Chapter 19

771 113 34
                                    

"Apalagi yang belum dateng?" tanya Junior yang masih sibuk berdiskusi dengan wedding organizernya.

"Tinggal lampu-lampunya aja sih, Mas. Mas Junior minta nambah kan, backgroundnya nuansa pink dan biru muda?" tanya mbak-mbak W.O tersebut.

"Iya, tapi itu untuk sisi panggungnya aja. Kalau bisa warnanya jangan terlalu mencolok ya, transparansi aja. Toh, gedung cuma buka sampe jam 7 malem sekarang"

"Iya nih, Mas. Kerjaan jadi mandet semasa pandemi gini. Vendor banyak yang ngaret. Cape deh"

"Kamu atur aja ya pokoknya. Yang penting di hari H semuanya terlaksana dengan sesuai"

"Siap Mas Junior. Beres" tutur Mbak-mbak W.O tersebut.

Setelah Mbak-mbak WO tersebut pergi, Junior di kejutkan oleh kehadiran Arsen di gedung tersebut.

Junior melebarkan bola matanya, sumringah. "Arseenn..."

Arsen berjalan dengan senyuman pahit di wajahnya.

"Haaaaii..." Junior menghampirinya sambil memeluknya. "Sendirian aja? Gajul? Aidan?"

"Gue ijin sama Bang Yayan pengen ketemu lo sama Nanto disini. Aidan gak gua bawa lah. Masih rentan. Dia sama Julian dirumah" jelas Arsen.

"Ooohh... duduk dulu yuk! Mau minum apa?" tanya Junior.

"Apa aja, Jun" jawab Arsen.

"Sebentar ya" Junior berjalan menuju kulkas besar di sisi ballroom dan mengambil dua botol soft drink dan puding mangga disana. "Sayang banget, Nanto lagi fitting gaun, Sen. Dia masih di butik. Tapi paling bentar lagi dia kesini kok"

"Ooohh... eh, tapi serius ini, gue gak ganggu kan???" tanya Arsen.

"Ya enggak laaah!!! Sejak kapan anak sultan dateng ngerepotin? Kalopun dia ngerepotin, orang yang di repotin pasti bakalan seneng" jelas Junior sambil berjalan lagi menghampiri Arsen di meja bundar yang belum terkemas rapih.

Arsen murung mendengar ucapan Junior barusan. Dia gamang dan galau. Dia bersedih. Dia kembali teringat masalahnya di rumah.

"Minum dulu, Sen! Lo keliatan kusut banget? Lagi ada masalah ya?" tanya Junior.

Arsen mengangguk.

"Masalah apa, Sen???" Junior penasaran, "Cerita sama gue. Gue pasti bakalan bantu kok"

Arsen menitihkan air matanya. Dia berusaha sekeras mungkin untuk tidak menangis. Tapi usahanya nihil. "Afkar, Jun..."

"Afkar?" ulang Junior, "Why? Kenapa sama Afkar? Dia cari gara-gara sama lo?"

Arsen menggeleng, "Dia ternyata anak kandung bokap gue"

"What???" Junior terkejut bukan main, "Ini lo beneran? Gak lagi iseng kan?"

Arsen menggeleng, "Gue keterlaluan kalau becandaan gue sampe bawa-bawa keluarga gue, Jun! Tapi ini serius. Gue gak becanda. Dia anak kandung dari Tuan Arkan dan Ibu Maudi. Sedangkan gue???"

Junior tak siap mendengar kelanjutannya.

"Gue cuma anak pungut, Jun! Gue cuma anak yang selama ini tuh dituker sama orang laen!" sambung Arsen, meratap sesak. "Mantan pembantu Tuan Arkan tega nuker gua sama Afkar waktu kami baru lahir. Dia ngelakuin itu karena dendam sama Tuan Arkan. Dan ternyata, kehadiran Afkar di rumah tuh adalah kenyataan yang diterima oleh Tuan Arkan dari Pak Abdi, kalau selama ini, Afkar-lah anak kandungnya! Bukan gua, Jun!"

"Astaga, Seeeen... lo... lo beneran yakin dengan ini semua???" tanya Junior.

"Gua sendiri yang nemuin hasil lab tes DNA rumah sakit yang ngevonis kecocokan antara Afkar sama Bokap gua, Jun!" jelas Arsen.

Junior kemudian menggenggam tangan Arsen dengan lembut. Berusaha menguatkannya.

"Gue gak tau harus gimana, Jun! Di rumah, gue tuh bingung. Gue berasa asing. Gue juga bisa ngerasain, Bang Yayan juga ngerasa asing di rumah itu. Tapi dia berusaha nutupin itu dari gua. Dia gak mau gua sedih!" timpal Arsen.

"Iya, Sen. Walau gue juga ikut kaget dengernya. Tapi lo harus kuat dari ini, Sen! Lo pasti bisa ngelewatin ini semua. Demi Aidan" ujar Junior.

Tak lama kemudian Nanto, Adit dan Anwar datang memasuki gedung tersebut. Ketiganya yang baru masuk dalam keadaan tawa canda, tiba-tiba tertegun melihat kesedihan Arsen yang duduk menunduk di kursi tersebut.

"Arsen..." ucap Nanto yang langsung menghampirinya. Dia mengambil kursi dan duduk di samping sahabatnya itu. "Lo kenapa, Seeen??? Kok nangis???"

Arsen masih menunduk di balik lengannya.

"Kamu apain sih?" tanya Nanto pada Junior.

Junior hanya menggeleng dan menjelaskannya. "Arsen cerita... katanya dia temuin fakta kalau Afkar itu anak kandung dari Tuan Arkan yang selama ini tertukar sama dia"

Baik Nanto, Adit dan Anwar melotot tak percaya. "Serius???" ulang Nanto tak percaya.

"Ini beneran, Bos Keong?" tanya Adit seketika.

Arsen menghapus air matanya, "Duh, To, sorry banget ya, gue dateng-dateng malah ngerusak suasana. Padahal besok kalian..."

"Udahlah, Sen... lo kayak baru kenal gue sama yang anak-anak aja! Kita temenan bukan cuma sebulan dua bulan. Bagi kita lo itu penting, Sen!" tukas Nanto.

Arsen turut memeluk Nanto dan menangis dalam pelukannya. "Gue gak ngerti lagi, kenapa ada aja masalah yang gua temuin tiap hari, To! Gua sedih banget, salah gua apaaa??? Apa karena gua ini gak normal??? Gua nikah sama Julian? Gua punya anak, Aidan? Kenapa harus gua lagi gua lagi yang nanggung ini semua! Gua serasa..."

"Ssshhh... sshhh... Sen, udah ya, udah! Ini semua tuh gak ada kaitannya sama apapun yang ada di diri lo sekarang ini! Ini udah jalannya, Sayang. Kita gak bisa milih dan ngatur ini semua! Mau sekotor apapun kita, sesuci apapun kita, masalah ya masalah. Dia akan tetep dateng dengan sendirinya. Ini yang bikin kita semua belajar jadi manusia yang tangguh, Sen! Manusia yang kuat, yang hebat dari sebelumnya! Dan gua yakin, kelak kebahagiaan yang abadi tuh bakalan datang dengan sendirinya. Jadi lo gak usah ngerasa kalau hidup itu jahat cuma ke elo doang, Sen! Sama kok, hidup itu gak adil buat gue, buat Junior, buat kita semua. Tinggal kitanya aja yang harus ngontrol sekuat mungkin! Oke?" ujar Nanto dalam pelukannya.

Air mata Arsen berhenti berlinang.

"Iya, Sen! Lo tenang aja! Lo gak akan sendirian kok. Ada Gajul, Aidan, ada kita semua yang sayang sama lo, kan?" cetus Anwar.

Arsen manggut-manggut.

"Pokoknya kalo pun elo jadi homo misqueen yang gak punya apa-apa, kita tetep jadi temen lo! Lo tetep bos keong gue sama Anwar! Ya gak, War?" cetus Adit.

"Yoi dooong!" balas Anwar.

"Tuh, denger kan?" cetus Junior. "Gausah sedih, oke???"

Arsen tersenyum lebar, air matanya tergantikan dengan senyuman bahagia berkat para sahabat-sahabatnya. "Makasih banyak ya, guys! Kalian emang temen-temen terbaik gua"

"Oh jelaaassss" Adit dan Anwar saling memberikan tos.

Junior tersenyum manis memperhatikan Arsen, masih terus menggenggam tangan lelaki kurus itu.

TO BE CONTINUED

STUCK ON YOU 3 (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang