Keesokan harinya di sekolah, Dali langsung saja menunggui Aidan di kelasnya. Tujuannya adalah untuk menjalankan keinginannya agar Aidan meminta maaf pada Malik.
Bahkan Dali sudah sejak pukul enam pagi mengirimkan pesan chat pada Aidan, namun Aidan tak kunjung membalas atau membacanya. Terakhir yang dilihatnya tadi pagi pukul 2. Dali berdecak. Dia menelpon pun, Aidan tak juga mengangkatnya. "Nyebelin banget sih nih orang! Ganteng-ganteng tapi ahlaknya. Katanya mau minta maaf ke Malik. Tapi gak dateng-dateng juga" dumal Dali.
Bahkan Malik yang sudah datang pun turut heran melihat Dali di dalam kelasnya. "Loh, Dali"
"Eh, hai, Lik!" sapa Dali.
"Dali ngapain disini? Nunggu Bang- eh, Aidan ya?" tanya Malik, mulai membiasakan diri untuk tak menyebut Aidan sebagai Bang.
"Iya nih" jawab Dali.
"Mau kasih buku tugasnya ya?" tanya Malik lagi.
Dali menjawab, "Enggak juga kok, Lik. Justru Aidan perlu sama elo kok"
"Hah? Perlu sama Malik?" ulang Malik tak percaya.
"Iya"
"Perlu apaan, Dal?"
"Udah nanti lo juga tau!" ujar Dali.
Malik semakin penasaran. Sementara Dali semakin gemas ketika Aidan tak kunjung kelihatan juga batang hidungnya. Hingga akhirnya Dali membuka topik, "Eh, Lik. Abang lo mana? Gak kesini lagi?"
Malik menjawab dengan ragu, "Kamar?"
"Hah? Kamar?" ulang Dali, bingung.
Malik meneplak jidatnya sendiri, "Kak Mario???"
Dali mengangguk tersenyum.
"Dia sekolah lah, Dali" jawab Malik.
"Ooohh... salamin ya" ujar Dali.
"Ciyeeee... Dali kok minta salamin ke Kamar siih??? Ciyeee" ledek Malik.
"Apaan sih, Lik. Emangnya salam berarti suka? Naksir? Jatuh cinta? Enggak, kan?"
"Udaaah sama Kamar ajaaaa! Cocok kok kalian! Sama-sama baik" ujar Malik.
Dali hanya geleng-geleng kepala. Seandainya lo tau hati gua udah kekunci buat siapa, Malik. Lo pasti akan sakit hati dan benci sama gue kalau sampe lo tau yang sebenarnya.
"Dali kenapa bengong? Bengongin Kak Mario yaaaa???" ujar Malik, mengacaukan lamunan Dali.
Dali tertawa kecil, "Apaan sih lo, Dal! Ada-ada aja"
"Gapapa tau. Seru deh pasti, nanti kita bisa double date. Dali sama Kamar. Malik sama Aidan. Kan?" ujar Malik.
Dali tersenyum lagi, "Doa yang terbaik aja ya, Lik"
"Amiiiiiinnn"
Dali mengecek lagi ponselnya. Dia geram bukan main kala Aidan tak kunjung muncul juga. Lagi-lagi dia berulah padanya. Anak itu memang memiliki hobi yang tak heran, tukang cari perkara. "Si Edan apa gak masuk sekolah kali ya?"
Malik menjawabnya dengan murung, "Bisa jadi sih. Soalnya kan dia kemaren..."
"Malik, udah deh, gausah lo pikirin. Gausah di pusingin juga. Si Tong Edan itu emang bener-bener edan! Kalo ngomong suka gak di pikir dulu. Jadi tolong lo maklumin ya. Wataknya emang keras tuh anak. Gua aja sampe gak ngerti sama sikapnya" tutur Dali menenangkan.
Malik duduk di meja guru sambil cemberut.
Dali menatapnya, bingung.
Lalu Malik bersuara lagi, "Emang... gimana sih rasanya disukain sama orang? Bukannya enak ya. Tapi kok Aidan malah ngerasa keganggu"
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU 3 (END 21+)
De TodoWARNING!!! : LGBT CONTENT (21+) CERITA MENGANDUNG KALIMAT KASAR DAN TIDAK DIPERKENANKAN UNTUK DIBACA OLEH DIBAWAH UMUR DAN JUGA HOMOPHOBIA. Dilahirkan dengan penuh perjuangan, segala penantian dan pengorbanan akhirnya berhenti disaat Aidan Tawakkal...