"Om! Saya memang anak motor, suka balapan. Tapi, saya nggak pernah ngajak Rara buat ikut ngelakuin itu. Rara tetap aman kok sama saya," ucap Gata."Percaya sama Gata Pa!" Bujuk Rara berusaha menyakinkan sang Ayah agar percaya dengan laki-laki yang dulu benar-benar ia harapkan sampai membuatnya bucin seperti sekarang.
"Iya Pa, Gata orangnya baik kok." Timpal Rangga.
"Oke. Papa restuin," ucap Papa Fandi membuat Gata dan Rara kompak tersenyum.
"Makasih Om, makasih!" Ucap Gata sambil memeluk Papa Fandi karena ia sedang dalam keadaan kegirangan.
"Asalamua'alaikum!" Ucap Gata dan keluar dari rumah Rara tak sabar memberitahu kabar gembira ini kepada Mamanya.
"Ish! Si Papa bikin deg-degan aja," ucap Mama Ratih.
"Papa kan cuma khawatir," ucap Papa Fandi.
Setelah sampai di depan rumah, Gata langsung berinisiatif untuk membuka pintunya.
"Ck! Kenapa nggak bisa dibuka sih?!" Kesal Gata.
Terdengar suara gersak-grusuk dari pintu yang sedang Gata tarik-tarik tidak jelas.
"Ish! Itu kenapa sih?" Gumam Mama Ratih.
Akhirnya Mama Ratih yang membukakan pintu untuk Gata. Rupanya pemuda itu sudah lupa bagaimana membuka pintu rumahnya karena efek kegirangan.
"Ya ampun Ta!" Ucap Mama Risma.
"Ini tuh kalo mau masuk pintunya di dorong, kalo mau keluar baru di tarik!" Jelas Mama Risma.
"Hehe iya Ma," ucap Gata setelah meminum air es.
"Kenapa sih, kek buru-buru banget?" Tanya Mama Risma.
"Hem... Gata abis minta restu sama orang tuanya Rara!" Jawab Gata.
"Apa?! Tunggu-tunggu, kamu minta restu buat pacaran atau—?" Tanya Mama Risma.
"Ya pacaranlah, masa nikah? Kan Rara masih sekolah," jawab Gata.
"Berani banget kamu Nak!" Puji Mama Risma.
"Iya dong," ucap Gata sambil mengelus rambutnya. Uhuy! Kalo kata orang-orang zaman sekarang 'berdamage sekalee!'
******
Setelah beberapa minggu melewati ujian sekolah. Dan sekarang adalah moment yang paling ditunggu-tunggu. Yups! Kenaikan dan kelulusan.
"Ris!" Seru Rangga. Namun, sepertinya Riska tidak mendengar suara Rangga karena sibuk berbincang-bincang dengan teman-temannya.
"Untung kita naik," ucap Oci pada Riska.
"Iya. Gue udah males banget diajarin sama Bu Maria," ucap Riska.
"Ris! Rangga manggil tuh!" Ucap Oci.
Riska langsung menatap Rangga dan menghampirinya. "Kamu mau apa?" Tanya Riska.
"Mau kamu," jawab Rangga sambil tersenyum tulus sekedar mencairkan suana agar tidak kaku.
Riska membalas senyum tulus Rangga dengan senyum penuh kebohongan miliknya.
Maaf Ga, sepertinya aku memang nggak bisa mencintai kamu lagi seperti dulu.
"Bisa aja, Gata mana?" Tanya Riska membuat senyum di wajah Rangga seketika memudar.
"Eh, maksud aku GANASTA. GANASTA mana?" Tanya Riska.
"GANASTA masih sibuk ngecek-ngecek raport mereka di —" ucap Rangga tapi GANASTA sudah terlebih dahulu menghampirinya dengan Rara.
Tatapan Riska hanya tertuju pada tangan Gata dan Rara yang saling bertaut mesra. Jujur saja Riska termasuk golongan perempuan yang kuat karena ia mampu menahan dirinya agar tidak menangis karena rasa kecemburuan.
Ta! Apa perasaan cinto lo ke gue dulu udah benar-benar hilang sekarang?
"Rangking berapa Ci?" Tanya Daffa iseng.
"Nggak usah ditanya berapa rangkingnya, yang penting naik kelas!" Jawab Oci.
"Dih, bilang aja malu sama rangkingnya!" Ucap Barra.
"Udah-udah, lagian kita nggak bakalan lagi ketemu sama mereka di sini. Kan mereka udah lulus," ucap Dira berusaha menenangkan Oci.
"Pacar gue memang kalem," ucap Barra.
"Dih, mana mau gue jadi pacar lo!" Ucap Dira.
"Pfff kek gitu dibilang kalem," ucap GANASTA sambil menahan tawa.
"Aelah, entar lo pasti jatuh cinta sama gue!" Ucap Barra percaya diri sementara Dira tak mau ambil pusing dengan ucapan Barra tersebut.
Disaat teman-temannya sedang ribut Gata dan Rara justru sedang asyik sayang-sayangan. Wajar saja, karena hari ini adalah hari di mana Rara terakhir bertemu dengan Gata di sekolah.
"ABG labil, meski kamu nanti udah dewasa aku boleh nggak tetap manggil kamu ABG labil?" Tanya Gata dengan nada manja. Rara benar-benar sudah merubah seorang Gata Ajra Adwiyata yang dulu cuek dan jutek, sekarang menjadi manja dan sweet.
"Keknya nggak deh, nanti kalo gue udah dewasa lo masih manggil gue ABG labil kan nggak nyambung,"
"Hehe iya juga sih, kalo kek gitu nanti gue manggil lo istri polos!"
"Woi, yang disana!" Teriak Rangga memperhatikan adiknya yang bernama Rara sedang berbincang-bincang dengan Gata yang menurutnya sama sekali tidak penting. Sementara yang dipanggil hanya menoleh sebentar, setelah itu lanjut berbincang-bincang.
"Keknya ngebucin bakalan jadi kebiasaan mereka deh," ucap Aldi.
"Jodoh gue sekarang ada di mana ya?" Tanya Daffa dengan wajah yang tampak sedih.
"Ya Allah, tujukanlah jalan yang bisa mempertemukan teman hamba yang satu ini dengan jodohnya!" Ucap Kenzo merasa prihatin dengan Daffa.
"Diem lo!" Ucap Daffa disela tangisnya. Ternyata cowok itu benar-benar ingin bertemu dengan jodohnya.
"Eh buset! Lo nangis? Ish! Gata berdosa banget ngeliatin keuwuan di hadapan seorang jomblo!" Ucap Kenzo.
"Emang lo nggak jomblo?" Tanya Daffa.
"Jomblo juga sih," jawab Kenzo terkekeh.
"Nah! Karena gue jomblo gue bisa ngerasain apa yang lo rasain saat ini," lanjutnya.
"Bikin qoutes atau puisi tentang jomblo dong Jo!" Pinta Daffa.
"Bentar. Yang singkat aja ya," ucap Kenzo.
"Kita sebagai jomblo bukan berarti tidak memiliki jodoh, hanya saja kita yang belum tau siapa yang akan menjadi jodoh kita tersebut." Ucap Kenzo.
"Makasih ya, udah memotivasi gue pake qoutes lo itu!" Ucap Daffa sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
GATARARA
Teen FictionStart Publise GATARARA->1 Maret 2021 Republise 1 Februari 2023 FOLLOW TERLEBIH DAHULU [SEBELUM MEMBACA] WARNING: NO PLAGIAT! Rara Putri Pramuda (Anak Baru Gede) suka, kagum, bahkan cinta terhadap temen kakaknya. Namun, cintanya terhalang oleh per...