"Jadi Mas Arkan gak mau dateng ke acara aqiqahannya Aidan, Sen?" ulang Robert begitu Arsen menceritakan semuanya pada Robert dan Hema di rumah itu.
Arsen menganggukan kepalanya dengan pasrah. Tak tahu lagi harus berbuat apa. Gamang.
"Iya, Mas. Ini semua tuh ulahnya si Afkar juga! Sebenernya tuh tadinya Papah mau dateng, tapi jadi gak jadi setelah si Afkar itu nongol dan marah-marah untuk ngelarang Papa dateng ke acara!" cetus Julian.
"Arsen gak masalah kalau sampe Daddy gak mau dateng, Buper. Tapi Afkarnya itu loh! Dia udah keterlaluan sama Daddy. Bahkan dia sampe tega ngedorong Daddy sampe jatoh. Ya Allaaah... Daddy itu ayah kandung Arsen! Arsen gak bisa diem aja liat Daddy digituin sama Afkar!" cetus Arsen. "Dan yang lebih bikin Arsen gak habis pikir, Daddy malah marahin kita pas kita ngebela Daddy ngelawan Afkar yang kurang ajar! Dia malah balik belain Afkar! Kan gila!"
Robert dan Hema yang juga mendengarnya turut geleng-geleng kepala, tak habis pikir.
Robert pun berujar, "Kamu yang sabar ya, Nak ya! Daddy kamu itu lagi buta mata hatinya. Jadi kamu banyak berdoa aja ya, Sayang. Minta sama Tuhan agar Daddy kamu bisa segera sadar. Dapat kembali membedakan yang baik dan yang buruk"
Arsen menitihkan air matanya. Julian mengelus-elus lembut tubuh ringkih itu.
"Apa yang dikatakan sama Buper kamu itu bener, Sen! Kamu yang tegar. Banyak berdoa dan bersabar. Kamu jangan sampe sakit. Nanti kasian adiknya Aidan tuh. Jadi lemah juga" timpal Hema.
Arsen manggut-manggut, memasrahkan semuanya pada Tuhannya. Dan berharap agar Afkar mendapatkan balasan dari apa yang telah dia lakukan pada keluarganya.
"Lebih baik kita fokuskan aja diri kita ke acara besok" ujar Hema, lalu dia bertanya pada Robert, "Kambingnya gimana, Bert?"
"Udah saya urus, Mas. Malam ini juga di anter sama orangnya" ujar Robert. "Kita tunggu aja ya"
"Oh syukur deh kalau begitu" Hema bernapas lega.
"Lusa kita sudah memasuki bulan ramadan. Bulan penuh berkah dan ampunan untuk umat muslim. Semoga di bulan suci kali ini, kita akan terus terahmatkan dan diberkahi anugerah oleh Allah SWT ya" ujar Hema.
"Amiiinn..."
"Gak cuma untuk umat muslim aja. Bagi saya, bulan ramadan itu juga bulan yang begitu baik untuk diri saya pribadi" tutur Robert. "Nanti biar saya aja yah, yang masakin sahur buat kalian semua"
"Aaaa... makasih Bupeeeerr" ujar Julian pada Robert.
Arsen tersenyum manis.
"So sweet banget sih?" ledek Hema pada Robert. "Jadi seneng deh, pertama kali menjalankan ibadah puasa disini, dimasakin juga sama kamu, Bert"
"Dulu waktu di London kan saya juga yang siapin menu buka sama sahur, Mas" ujar Robert
"Oh iya yah??? Ciyeeee inget aja nih" goda Hema.
"Ciyeee bupeeerr" ledek Julian.
Robert tersenyum malu.
Arsen ikut tersenyum dan berpikir, mungkin ini sudah saatnya Robert menemukan kebahagiaannya mulai hari ini. Selama bertahun-tahun lamanya, dia mengabdi, setia, sayang sama keluarganya. Jadi dia rasa, sudah saatnya Robert berhenti untuk memikirkan Ayahnya, yang bahkan sudah tidak peduli lagi pada keluarganya.
~
Esok paginya, Tuan Arkan duduk sendiri di meja makan. Tidak ada siapapun yang menemaninya. Sejurus dia pun ikut kebingungan dan bertanya pada Salamah.
"Afkar masih tidur, Salamah?" tanya Tuan Arkan.
"Oh, Tuan Afkar sudah sejak pagi tadi berangkat ke kantor, Tuan. Saya sempat buatkan sarapan, tapi tidak di habiskan" ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU 3 (END 21+)
De TodoWARNING!!! : LGBT CONTENT (21+) CERITA MENGANDUNG KALIMAT KASAR DAN TIDAK DIPERKENANKAN UNTUK DIBACA OLEH DIBAWAH UMUR DAN JUGA HOMOPHOBIA. Dilahirkan dengan penuh perjuangan, segala penantian dan pengorbanan akhirnya berhenti disaat Aidan Tawakkal...