Baik Aidan juga Dali seketika menganga mendengar pernyataan dari Mario barusan.
Aidan melebarkan senyumnya penuh haru, "L-lo... lo yakin, Mario?" tanya Aidan, masih tak menyangka.
Mario terbata, "Gue gak yakin apa ini keputusan yang benar atau salah. Tapi gak tau kenapa, hati gua ngerasain sesuatu yang mampu menarik gua untuk mau tes DNA. Gua... gua juga ngerasa nyaman dan terlindungi ketika gua ada di deket Om Arsen"
"Itu namanya ikatan batin, Mar! Darah jauh lebih kuat diatas segalanya. Orang tua sama anak, gak akan ada yang mampu untuk ngelawan takdir itu!" tukas Dali seketika.
Mario sejurus mengangguk-anggukkan kepalanya.
Hingga seketika Aidan langsung menjurus memeluk Mario dengan erat. Dalam hatinya ia menangis bahagia, walau matanya tak dapat meneteskan air mata. "Thank you, Mar... Makasih banyak. Lo udah mau kasih kesempatan untuk orang tua kita"
Dalam pelukan itu, Mario sedikit bingung. "Kita?"
Aidan melepas pelukannya. "Iya. Kita! Karena ada atau gak ada tes DNA pun... gua tetep percaya kalau lo itu adalah adik gua! Adik kandung gua!"
"Kalau Adik... kenapa gua bisa kelas dua belas, dan elo kelas sebelas ya?" tanya Mario lagi.
Aidan juga terheran-heran.
"Kalau setau gua sih, Aidan itu disamain pendidikannya sama anak-anak temennya Kak Arsen dan Bang Julian" tukas Dali mengambil alih, "Sebenernya Aidan itu lahir di tahun 2020 loh. Kalau gua sama Yasmin, Rabu, dan Sabtu... itu lahir di 2021!"
"Mmm... Yasmin, Rabu dan Sabtu itu...?" tanya Mario.
"Mereka itu anak dari temen-temennya Kak Arsen sama Bang Julian! Jadi Kak Arsen sama Bang Julian itu punya anak lebih cepet dibanding temen-temennya" ujar Dali.
Mario tersenyum seketika, "Gila ya. Keren banget persahabatan mereka. Sampe urusan anak aja, juga kompak" puji Mario.
"Lo juga punya kita, Mar! Apapun yang terjadi sama lo, gua sama Dali pasti akan selalu ada buat lo!" tegas Aidan seketika.
Mario menyunggingkan senyumnya, lambat laun hatinya mulai tergugah akan perlakuan Aidan padanya. "Makasih ya"
"Sama-sama, Adrial!" jawab Aidan.
Mario masih dengan senyumannya, tak masalah disebut itu oleh Aidan.
"Tapi kayaknya lo juga harus cari tahu deh, Mar, tentang kenapa usia pendidikan lo bisa jauh dari kita-kita" ujar Dali, "Harusnya kan lo sekelas sama gua"
Mario terdiam berpikir sejenak. Dia ikut terengah seketika. Seakan banyak rahasia yang tersimpan dalam hidupnya. Mengalir dalam darahnya.
"Lo tau, tanggal lahir lo?" tanya Aidan seketika.
Mario mengangguk, "2 Oktober 2020"
Aidan langsung menoleh ke arah Dali, "Berarti bener Dal, palsu! Adrial itu lahirnya sama kayak Papa Arsen! Cuma beda di tahunnya aja! Tanggal 10, bulan januari, tahun 2021!"
"Loh, yang januari bukannya Bang Julian ya?" tanya Dali.
"Daddy itu Juli! Namanya aja Julian, gimana sih lo! Katanya gadun tersayang, tapi ulang tahun kakak sendiri aja gak tau!" cetus Aidan.
"Ya maap! Lagian namanya Bang Julian, Julian Januar. Kan mikirnya jadi Januari. Terus juga di novelnya kak Arsen kan..."
"Kalian ini pacaran ya?" potong Mario seketika.
Aidan dan Dali kompak bersuara, "Enggak!"
Mario tersenyum lugu, "Kayak orang pacaran aja"
"Dih, pacaran sama Dali, ogah! Bisa abis gua di omelin mulu tiap hari!" cetus Aidan.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU 3 (END 21+)
CasualeWARNING!!! : LGBT CONTENT (21+) CERITA MENGANDUNG KALIMAT KASAR DAN TIDAK DIPERKENANKAN UNTUK DIBACA OLEH DIBAWAH UMUR DAN JUGA HOMOPHOBIA. Dilahirkan dengan penuh perjuangan, segala penantian dan pengorbanan akhirnya berhenti disaat Aidan Tawakkal...