Tim medis datang lalu bergegas mengangkat tubuh Tuan Arkan yang sudah pucat pasi.
Arsen masih dengan tangisannya merangkul jasad biru Ayahnya yang tak lagi bernyawa. Seiring para medis itu beranjak menuju rumah sakit terdekat dengan segera.
Saat jasad di bawa turun dari gedung itu, para pegawai dan karyawan perusahaan AR Industries turut bersedih dan berduka. Kehilangan sosok atasan yang baik dan berwibawa seperti Tuan Arkan, rasanya tidak ada lagi kedamaian di kantor itu. Beberapa diantaranya ada yang sampai histeris dan menangis melihat Tuan Arkan diboyong oleh kain putih tebal besar oleh beberapa orang.
Arsen dan Julian masih di gudang itu. Gudang yang sepi, dan sepanjang koridornya pun sunyi tanpa ada seorang pun disana. Lantai 9 memang sering digunakan hanya pada saat tertentu.
Arsen meringis menatap Afkar dengan tajam. Dia tak lagi bicara, berteriak ataupun mengucapkan sepatah katapun pada Afkar.
Dia mengambil linggis yang ada di lantai gudang itu. Linggis bekas Tuan Arkan gunakan untuk mendobrak laci meja tadi.
"Arsen... Arsen... gue mohon, Sen! Jangan, Sen!" Afkar memohon pada Arsen yang sudah dimakan emosi. "Lo bukan pembunuh, Sen! Lo bukan..."
BUGGKKK!!! Seiring dia pun memukul keras wajah Afkar dengan ujung linggis yang tajam itu sampai rusak pipi kirinya dan mengeluarkan darah.
Julian terkejut bukan main ketika Arsen sangat berani melakukan hal sesadis itu dihadapannya. "Sen..."
Afkar berusaha berdiri dengan tangisan jeritannya, lalu Arsen menahan dan mendorong tubuhnya sampai jatuh ke lantai.
DAGKK!!! Suara benturan keras terdengar begitu kepala Afkar ditendang hebat oleh kaki Arsen yang mengenakan sepatu. Arsen masih tak berkata apa-apa. Dia hanya melakukan semua gerakan yang menurutnya pantas dilakukannya.
Julian sampai ternganga-nganga begitu Arsen melakukan itu pada Afkar.
"Ampun, Sen... ampun..." Afkar mengemis, meminta ampun.
Arsen tak mau tanggung-tanggung. Dia menarik rambut Afkar dan menyeretnya keluar dari gudang itu. Tangan kanannya memegang linggis tersebut. Julian yang heran turut mengikuti Arsen, dan melihat apa yang ingin Arsen lakukan.
Terus diseretnya Afkar oleh Arsen sampai menuju lift dan turun ke lantai satu di lobby kantor yang sudah berkerumun beberapa orang disana.
Suasana terlihat begitu heboh ketika Arsen menyeret Afkar dan menghempaskannya di tengah-tengah lobby kantor tersebut. Mereka sukses menjadi pusat perhatian. Terlebih Afkar. Lalu Arsen pun berjongkok dan menempelkan mulutnya pada telinga Afkar. "Gua bikin simpel sekarang. Satu bagian tubuh, untuk satu pengakuan. Mulai dari tangan" TAAAANG!!! Arsen memukul tangan kanan Afkar dengan menggunakan linggis di pegangnya.
"Aaaaawwwhhhh aduuuhhh aduuuhh... sakiiiittt..." teriak Afkar, membuat seisi kantor histeris melihatnya.
TAAANGG!!! Arsen memukul tangan Afkar lagi dengan keras sampai Afkar menjerit lagi, para pegawai itu histeris melihatnya.
"Ngaku bego! Kalo gak, Arsen gak akan berhenti!!!" tukas Julian.
"Gu-gue... bukan anak kandung Pak Arkan!!!" jerit Afkar sambil terus memegang tangan kanannya yang sakit dengan tangan kirinya.
Arsen manggut-manggut. Bagus! Lalu dia kembali memukul tangan kiri Afkar dengan keras. TAAANG!!!
"AAAAARRRGGHHH... G-gue... gue cuma ikutin perintah Maudi untuk hancurin keluarga Arzafka d-dan... merampas seluruh harta kekayaannya"
TAAANG!!! Arsen memukul keras kaki kanan Afkar sampai dia menjerit lagi. Wajahnya sudah lebam dan penyok akibat pukulan dari Arsen.
Afkar mengaku lagi, "Gue berniat untuk ngerebut Julian dari Arsen"
TAAANG!!! Arsen memukul kaki kiri Afkar dengan penuh amarah.
Afkar kembali mengaku sambil menangis, "G-gue udah manipulasi semua tes DNA, dan juga surat pengalihan kuasa..."
TAAANGG!!! Belum habis Afkar bercerita, Arsen memukul paha kanan Afkar dengan linggis.
"AAAARRGGHHH!!! SAKIIIT SEENNN!!! G-GUE PENYEBAB KEMATIAN PAK ARKAAAAANNN!!! CUKUP SEEEENN!!!"
Arsen semakin murka dan menangis. Dia ingin mengangkat linggis itu lagi dan berniat untuk memukul Afkar lagi, tapi Afkar berhasil bangun dan langsung mendorong Arsen sampai jatuh.
Sambil tertatih, dia berusaha kabur dari gedung itu.
"Pak!!! Tangkep, Pak!!!" teriak Julian pada security disana. Namun Afkar berusaha menghindari security tersebut dengan menendang perutnya.
Afkar kembali berlari keluar gedung tersebut dan mencoba memberhentikan kendaraan, namun tak ada yang menolongnya.
Arsen pun mengejarnya dengan berjalan cepat menghampiri Afkar yang tertatih. Julian turut menyusulnya dari belakang.
Sadar sedang diikuti oleh Arsen, Afkar berusaha mempercepat langkahnya sampai memasuki sebuah gang di ujung jalan itu dan tembus ke sebuah jembatan yang terdapat kali besar dengan air coklat yang tak terlalu deras mengalir serta sampah plastik yang mengapung disana.
Arsen berlari dan mengejar Afkar sampai di jembatan itu. Hingga kemudian Arsen berhasil mencengkram baju Afkar kemudian dia langsung meninju wajah Afkar dengan keras dan berdarah.
Arsen mengibas-ngibaskan tangannya, menahan rasa sakit karena memukul wajah Afkar.
Hingga Arsen hendak memukul wajah Afkar lagi, Afkar langsung berhasil menepis dan meninju wajah Arsen sampai Arsen terjatuh di aspal jembatan itu.
Sejurus Afkar yang ingin kabur melawan arah, Arsen langsung menendang kaki Afkar dengan keras saat dia masih berposisikan terlentang.
Afkar terhempas menuju ujung jembatan dan dia hampir jatuh dari jembatan menuju kali tersebut. Dia kini bergelantungan pada tiang pembatas jembatang tersebut dengan panik. "YA ALLAAAHH... YA ALLAAHH HAMBA BELUM MAU MATI YA ALLAAAAHHH!!!" teriak Afkar saat dia bergelantungan menahan tubuhnya untuk tak jatuh ke kali tersebut.
Julian berniat menolong, namun Arsen bersuara, "Jangan pernah menolong orang yang licik!!! Kalau kamu mau hidup lebih lama di dunia, Bang!!!" ujar Arsen.
Julian terdiam, menatap Arsen yang benar-benar diliputi angkara murka yang mendalam.
"Julian toloooong..." pinta Afkar.
Namun Julian tidak mau menentang kemauan Arsen yang menurutnya juga, Afkar sudah sangat keterlaluan.
"Lo udah bunuh bokap gua!!! Lo udah bikin bokap gua meninggal!!!" teriak Arsen pada Afkar yang masih bergelantungan di sisi jembatan tersebut. Napasnya tersengal-sengal karena tidak ada tempat untuk menopang badannya selain bergelantung pada sekat jembatan tersebut.
"Gue minta maaf, Sen! Gue minta maaf!!! Gue janji gue gak akan ganggu keluarga lo lagi! Gue... Gue gak bisa berenang, Sen!!! Gue..."
"Tai lo!!! Selama ini gua bisa diem walau lo udah ancurin kebahagiaan rumah tangga gua!!! Tapi kali ini... gue gak akan ngebiarin lo hidup lagi, Kar!!! Gue lebih baik ngerayain lebaran di penjara, daripada harus liat lo berkeliaran di dunia!!!" teriak Arsen.
"Arsen... please...."
"Goodbye... the clever Afkar..." Arsen melepas jari jemari Afkar satu persatu sampai Afkar tak bisa lagi menopang berat badannya dan berhasil jatuh dengan sempurna pada kali tersebut. BYUUUURRR!!!
TO BE CONTINUED
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU 3 (END 21+)
RandomWARNING!!! : LGBT CONTENT (21+) CERITA MENGANDUNG KALIMAT KASAR DAN TIDAK DIPERKENANKAN UNTUK DIBACA OLEH DIBAWAH UMUR DAN JUGA HOMOPHOBIA. Dilahirkan dengan penuh perjuangan, segala penantian dan pengorbanan akhirnya berhenti disaat Aidan Tawakkal...