Chapter 53

861 120 69
                                    

Arsen tersenyum mendengar wasiat terakhir Daddy-nya yang meminta Hema untuk menikahinya. Dia tersenyum pada Hema yang malah kebingungan.

"Sebentar, sebentar..." tukas Hema. "Ini... beneran wasiat dan amanah dari Pak Arkan??? Kok bisa??? Gimana ceritanya??? Kapan beliau membuat surat wasiat ini dihadapan Bapak-bapak sekalian???" tanya Hema.

"Surat ini telah dilegalitaskan oleh negara dan departemen sosial. Jadi wasiat-wasiat tersebut sudah secara sah di tetapkan sebagai amanat yang harus dilaksanakan. Karena ini adalah benar-benar permintaan Tuan Arkan Arzafka, dikatakan dan ditulis dalam keadaan sadar, serta disaksikan oleh beberapa rekan kerja beliau yang sebagian juga terdapat kepolisian, TNI dan official lawyer seperti kami, Pak" jelas salah satu pengacara tersebut.

"Benar, Pak. Dan beliau membuat surat itu, dua hari sebelum sepeninggalnya beliau. Beliau memang merasa bahwa ia meragukan jika segala materialisnya harus diberikan kepada Afkar. Dan nyatanya benar terbukti, bahwa Afkar memang bukanlah anak kandung beliau. Serta merta, surat ini dibuat pada saat Tuan Arkan mulai mengetahui sifat asli dari Afkar yang arogan dan tempramental. Beliau juga menjelaskan bahwa sebenarnya beliau sangat merindukan Tuan Muda Arsen dan juga yang lainnya. Namun dia harus melakukan itu semua agar dia bisa tahu seberapa busuknya seorang Afkar Panduwiryo jika ia dibuat senang. Serta Tuan Arkan juga sengaja mengusir kalian semua dari rumah, untuk melindungi kalian dari Afkar yang selalu membuat masalah di rumah itu" cetus salah seorang pengacara tersebut.

Arsen dan Robert terpaku menjatuhkan air matanya.

"Dan beliau juga mengatakan... sejak saat kemunculan Bapak Hema di hari pernikahannya dengan Mas Robert, sebenarnya beliau sudah yakin bahwa suatu saat Mas Robert akan kembali menaruh hati pada Bapak Hema. Sehingga sejak pengusiran kalian dari rumah itulah, Tuan Arkan semakin berpikir bahwa sudah saatnya ia melepaskan cintanya, dan membiarkan cintanya itu bahagia bersama orang yang tepat. Dan itu adalah Bapak Hema.

Bibir Robert bergetar hebat. Dia menangis dan menyandarkan kepalanya ke bahu sofa. Dia tak menyangka bahwa selama ini suaminya itu benar-benar memikirkan kebahagiaannya.

Hema pun masih dengan rasa bimbangnya. Gamang. Tak menyangka bahwa Tuan Arkan akan melakukan hal sebaik ini padanya. Mempersatukannya dengan cinta pertamanya kembali. Dia ikut menitihkan air matanya.

"Itu artinya Papah udah yakin dari awal... kalau sebenarnya Mas Hema itu orang baik!" tutur Julian seketika, "Karena pada dasarnya, orang sehebat Papah... gak akan sembarangan untuk mengambil satu tindakan atau keputusan, kalau belum ia pikirkan matang"

"Selama ini Daddy itu mikirin kita... Walau dibibirnya berkata benci! Tapi hatinya selalu sayang sama kita semua!" isak Arsen. Julian turut mengelus-elus pundak Arsen, menenangkannya.

"Di pesan terakhirnya Tuan Arkan menuliskan, bahwa dua di antara tiga wasiat itu, mengenai urusan harta warisan, tidak akan bisa diproses, dicairkan dan dijangkakan, sampai Bapak Hema benar-benar menjalankan amanat wasiat ketiga dari Tuan Arkan" timpal seorang pengacara tersebut.

"Kenapa begitu???" tanya Hema.

"Karena beliau tahu... Bapak Hema itu betul-betul orang baik. Beliau yakin Bapak Hema bisa menyambung kebahagiaan keluarga Arzafka yang pernah goyah ini" cetus salah seorang pengacara tersebut.

Membuat Hema terdiam sebentar. Bingung. Dia melihat ke arah Arsen dan Julian. Lalu ke arah Robert yang masih menutup wajahnya dan menangis. "Beri saya waktu... saya juga masih harus menghormati dan menghargai sepeninggalnya Tuan Arkan. Saya rasa Arsen dan Julian juga bisa mengerti"

Arsen dan Julian menganggukkan kepala mereka.

"Baiklah kalau begitu, demikian surat ini kami sampaikan. Lebih dan kurang, tolong di maafkan. Terima kasih atas waktu dan kesempatannya. Jika sudah menemukan keputusan yang mufakat, segera hubungi kami kembali"

STUCK ON YOU 3 (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang