Chapter 27

859 122 78
                                    

"Mas Hema kenapa bilang kalau mungkin ini akan jadi pertemuan terakhir kita?" tanya Robert. Keduanya tengah berjalan kaki menuju taman dekat restoran Chinese tersebut.

"Ya karena aku pikir... kamu gak akan mau temuin aku lagi, Bert. Makanya saya kira, mungkin hari ini hari terakhir kita ketemu lagi" ujar Hema.

"Mas Hema tuh kebiasaan. Dari dulu pikirannya negatif terus deh"

"Iya yah, Bert. Kamu bener juga!" aku Hema, membenarkan. Dia duduk di bangku taman, "Mungkin... karena kamu kali"

"Karena saya gimana, Mas?" tanya Robert, dia ikut duduk di sisi Hema.

"Karena kamu gak ada disamping aku! Coba kalau kamu ada disamping aku, pasti kamu bisa ngontrol keburukan aku, Bert" ujar Hema.

Robert terdiam, dalam hatinya dia membenarkan.

"Sayangnya... kamu udah jadi pendamping hidup orang lain ya, Bert! Pak Arkan pasti beruntung banget, kamu jadi teman hidupnya" ujar Hema.

Robert hanya diam, menyimpan seribu kenangan. Hatinya terisak-isak. Dia gamang.

"Ini semua salahku" tutur Hema, "Andai aja waktu itu aku gak jahat ya, Bert... mungkin aja kita gak akan seberjarak ini. Mungkin kita juga udah..."

Cup. Robert menjurus seketika pada bibir Hema. Awalnya dia merasa tegang sambil menutup mata. Namun nyatanya, Hema pun membalas ciuman bibir yang begitu mengejutkan baginya itu. Baik Hema maupun Robert, mereka tak kuasa menahan lagi. Kerinduan yang selama ini membelenggu. Ciuman ini terasa menikam dan menguak kenangan lama. Yang indah. Yang sempat berubah mengabu.

Seiring ciuman itu terlepas begitu saja. Lebih tepatnya Robert yang memilih melepasnya.

Jantungnya kian parah berdegup hebat. Ya Tuhan, dia mengutuk dirinya. Ini benar-benar salah. Ini amatlah tidak benar.

Hema meminta maaf lebih dulu, "S-sorry, Bert! Gak seharusnya aku..."

"Saya yang salah, Mas. Mas Hema gak perlu minta maaf. Gak sepantasnya saya melakukan itu sama Mas Hema" ujar Robert.

"Aku gak akan marah, Bert. Aku gak akan nyalahin kamu. Karena percaya atau enggak, aku senang kamu ngelakuin itu ke aku, Bert. Karena aku jadi semakin yakin dan percaya, kamu benar-benar masih cinta sama aku, Bert" tutur Hema, panjang lebar.

"Terus gimana sama Farrel, Mas?" Robert menitihkan air matanya. "Apa Mas juga tega sama seperti saya tega ke Mas Arkan, kalau Mas Hema menghianatinya juga?"

"Aku gak pernah berhubungan dengan Farrel, Bert! Aku sama dia cuma temenan aja. Gak lebih. Kamu tau betul selama ini hatiku terpaut pada siapa. Kamu, Bert! Kamu! Bertahun-tahun aku cuma jatuh cinta sama satu orang aja. Dan itu kamu!" jelas Hema.

Robert semakin menangis. Dia menitihkan air matanya lamat-lamat. Dia terisak.

"Kamu jangan nangis, Bert. Aku gak mau liat kamu nangis kayak gini. Aku gak suka. Tujuan kita ketemu kan cuma untuk seneng-seneng aja. Bukan buat air mata kayak gini" pinta Hema sambil menghapus air mata Robert dengan lembut.

Ya Tuhan, betapa lembutnya tangan lelaki ini. Selembut ketulusan cintanya terhadap saya. Jujur, saya sangat merindukannya. Saya sangat sangat merindukannya. Tapi... rasanya itu sangat tidak mungkin. Dan tidak boleh berlarut. Saya sekarang sudah menjadi istri orang. Dan ini tidak pantas untuk saya.

Robert berdiri dari duduknya. "Maaf, Mas Hema. S-saya harus segera pulang"

"Robert..."

"Anak-anak dan suami saya pasti sudah menunggu saya di rumah"

STUCK ON YOU 3 (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang