Chapter 9

951 126 83
                                    

Setibanya di rumah keluarga Arzafka, Tuan Arkan datang bersama Robert dan juga Afkar memasuki rumah besar tersebut.

Afkar terngaga begitu dia memasuki rumah sebesar ini, bahkan mungkin rumah lamanya hanya berukuran seruang tamunya saja. Dia tak percaya bahwa dia bisa tinggal di rumah sebesar dan semewah ini, untuk satu kenyataan yang membuatnya begitu beruntung dalam sekejap. Dia merasa bersyukur.

"Assalamualaikum...." sapa Tuan Arkan memasuki ruang tengah.

Sejurus Arsen, Julian dan Aidan yang digendong Arsen menuruni anak tangga besar tersebut.

"Eeehhh, Grandpa udah pulaaaang..." Arsen memainkan tangan Aidan pada Tuan Arkan.

"Arseeeenn... kenapa gak naik lift aja sih? Kan berapa kali Daddy udah bilang sama kamu, kalau lagi bawa Aidan tuh ya pake lift. Jangan pake tangga. Bahaya, Naaak!" tukas Tuan Arkan pada Arsen.

"Gapapa lah, Dad. Dibiasain juga buat kita-kita, supaya gak terlalu manjain Aidan" tutur Arsen.

Julian turut menclinguk ke arah Afkar sejenak. Yang di tengok, seketika menundukkan kepalanya, memalingkan pandangan dari Julian. Seiring Julian bertanya pada Robert, "Mas...?" Julian mengisyaratkan pada Robert tentang siapa yang dibawa oleh mereka ke rumah ini.

"Ooohhh... ini..." Robert melirik ke arah Tuan Arkan. "Ini Afkar, dia... sepupuku dari Kartasari"

"Iya, dan dia akan tinggal disini dulu sementara. Jadi tolong kalian berdua juga menyayanginya seperti saudara sendiri ya?" timpal Tuan Arkan.

Mendengar kalimat tersebut Julian menekuk alisnya. Menyayangi layaknya saudara sendiri?

Arsen berusaha menyodorkan tangan kanannya ke arah Afkar, tangan kirinya sibuk memangku Aidan yang kian hari kian berat. "Halooo... Arsen Arzafka... anaknya Pak Arkan" sapa Arsen pada Afkar.

Afkar mengangkat kepalanya, lalu menyunggingkan senyum canggungnya. "A-Afkar..."

"Iya, semoga kamu betah ya tinggal disini. Kalo perlu apa-apa gak usah sungkan-sungkan ya, Kar" tutur Arsen, ramah dan lembut.

Afkar mengangguk, tersenyum tipis. "Makasih"

Julian yang berkecak pinggang turut menyodorkan tangan kanannya juga ke arah Afkar. "Gue Julian... Suami Arsen!"

Afkar mendongak, tertegun, "Suami???"

"Iya"

"Me-mangnya... bisa???"

"Apa yang gak bisa di dunia ini?" cetus Julian, seakan memiliki perasaan tidak suka pada Afkar.

Afkar menyunggingkan senyuman tipis, maklum. "Maaf..."

"Eh, sorry ya. Julian orangnya emang gitu, suka ketus sama orang baru. Maklum, waktu lahir kesetrum kabel kulkas, makanya jadi dingin" tukas Arsen, lalu dia melotot pada Julian.

Julian hanya mengangkat bahunya.

"Yaudah yaudah, daripada kita lama-lama disini, mending kita makan malem aja yuk!" tutur Tuan Arkan.

"Ayuk, yuk. Arsen juga laper nih, Dad"

"Yaudah, kamu tolong bilang ke Salamah untuk siapin makanan ya, Nak" pinta Tuan Arkan.

"Aidan biar sama saya aja" tutur Robert. Kemudian Arsen menyerahkan Aidan pada Robert. Lalu dia berjalan menuju dapur.

"Julian..."

"Ya, Pah?"

"Tolong kamu antar Afkar ke kamarnya ya, yang di atas, depan kamar kamu dan Arsen"

"Iya, Pah" lalu Julian mengambil koper Afkar lalu turut berjalan menuju anak tangga, "Ayo, ikut gua"

STUCK ON YOU 3 (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang