GR - 35. Perjuangan

2K 294 12
                                    

"Serius amat ngeliatin Mita. Hati-hati jatuh hati!" Ucap Nadia pada Gata.

"Brisik woi! Gata tuh udah punya Rara. Ya meskipun Rara nggak ada di sini, tapi isi hati Gata tetap Rara!" Ucap Daffa.

"Lagian siapa suruh macarin dedek-dedek gemesh? Kan jadinya nggak bisa nyeimbangin. Akhirnya malah milih yang sepantaran!" Ucap Mita.

"Heh! Gue tuh ngeliatin lo karena ngerasa aneh waktu lo tiba-tiba bantuin Bu Sari," ucap Gata memberi penjelasan.

"Cepat atau lambat, gue pasti bisa bikin lo jatuh cinta sama gue!" Ucap Mita percaya diri. "Lagipun, Rara si ABG Labil itu. Cuma bisa bikin darah lo naik karena tingkah labilnya!"

"Percuma lo cosplay jadi Acha, soalnya Gata nggak akan mau jadi Iqbal!" Ucap Rangga tak terima, pasalnya ini sudah menyangkut Rara Putri Pramuda adik satu-satunya.

"Heran, ternyata ada ya. Cewek yang harga dirinya lebih murah daripada harga bajunya," sindir Kenzo sambil tersenyum sinis.

"Gue kasih tau tata caranya: Pake sistem COD! Pilih yang diskonan! Jangan lupa pake gratis ongkir! Entar kalo ceweknya nggak mau sama kita, kita kasih aja ke Bang kurir! Siapa tau Bang kurirnya jomblo," jelas Barra semangat 45 sukses mempermalukan Mita Margareta.

Pilih yang diskonan? Makin murah njir! Harga dirinya di mana?! Ku menangis ...

"Kenapa? Lo mau pergi?" Tanya Gata saat melihat Mita sudah membelakanginya.

"Iya. Gue mau pergi, GUE MALU!" Jawab Mita dengan lantang dan pergi ke kelas.

"Nah! Ini yang gue tunggu-tunggu," ucap Barra.

"Ternyata masih punya rasa malu!" Ucap Aldi. "Syukur deh, kalo gitu."

"Itu si Mita kenapa?" Tanya Bu Es.

"Ibu nggak perlu tau!" Ucap GANASTA kompak.

"Ibu kok sering banget nyamperin kita-kita, Ngefens ya Bu sama GANASTA?" Tanya Gata dengan percaya diri.

"Dih, buat apa jadi fens kalian? Ibu nggak berminat!" Jawab Bu Es.

"Dih, Ibu. Ibu nggak tau apa? Kita tuh geng terfamost waktu di SMA LT! Di sini juga," ucap Barra.

"Pinter banget ya, promosinya. Udahlah,  Ibu cape ngobrol sama kalian!" Ucap Bu Es.

"Ck, ck, ck, masa lo nggak ngerti sih Bar? Bu  Es kan lagi jaga hati dan diri buat Pak Radit. Jadi nggak usah deketin Bu Es!" Ucap Rangga dengan tegas.

"Astagfirullahalazim, Mas! Aku nggak pernah ngedeketin dia. Ini nggak seperti yang kamu pikirin!" Ucap Barra membuat Bu Es merasa prihatin dengan tingkah siswanya yang satu ini.

"Jangan ngomong gitu! Gue jadi keinget Riska," ucap Rangga setelah teringat kejadian Riska tertangkap basah berduan dengan Gata.

******

Zidan termenung sendirian di kamar berusaha mengingat kembali nama kampus GANASTA.

"Ayo dong Zidan! Universitas apa?! Cahaya. Tapi Cahaya apa?! Lo pasti bisa! Masa gue pikun."

"Dunia!"

Baru saja melangkahkan kaki untuk menduduki motor sport, GANASTA sudah harus direpotkan dengan kedatangan Zidan yang tiba-tiba saja datang dengan wajah tanpa dosa.

"L-lo tau dari siapa, kalo kami kuliah di sini?" Tanya Daffa gugup setengah mati.

Jangan lupa bernafas!

"Dari cewek lo yang punya satu hati, tapi isinya DUA COWOK!" Jawab Zidan dengan lantang.

"Oci? Dua cowok? Jangan bilang kalo cowok keduanya itu lo!" Ucap Daffa tak kalah lantang.

"Kalo iya emang kenapa?" Tanya Zidan dengan enteng.

"Busetdah! Njir. Itu siapa? Siswa baru apa gimana?!"

"Rara pernah bilang ke gue. Kalo lo, udah nggak ada di hatinya Oci! Semenjak hari patah hati di SMA LT! Lo udah hilang, hilang dari hatinya Oci. HILANG!" Ucap Gata merasa Daffa butuh pembelaan.

"Cih, hilang belum sepenuhnya hilang. Hilang masih bisa dikenang!" Ucap Zidan seperti pelopor dimasa lampau.

"Ini bocah lagi pada ngomong apasih?"

"Biasalah. Fansnya Kenzo."

"Lah, kok belum pulang?" Tanya Pak Radit.


"Anu Pak, lagi asik menikmati tontonan gratis. seru lagi!"

Pak Radit melirik ke arah yang dijadikan tontonan, sontak saja hal itu membuat beliau terlonjak kaget.

Berasa didatengin uang kaget gitu?

"Dulu mau rebut Rara, sekarang Oci? Kasian nggak laku!" Ledek Barra sambil menampilkan smriknya.

"Hei! Jangan salah. Gue tuh cuma nunjukin harga diri gue sebagai LAKIK! Gue tuh lagi memperjuangkan cinta gue. Cinta itu butuh PERJUANGAN!" Ucap Zidan tidak terima dengan ucapan Barra.

"Whats? Lo sebut itu perjuangan? Tanaman nggak akan tumbuh kalo cuma disiram air, tanpa adanya cahaya matahari!" Ucap Kenzo dengan puitis.

Ini yang ditunggu-tunggu!

"Hubungan yang lo inginkan sebagai pasangan kekasih. Nggak akan ada kalo yang memperjuangkan cinta itu cuma lo, bukan Oci!" Lanjut Kenzo membuat Pak Radit bercecak kagum.

"Kecuali kalo lo beneran jodoh sama itu cewek!" Timpal Aldi ikut-ikutan.

"Lah, Bapak lagi ngapain?" Tanya Bu Es.

"Lagi ngeliat siswa kita lagi barentem sama... sama siapa ya? Bapak nggak tau. Yang pasti Bapak bangga sama mereka!" Jawab Pak Radit.

"Bapak gimanasih? Siswanya lagi berantem malah bangga!" Kesal Bu Es.

"Ingat Pak! Kalo kata Zidan cinta itu butuh perjuangan!" Teriak Gilang dengan semangat 45. "Kalo kata Kenzo hubungan yang diinginkan sebagai pasangan kekasih, nggak akan ada kalo yang memperjuangkan cinta itu cuma 1 pihak!" Lanjutnya.

"Idih, emangnya Bapak cinta sama Bu Es? Sok tau kamu!" Ucap Pak Radit.

"Cielah si Bapak. Padahal Bu Es udah ngode-ngode dari kemaren," ucap Gilang.

"Kalo cinta lo ditolak Oci? Cari yang lain. Masih banyak cewek diluar sana yang mau nerima cinta lo!" Ucap Daffa.

"Seharusnya yang Oci tolak itu lo! Bukan gue. Ngaca Fa, lo itu dikit-dikit kena mental. Mana bisa ngelindungin Oci!" Ucap Zidan tak mau kalah.

"Apa kena mental? LO AJA KALI! Eh, asal lo tau aja. Malam tadi gue waktu mau ke markas GANASTA, nggak sengaja ngeliat lo pengang obat-obatan. NJER! OBAT APAAN TUH?!" Tanya Daffa membuat Zidan membelalakan matanya. Bukan apa-apa, Zidan hanya takut kalau orang-orang tau bahwa ia adalah PSIKOPAT.

"Astagfirullahalazim," ucap Aldi sambil menggelengkan kepalanya.

Apaansih Aldi? Nggak jelas.

"Lo salah liat kali!" Elak Zidan. "Masa gue konsumsi obat-obatan kek gitu? Nih ye, gue disuruh minum antimo aja susah!"

"Heleh, nggak usah ngeles lo!" Gertak Gata.

"Ngaku lo ngaku!" Timpal Barra.

"Oke-oke, gue bakalan bilang yang sebenernya. Tapi kita harus pindah dulu, nggak enak di depan kampus!" Ucap Zidan sementara GANASTA hanya menganguk pelan.

"Gue nggak percaya sama tu bocah," bisik Rangga pada Gata.

GATARARA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang