"Mas Robert... Tuan Arkan..." sapa Farrel yang berdiri dari duduknya seketika.
"Eh, Farrel" balas Robert yang berjalan berdampingan bersama Tuan Arkan.
Tuan Arkan mendehem, malas bertatap muka dengan Hema. "Saya temenin Afkar sebentar" Ia beranjak.
Robert tahu artinya. Suaminya tidak suka dengan kehadiran Hema. Lalu dia pun mengalihkannya, "Kamu kesini juga, Rel?"
"Iya, Mas. Di undang sama Mas Hema" jawab Farrel.
Robert melirik ke arah Hema sejenak. Dia menatap lelaki itu yang ternyata juga menatapnya setengah hati. Lebih tepatnya takut, dan menjaga hati.
"Mas Hema... kenalin, ini Mas Robert... dia ownernya tempat yang aku jadiin coffee shopku" jelas Farrel.
Hema lalu berdiri dan memberikan senyuman canggung pada Robert. Dia pun menjulurkan tangan kanannya pada Robert. Dan dia berkata, "Hema..."
Robert tak bisa terlalu lama menatap mata Hema. Mata yang begitu menyimpan banyak kenangan indah, dan dikacaukan oleh satu hal buruk. Lantas dia membalas jabatan tangan Hema. Rasanya tetap sama. Dingin dan merindukan. "Robert..." katanya.
"Mas Hema ini sepupunya Junior loh, Mas" tutur Farrel pada Robert.
"Oh, iya. Selamat ya, atas pernikahan sepupunya, Mas Hema..." ujar Robert.
"Makasih" ujar Hema.
Lama sekali jabatan tangan itu terjadi. Bahkan Robert sampai gemetar. Jujur, dia juga merindukan sosok Hema. Hema yang pernah rela melakukan apapun demi dirinya. Hema yang selalu memperjuangkannya walau dengan cara yang sedikit picik. Hema yang giat belajar dan bersemangat untuk lulus dan menomorduakan untuk menyentuhnya. Hema sebenarnya adalah lelaki yang tangguh baginya. Namun apa daya, tahun telah berganti, semuanya pupus sudah. "Aku kangen Mas Hema..." celetuk Robert tiba-tiba dalam hayalnya.
Membuat Farrel terlebih Hema tercekat dan mengoreksi, apa tak salah dengar.
Hema menahan nafas sebentar, untuk mengetahui apakah denyut jantungnya masih berdetak setelah mendengar ucapan Robert barusan.
Entah Robert serius atau tidak, tapi kalimat itu begitu meluluhkannya dalam sekejap.
Farrel mengerjapkan matanya berkali-kali. "Mas Robert bilang apa, barusan?"
"Hah?" Robert terkesiap kecil.
"Mas Robert... kangen sama Mas Hema?" tanya Farrel, curiga.
Hema masih dengan kernyitan keningnya. Ikut penasaran. Apa dia tak salah dengar. Seperinya tidak.
"Oh, maaf, Rel! Maksud saya tuh... iya, saya kangen sama Mas Hema. Tapi bukan Hema yang ini. Jadi dulu saya punya sahabat baik, namanya Hema juga. Makanya pas kamu kenalin Mas Hema ke saya, tiba-tiba saya jadi teringat akan Hema sahabat saya" tutur Robert, berbohong.
Hema tahu Robert berbohong. Atau Robert memang jujur, namun Hema yang dimaksud adalah benar-benar dirinya. Bukan sahabatnya yang lain.
"Maaf ya, Mas Hema... saya jadi gak enak" tutur Robert.
"I-iya, gapapa kok. Santai aja, santai" tutur Hema.
"Ya Allah, Mas Robert... gapapalah, Mas. Harusnya tuh saya yang minta maaf, karena jadi bikin Mas Robert keinget-inget masa lalu Mas Robert sama sahabat Mas Robert itu" sergah Farrel.
Robert memberikan senyuman canggungnya lagi.
Lantas Hema pun ikut merasakan kecanggungan yang sama. Percayalah, sesingkat apapun pertemuan itu, Hema sangat merasakan kerinduan yang mendalam pada Robert.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU 3 (END 21+)
AcakWARNING!!! : LGBT CONTENT (21+) CERITA MENGANDUNG KALIMAT KASAR DAN TIDAK DIPERKENANKAN UNTUK DIBACA OLEH DIBAWAH UMUR DAN JUGA HOMOPHOBIA. Dilahirkan dengan penuh perjuangan, segala penantian dan pengorbanan akhirnya berhenti disaat Aidan Tawakkal...