Tapi gue heran, tingkah labil lo masih ada sampe sekarang. Jangan jadiin gue sasaran tingkah labil lo, yang nggak karuan. Gue Zidan, bukan Gata!" Lanjut Zidan mulai tersulut emosi.
"Eh, sifat lo yang gampang emosian itu yang bikin Oci nggak betah sama lo! Keknya lo harus makan obat penenang," ucap Rara sambil tersenyum sinis.
Zidan berusaha mengontrol emosinya entah kenapa ia tak tega jika harus menyakiti Rara seperti Oci.
"Ra! Lo udah dateng dari tadi?" Tanya Santi.
"Iya. Sampe gue adu bacot sama ini cowok!" Ucap Rara sementara Zidan menyalangkan matanya dengan tajam.
"Udah ya, gue mau ke kelas dulu. Naroh tas," lanjutnya.
"Mending lo sering-sering ketemu sama Gata biar pikiran lo tenang dari—" ucapan Dira terpotong.
"Stop! Nyebut nama mantan cap 'terkenang sepanjang masa' itu cuma bisa bikin suara lo jadi fales," ucap Rara.
KAMU SEDANG MEMBACA
GATARARA
Teen FictionStart Publise GATARARA->1 Maret 2021 Republise 1 Februari 2023 FOLLOW TERLEBIH DAHULU [SEBELUM MEMBACA] WARNING: NO PLAGIAT! Rara Putri Pramuda (Anak Baru Gede) suka, kagum, bahkan cinta terhadap temen kakaknya. Namun, cintanya terhalang oleh per...