Chapter 12

909 114 95
                                    

"Mari, ikut kami" ajak seorang polisi tersebut pada Afkar.

"T-terus... ini belanjaannya gimana, Pak?" tanya Afkar, goblok.

"Ya di bawa saja, Mas. Masa mau di jualin lagi, gak mungkin, kan?" cetus polisi tersebut, menahan tawa.

Afkar menelan ludahnya, mau tidak mau dia pun harus ikut dengan polisi tersebut pulang ke rumah Tuan Arkan.

Di perjalanan dia sungguh tidak tenang dengan perasaannya yang bergemuruh. Bahkan dia sudah tak sadar bahwa ini sudah pukul delapan malam. Entah mengapa bagi Afkar, menghabiskan waktu di Mal lebih mengasyikan ketimbang di rumah Tuan Arkan.

Tapi kali ini sungguh, rasanya Afkar ingin loncat dari mobil tersebut. Namun juga nyalinya tak akan mampu lebih besar dari kemarukannya akan harta Tuan Arkan.

Sampai tibanya dia di rumah Tuan Arkan, dia pun berjalan masuk ke dalam rumah tersebut sambil berdoa supaya dijauhkan dari hal-hal buruk yang akan menimpanya.

Tatkala semua orang, kecuali Julian di ruang tengah turut berdiri dari duduknya ketika Afkar tiba di hadapan Tuan Arkan.

"Akhirnya, Kaaarrr... kamu pulang juga! Saya sampai khawatir loh, nyariin kamu!" cetus Tuan Arkan. Ingin rasanya dia memeluk tubuh Afkar, namun berusaha ditahannya karena ada Arsen disana.

"M-maaf, Om" ujar Afkar, kembali ke karakter munafiknya. Dia bernapas lega, ternyata ketakutannya tak terjadi. Dia aman-aman saja.

Robert pun turut berujar, "Kamu tuh kemana dulu sih, Kar??? Ditungguin di..." Robert tertegun kecil, hampir keceplosan. Lalu dia meralatnya, "Ditungguin dari tadi, lama banget?"

"Abis belanja lu ye? Banyak banget belanjaannya???" cetus Julian seketika.

Afkar menundukan kepalanya. Tak bisa menjawab.

"Kamu belanja sebanyak ini, Kar???" tanya Tuan Arkan seketika.

Afkar gelagapan, sok lembut, "M-maaf, Om. Afkar khilaf, soalnya... Afkar gak pernah bisa ngerasain belanja seperti ini. T-tapi Afkar juga belanjain buat Om Arkan, Mas Robert dan Mas Arsen juga, kok" tuturnya, berbohong. Sebenarnya baju-baju itu untuk dia dan juga Abdi, tapi terpaksa ia katakan sebelum dia semakin tersudut.

"Gue gak lo beliin apa-apa???" tanya Julian.

Afkar tersenyum seketika, mendengar Julian meminta perhatian seperti itu, dia bagai disetrum sengatan api asmara dari Julian si tampan. "Mmm... ad-ada kok... ada... nanti saya pilihin ya, Bang"

"Ngapain lo manggil-manggil gua, Bang???" tanya Julian, galak.

Afkar terdiam, "S-salah lagi ya???"

Julian bangun dari sofanya, "Lo denger ye! Yang boleh panggil gua Bang, cuma Arsen aja! Pasangan sah dan resmi gua! Orang lain gausah ikut-ikutan! Ngerti lo!!!" camkan Julian.

"Julian..." Tuan Arkan berusaha menenangkan, namun Julian langsung beranjak.

"Saya mau liat Aidan!!!" cetusnya, pergi menuju kamarnya.

Arsen turut mengambil alih pada Afkar, "Kar, sorry ya... maafin Julian. Dia orangnya emang..."

"Gapapa, Mas Arsen. Saya yang minta maaf, karena saya gak tau kalau..."

"Udah, gapapa. Oiya, lo gausah manggil gua Mas ya. Arsen aja. Kita kan seumuran"

Afkar manggut-manggut.

"Gua nyusul Julian dulu yah!" pamitnya, dia lalu beralih ke arah Tuan Arkan dan juga Robert, "Daddy, Buper... Arsen ke kamar dulu ya"

"Iya, Sayang" jawab Robert.

STUCK ON YOU 3 (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang