Telpon Robert berbunyi di tengah todongan pistolnya pada Abdi dan Saidah.
Abdi dan Saidah panik bukan main. Ketakutan.
Robert mengangkat telponnya dengan tangan kirinya. Telpon dari Arsen. "Halo, Sen?"
"Halo, Buper? Terus gimana, jadi gak kita ke rumah sakitnya, untuk ambil hasil labnya" tanya Arsen.
"Mmm... kamu di temenin Mas Hema aja gapapa, kan? Soalnya saya masih ada urusan penting, Sen! Nanti Buper kabarin lagi ya sayang ya" ujar Robert.
"Iya, Buper. Tapi ini Buper gapapa? Kok kedengerannya..."
"Enggak, gapapa. Udah, kamu cepetan ke rumah sakit ya, Sen! Jangan pergi sendirian! Pergi sama Mas Hema"
"Iya, Buper. Buper juga hati-hati ya"
"Iyah!" telpon ditutup, seiring Robert langsung terengah akan ponselnya itu dan segera beralih pada menu perekam video. Dia pun merekam wajah Abdi dan Saidah yang masih tegang ketakutan. "Mau ngapain lagi kalian, hah??? Sekarang saya udah tau semuanya! Udah berhasil dapetin bukti kalau kalian ini pembohong! Penipu! Kalian cuma berpura-pura untuk memanipulasi dan merekayasa ini semua kan??? Ayo ngaku!!!" teriak Robert masih dengan todongan pistolnya ke arah Abdi dan Saidah.
Abdi dan Saidah mendadak pucat, panik. Namun mereka masih memilih untuk diam saja.
Robert yang kesal turut menembakkan pistol ke atas. DAAARRR!!!
Abdi dan Saidah tercekat bukan main sampai mereka pun keceplosan dan membuka semuanya. "Iya iya iya... kita emang ngelakuin itu semua. Saidah pura-pura mati agar Tuan Arkan percaya dengan semua cerita kami"
"T-tujuan kami c-cuma ingin mendapatkan uang, Pak" timpal Saidah.
"Dasar gak punya otak kamu! Biadab!!! Berani sekali kamu melakukan itu pada keluarga saya!!!" cetus Robert. "Sekarang bilang sama saya! Kasih tau saya, siapa Afkar!!! Siapa Arsen!!!"
Abdi dan Saidah masih ketakutan, ragu untuk menjawab semuanya.
"CEPET JAWAAAAABBB!!!!" DAAARRR!!! Pistol ditembakan Eobert ke tanah. Jalanan itu benar-benar sepi, tiada orang sama sekali disana.
Saidah pun semakin ketakutan dan membuka kebenarannya. "Afkar... Afkar b-bukan anak kandung Tuan Arkan dan Ibu Maudi. Melainkan Arsen, Pak. Afkar hanyalah... orang yang baru kami kenal. Kami juga yang merekayasa hasil tes DNA mereka saat itu" ungkapnya.
Robert melotot seketika. Dugaannya selama ini benar. Amarahnya kian menumpuk penuh dendam.
"Tolong jangan bunuh kami, Pak. Kami hanya..."
"Heh!!! Kalian berdua itu gak berhak sama sekali untuk tawar menawar sama saya!!! Saya gak akan pernah mau untuk bernegosiasi dengan anak buah iblis seperti kalian! Jadi kalian selama ini dalang dari semua ini!!! Iya!!!" cetus Robert.
Saidah melambaikan tangannya panik, "B-bukan, Pak! B-bukan kami, tapi..."
"Hus!!!" Abdi memperingati istrinya. "Diem, bego!" bisiknya.
"Heh!!! Kalian berdua jangan main-main sama saya!!! Ayo jawab, siapaaa??? Siapa otak dibalik semua kekacauan ini??? Ngaku kalian!!!" cetus Robert masih menodongkan pistol ke arah Abdi dan Saidah, berikut juga dengan ponselnya yang terus merekam pengakuan mereka.
Pak Abdi langsung saja bertindak, dengan memukul tangan kanan Robert sampai pistol itu terbuang jauh di aspal "Dah, masuk mobil, Dah!!! Cepet!!!" teriaknya pada Saidah.
Saidah menuruti suruhan suaminya. Lalu Abdi kembali merebut ponsel di tangan Robert seketika dan berhasil. Dia langsung cepat-cepat masuk ke dalam mobilnya dan nekat menyerempet Robert sampai Robert terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU 3 (END 21+)
AcakWARNING!!! : LGBT CONTENT (21+) CERITA MENGANDUNG KALIMAT KASAR DAN TIDAK DIPERKENANKAN UNTUK DIBACA OLEH DIBAWAH UMUR DAN JUGA HOMOPHOBIA. Dilahirkan dengan penuh perjuangan, segala penantian dan pengorbanan akhirnya berhenti disaat Aidan Tawakkal...