Chapter 8

1K 126 61
                                    

Dari Surabaya bersama Abdi, Tuan Arkan dan Robert meluncur menuju Bogor menggunakan pesawat pribadinya.

Setibanya di Bandara, Tuan Arkan terus menghampiri kediaman Afkar di tengah-tengah hamparan kebun teh yang menyejukkan.

Tak lama kemudian, Tuan Arkan segera mendatangi Afkar disana dengan penuh perasaan yang tak menentu. Sejurus Abdi memanggil anak yang tengah memetik daun teh tersebut dengan lembut, "Nak Afkar..."

Yang di panggil menyahut lembut lalu menoleh ke sumber suara. Dia sedikit terkejut dengan keberadaan Abdi, Tuan Arkan dan Robert.

Tuan Arkan menatapnya dengan tatapan kasihan. Dari atas ke bawah, lelaki ini terlihat tampan dan berkulit bersih, putih. Tapi dibaluti dengan pakaian yang tak begitu layak untuk ukuran seorang anak kandung dari Tuan Arkan Arzafka.

Sementara Robert memberikan senyuman canggung pada Afkar.

"Ada perlu apa yah?" tanya Afkar lembut.

~

"Gak mungkin. Gak mungkin atuh kalau Bapak ini adalah Ayah kandung saya. Karena... selama ini saya sudah punya kedua orang tua. Namanya Asih dan Surya. Mereka sudah almarhum" tutur Afkar pada ketiga lelaki itu di sebuah saung di tengah kebun teh yang luas. Setelah Afkar tahu semua ceritanya, dia merasa bahwa dirinya bagai orang yang tak tahu apa-apa.

"Ini ayah kamu, Nak" tukas Abdi. "Ini foto-fotomu sejak kecil, bukan???" Abdi menunjukkan semua bukti-bukti itu pada Afkar.

Afkar terpelongo, tak percaya. "Jadi..."

"Afkar... kamu mau ya, ikut dengan kami ke Jakarta?" tanya Tuan Arkan seketika.

Robert mengernyitkan keningnya pada Tuan Arkan, sedikit tak nyaman dengan kalimat ajakan tersebut. Tapi mau bagaimana lagi, kalau Afkar tidak di bawa ke Jakarta. Toh, semua tes harus disegerakan disana.

Afkar diam seribu bahasa. Dia bingung tak tahu harus berkata apa.

"Afkar... ini ayah kandungmu. Pulanglah dengannya, Nak. Kalaupun kamu masih ragu, setidaknya biarkan beliau menjadi tanggung jawab untukmu" tutur Abdi.

Afkar masih membisu, menelan ludahnya menatap Tuan Arkan sesekali.

"Kamu begitu mirip dengan saya ya, Nak" tutur Tuan Arkan seketika dengan mata yang berkaca-kaca. "Saya merasa bersyukur, jika akhirnya bisa bertemu denganmu, Nak. Setelah delapan belas tahun lamanya.

Afkar tersenyum canggung. "Saya... saya merasa belum pantas untuk menjadi anak kandung dari Tuan. Saya..."

"Panggil saja Ayah, Nak. Saya Ayah kamu" tukas Tuan Arkan.

Robert menghela napas. Sejujurnya dia masih belum percaya dengan apa yang terjadi kini. Semuanya serba mendadak. Serba tiba-tiba. Dia merasa bagai menghadirkan orang asing yang begitu seketika di kehidupannya bersama Tuan Arkan. Dia begitu mungkin karena rasa sayangnya terhadap Arsen yang begitu dalam. Sejak perceraian Tuan Arkan dan Maudi, Arsen sudah bersamanya saat itu juga. Disaat tiada satupun orang yang memerdulikannya. Semuanya sibuk dengan urusan masing-masing. Bahkan ia dipindah-tugaskan untuk menjaga Arsen karena Arsen yang semakin hari semakin berulah disekolahnya. Tapi Robert bisa memahaminya. Arsen begitu karena stress, orang tuanya hendak bercerai. Dan itu juga tak bisa dipalingkan bahwa Robert turut andil dalam retaknya rumah tangga Tuan Arkan dan Maudi. Lantas kini Robert dihadapkan oleh takdir yang sulit. Rasanya... terlalu cepat.

"Kamu siapin semua barang-barang kamu ya, bawa yang penting-penting aja. Nanti... kamu ikut sama Tuan Arkan. Karena dia sekarang sudah jadi ayah kandung kamu" tukas Abdi.

"Tentunya kamu juga harus mengikuti beberapa tes DNA ya, untuk membuktikan kalau kamu ini benar anak kandung dari Tuan Arkan atau bukan" tambah Robert.

STUCK ON YOU 3 (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang