Chapter 20

847 113 83
                                    

Julian yang sehabis mandi di kamar mandi kamarnya, turut sibuk mengganti baju sambil mengobrol dengan Aidan yang terjaga di ranjangnya. "Aidaaaan... tunggu ya sayang yaaah, Daddy pake baju dulu yaaaa... nanti kita maiiinn di taman belakang yaaah... anaknya Daddy Juliaaaan..."

Aidan tertawa dan bersuara lucu sekali.

Julian ikut tertawa, "Ih, ketawaaaa... gemesshh banget ciiii... jagoannya Daddy niii" Julian mencium kening Aidan. "Sebentar ya sayang yaaa"

Julian membuka handuknya dan bertelanjang bulat di depan lemari besarnya untuk mengganti pakaian.

Sampai seketika, Afkar membuka pintu kamar Julian dan menyaksikan pemandangan yang baru dan menguntungkan baginya. Julian yang bertubuh atletis itu tengah bertelanjang bulat dan mengambil pakaiannya di lemari. Walau sedikit kejauhan, namun Afkar dapat melihat penis Julian yang begitu panjang dan tebal.

Julian tersontak kaget dan langsung mengambil handuknya lagi. "Astaghfirullah al-azdim"

Afkar salah tingkah dan tertawa kecil.

"Heh! Lo ngapain disitu, hah???" tukas Julian sambil buru-buru mengenakan handuknya. "Gak punya adab lu? Ketuk, sebelum masuk!"

Bukannya pergi dan berlalu, Afkar malah berjalan segan menghampiri Julian dengan sepucuk amplop coklat di tangannya.

"Bukannya cabut lu, malah kesini, lagi!" cetus Julian. "Gak ngerti bahasa Indonesia?"

"Maaf, Jul. Jangan teriak-teriak lah, di depan anak kamu" tutur Afkar.

"Diem! Lu gak berhak ngatur-ngatur gua di rumah ini!" cetus Julian.

Afkar tersenyum tipis.

"Kenapa lu senyum-senyum?" tanya Julian.

"Maaf ya, Jul. Ma'aaaaf, banget. Tapi kan... kamu tau sendiri. Aku ini... anak kandungnya Tuan Arkan Arzafka. Otomatis, ini rumahku juga dong. Justru... kamu, Arsen... dan anak kamu yang malang itu... yang bukan siapa-siapa di kediaman Arzafka ini. Karena kan... Arsen ternyata adalah... anak pungut" omongan Afkar lembut namun pedas mematikan.

"Eh, lo diem ya! Meskipun lo anak kandung dari Tuan Arzafka. Jangan pikir, gua gak bisa nampar lo dan nyekolahin mulut lo kapan aja! Kalo lo gak bisa jaga sikap dan omongan lo di depan gua! Jangan pernah hina Arsen!" cetus Julian, geram.

Afkar tak peduli. Lalu dia menyodorkan amplop itu pada Julian. "Ini... niatku kesini tadinya mau kasih ini ke kamu. Aku pikir kamu sama Aidan lagi tidur. Makanya aku gak ngetuk pintu dulu"

Julian masih dengan alis yang tertekuk, turut mengambil surat itu dari tangan Afkar. Dia membuka dan membacanya, yang adalah laporan hasil dari panen beberapa sawahnya di Lumajang.

Selesai membaca, Julian melipat amplopnya. "Yaudah, udah kan? Sana pergi lu! Ngapain masih disini?"

Afkar kemudian tersenyum manis pada Julian, lalu dia pun mendekatinya dan mencoba menyentuh dada Julian yang bidang dan berbulu tipis.

Julian mendengus geram seketika.

"Kamuuu... bilang ya, Jul sama aku. Kalau misalnya... kamu udah bosen sama badannya Arsen" tutur Afkar sambil terus menyentuh bagian perut Julian yang berbentuk. "Karena kan... Arsen itu... udah gak perawan lagi. Udah gak sempit dan enak lagi, kan? Sedangkan aku... aku masih belum di apa-apain, Jul" Afkar berbisik di telinga Julian.

Julian memicingkan matanya dalam diamnya pada Afkar. Afkar melanjutkan kalimatnya, "Aku rela kok, di apain aja sama kamu. Kamu mau main santai, jadiii... kamu mau main kasar, juga bisa... tinggal kamu aja yang tentuin waktu dan tempatnya dimana, Jul" tangan Afkar perlahan mulai turun ke bawah perut Julian. Sambil Afkar meneruskan, "Karena aku... aku juga cinta sama kamu, Julian..."

STUCK ON YOU 3 (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang