"Lo tuh harusnya gak usah bikin Aidan tambah emosi, Min. Kasian dia" ujar Malik pada Yasmin.
"Lik, gue heran deh sama lo. Tujuh belas tahun gua idup, baru kali ini gua ketemu orang goblok segoblok elo! Lo ngapain masih aja ngebelain orang yang udah hina-hina lo!!!" cetus Yasmin.
Malik terdiam.
Yasmin melanjutkan, "Inget dong, kalo lo itu masih punya harga diri! Harga yang gak bisa dibeli pake apapun!"
Malik masih diam tak menjawab apa-apa.
"Tuhan gak menciptakan kita untuk jadi setan buat orang lain, dan Tuhan juga gak menciptakan kita untuk jadi malaikat buat orang lain! Jadi kalo si Edan udah bisa jadi setan buat lo, lo juga harus berhenti jadi malaikat buat dia! Jangan pernah jadi pelangi untuk orang yang buta warna! Cacat!!!" cetus Yasmin.
Malik pun terdiam, memikirkan semua ucapan Yasmin barusan di kelas itu.
~
"Aku udah mikir, Pah!" ujar Kirana seketika pada Imam yang duduk di sofa sore itu. Beliau pulang cepat hari ini.
"Soal apa?"
"Mario dan Malik"
"Kenapa lagi sih, Ma?"
"Mereka berdua perlu kita pindahin ke Singapur!"
Imam menghela napasnya, penat. Dia bagai sudah lelah dengan segala pemikiran istrinya yang selalu mendadak. "Ini kenapa jadi dua-duanya sih, Ma?"
"Ya gapapa. Biar mereka aman" cetus Kirana.
"Aman dari apa???" ulang Imam, "Ada ancaman apa yang akan terjadi sama mereka? Apa coba?" tanya Imam.
Kirana gelagapan, "Y-yaa, maksud aku tuh..."
"Mama itu terlalu overthinking, Ma. Apa yang membahayakan untuk mereka? Atau jangan-jangan malah Mama sendiri yang membahayakan mereka" cetus Imam.
"Papa kok ngomongnya gitu sih, Pa? Mama ini jelas-jelas cuma ingin yang terbaik untuk anak-anak"
"Mama pikir selama ini Papa gak menginginkan yang terbaik untuk anak-anak?" tanya Imam.
"Bukannya gitu, Pah. Cuma Mama mau..."
"Enggak. Semuanya gak boleh harus mau Mama. Ma, Mama denger ya! Walaupun Mario dan Malik bukan dari darah daging Papa, mereka tetap anak-anak Papa! Papa sangat sayang sama mereka! Dan Papa tau betul keinginan dan edukasi sesuai passion mereka! Jadi soal anak-anak, gak boleh semuanya harus mau Mama. Bisa kan?" cetus Imam.
Kirana terdiam, menghela napas. Perkataan tegas dari Imam barusan telah berhasil membuatnya bungkam. Dia harus kembali memikirkan rencana barunya untuk kedua anak-anaknya tersebut.
"Udah ya, Papa males debat. Papa mau mandi" Imam beranjak dari tempat duduknya, meninggalkan Kirana alias Afkar yang masih diam di tempatnya.
Sementara Afkar terus bergumam, Bisa gawat kalau sampai Mario dan Malik terus disini. Lama-lama mereka pasti akan bertemu dengan Arsen dan Julian. Ini gak boleh terjadi. Kecuali...
~
"Assalamualaikum..."
Arsen mendongak ke arah pintu rumahnya. Dia juga sedang duduk di ruang tamu karena baru saja membuka paket online shopnya yang baru sampai. "Walaikum salam, Dali"
"Sore, Kak Arsen" sapa Dali, menghampiri Arsen sambil mencium tangannya.
"Sore. Kamu pulang sekolah langsung kesini?" tanya Arsen.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU 3 (END 21+)
OverigWARNING!!! : LGBT CONTENT (21+) CERITA MENGANDUNG KALIMAT KASAR DAN TIDAK DIPERKENANKAN UNTUK DIBACA OLEH DIBAWAH UMUR DAN JUGA HOMOPHOBIA. Dilahirkan dengan penuh perjuangan, segala penantian dan pengorbanan akhirnya berhenti disaat Aidan Tawakkal...