Chapter 54

892 133 71
                                    

"Julian!!!" teriak Robert datang bersama Hema menuju rumah sakit.

Julian menoleh, "Buper... Mas Baik..."

"Gimana Arsen, Jul?" tanya Hema.

"Masih di ruang bersalin, Mas. Dia di sesar lagi. Dari tadi belum ada kabar" tutur Julian.

"Nanto dan yang lain?" tanya Hema.

"Aku titipin Aidan sama Nanto dan Junior. Di rumah Om Yugo, mereka pasti aman-aman aja. Yang lain pulang sebentar" jelas Julian.

"Yaudah, kita berdoa aja, untuk keselamatan Arsen dan bayinya" ujar Robert.

"Iya, Buper..." tutur Julian.

"Kamu udah makan, Jul?" tanya Hema.

"Udah, Mas" jawab Julian.

"Yaudah" Hema merasa lega. Dia tidak ingin Julian sakit hanya karena terlalu capek hari ini. Dan dia begitu mengkhawatirkan kondisi Arsen di dalam. Dia berdoa semoga Arsen dan bayinya dapat sehat dan baik-baik saja.

~

"Mas Farrel..." sapa Naufal

"Hmm???" Farrel menoleh ke arah Naufal.

"Kita deket kan udah lama"

"Terus???"

"Kita ngobrol sefrekuensi"

"Iya"

"...."

"Terus???"

Naufal menatap Farrel lamat-lamat, "Terus kita ini apa?"

Farrel tertawa seketika, mengacak-acak rambut Naufal dengan lembut. "Kamu maunya apa?"

"Ya aku maunya kita ada ketegasan dan kejelasan di hubungan kita, Mas. Kita kan... sama-sama gay. Kita udah deket banget. Tapi kita gak bisa ciuman, kita gak bisa saling bersentuhan. Kita gak pernah... tidur bareng. Jadi aku tuh malah bingunh gitu loh. Sebenernya kita ini..."

Satu gerakan Farrel membuka kotak cincin di hadapan Naufal, sukses membuatnya bungkam seketika.

Naufal membesarkan bola matanya. Terpana.

"Will you marry me???" tanya Farrel.

~

Bayi mungil itu selamat dari rahim Arsen dan di taruh di sebuah ruangan bersama dengan bayi lainnya.

Sejurus segusar kaki yang pincang melangkah dan masuk ke dalam ruangan itu. Rambut orang itu terlihat basah dan kotor. Wajahnya pucat. Matanya buta sebelah kiri. Dia berhenti di hadapan bayi Arsen yang baru lahir. Disana tertulis jelas nama ibu dari bayi itu, Mr. Arsen Arzafka.

Sejurus lelaki itu tersenyum dan melotot ke arah bayi mungil itu. Seakan tahu kehadirannya terasa mengancam dan mencekam, bayi itu menangis seketika. Takut.

Lalu kemudian tangan lelaki itu turut membekap mulut dan hidung mungil bayi tak berdosa itu. Dia tersenyum sumringah. Giginya kotor bukan main, "Kamu... susul Opa kamu ya, Sayang... Biar Ibu kamu... bisa seneng liat kamu ma-ti..."

Lelaki itu turut membekap dengan kasar mulut dan hidung bayi mungil itu sampai dia tak bisa bergerak. Dalam beberapa detik, bayi itu sudah kehilangan nyawanya seketika.

Seiring lelaki itu turut mengangkat bayi mungil itu dan menggendongnya dengan erat.

Arsen yang tiba di depan ruangan itu turut tertegun dan tercekat melihatnya. Dia histeris bukan main ketika dia menyaksikan bayi kecilnya harus tragis nasibnya meninggal begitu saja. "A-AFKAAAARRR!!!"

STUCK ON YOU 3 (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang