Chapter 94

695 124 57
                                    

Selesai tes, Mario dan Arsen keluar dari ruang lab. Dengan perasaan denyut nadi yang bergetar hebat dan menggebu-gebu, Mario seakan merasa sedikit lega karena telah melakukan sesuatu yang mungkin ada benarnya juga harus ia lakukan, bahkan sejak dulu jika dia tahu kenyataannya.

"Mario..." panggil Arsen pada Mario.

Mario berbalik dan menoleh pada Arsen. "Ya, Om?"

Mata Arsen berkaca-kaca untuk menguraikan segala rasa syukurnya hari ini pada Tuhan, karena akhirnya Mario mau melakukan tes DNA. "Gak ada lagi kata-kata yang bisa Om ungkapkan untuk Mario. Selain kata terima kasih. Makasih, Nak. Makasih banyak. Kamu udah mau ikut melakukan ini untuk saya"

Mario menyunggingkan senyuman terbaiknya pada Arsen. "Sama-sama, Om Arsen. Malahan, justru entah kenapa saya ngerasa sedikit lebih tenang setelah saya melakukan tes DNA ini sama Om!" tutur Mario.

Arsen ingin sekali memeluk tubuh Mario, namun rasanya ia belum pantas untuk melakukan itu. Bibirnya gemetar menatap wajah Mario yang begitu mirip dengan Julian. "Kami sehat-sehat kan, Nak? Kamu diperlakukan dengan baik kan, di rumah?" tanya Arsen.

Mario sedikit bingung untuk menjawab, dia menoleh ke arah Malik sebentar. Lantas menatap lagi ke arah Arsen. "Alhamdulillah sehat, Om. Saya baik. Tapi..."

"Tapi apa, Nak?" Arsen penasaran.

"Di rumah, Mama selalu ngancem saya dan Malik untuk gak berhubungan sama keluarga Om Arsen. Apalagi setelah kemarin dia tahu kalau saya sama Malik habis dari rumah Om Arsen. Mama marah besar dan ngelarang kami untuk pergi kesana lagi" jelas Mario panjang lebar.

"Astaga, Afkaaaaarrr..." Arsen berdesis pelan, tak ada suara. Dia geram bukan main pada perempuan jadi-jadian itu.

Ponsel Malik bergetar seketika. Panggilan dari Mamanya. Malik melotot, terkesiap, "Kak! Mama nelpon! Gimana nih?"

"Angkat aja! Bilang aja udah di jalan pulang sama Kamar!" cetus Mario.

"Iya, Kak!" Malik menjawab telpon tersebut sambil menjauh dari tempat itu.

"Kamu hati-hati terus ya, Nak! Jaga diri kamu! Makan yang banyak! Minum vitamin! Kalo ada apa-apa hubungi aja saya, atau gak Aidan. Kami pasti langsung datang ya!" ujar Arsen pada Mario.

"Iya, Mar. Lo hubungi gua sebisa mungkin! Gua pasti langsung OTW!" timpal Aidan.

Mario tersenyum lebar, "Makasih ya, Dan, Om! Kalian memang benar-benar orang yang baik! Kalaupun nanti kebenarannya terbukti bahwa saya ini anak Om Arsen, saya pasti beruntung sekali bisa mendapatkan keluarga yang baik seperti Om Arsen dan Aidan"

"Iya, Nak! Itu pasti! Besok hasilnya akan keluar! Kita pasti bisa utuh lagi ya" ujar Arsen.

Mario mengangguk. "Kalau gitu, saya pulang dulu ya, Om. Takut Mama nanti marahin kami lagi!"

"Iya, Nak" ujar Arsen.

"Thanks banget ya, Mar!" kata Aidan.

"Makasih Mario" kata Dali.

"Sama-sama" Mario turut mengambil tangan kanan Arsen dan menciumnya dengan lembut. "Assalamualaikum..."

Arsen melongo terbata, "Walaikum salam" katanya sambil menitihkan air matanya.

Mario pun pergi meninggalkan koridor itu, menyusul Malik dan berlalu meninggalkan rumah sakit tersebut.

~

Di dalam mobil Mario, Malik turut sendu diam membisu di kursinya. Dia bagai tak tahu harus berbuat apa. Ada banyak ketakutan yang muncul di pikirannya.

STUCK ON YOU 3 (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang