"To... lo ngerasain gak sih, To?" tanya Arsen masih di depan pintu lobby Mal bersama Nanto. Dia termangu.
"Iya, mirip banget sama lo, Sen! Bedanya dia manly-an dikit!"
Arsen tertegun dan menclinguk lagi, ke arah pusat Mal. Dia yakin sekali, batinnya tak akan salah. Itu Adrial, anak kandungnya yang hilang.
Sejurus Arsen pun turut berjalan menuju pusat Mal tersebut begitu saja, saking penasarannya.
Nanto menekuk alisnya, "Eh! Keong!!! Mau kemanaaaa???" Nanto ikut menyusul Arsen.
Arsen terus berjalan cepat dan mencari toilet terdekat.
"Nyong, lu mau kemana sih?" tanya Nanto, berjalan sama cepatnya dengan Arsen.
"Tadi anak itu bilang kalau dia mau ke toilet. Gue mau kesana, To! Gue mau cek, gue mau pastiin kalau itu bener-bener Adrial, anak gue!!!" cetus Arsen.
"Cuma karena dia punya kebiasaan yang sama kayak lo???" tanya Nanto, sedikit tak yakin.
Arsen berhenti berjalan menjawab pertanyaan Nanto, "Lo tau selama ini siapa lagi selain gue yang bisa mimisan tiap stress liat cogan, To???"
Mata Nanto berputar, berpikir. "Iya juga sih"
Arsen kembali berjalam cepat. "Makanya gue yakin banget dia itu... ya Allaaah... kalau sampe itu bener Adrial, dan gue kehilangan dia lagi. Berarti gue orang tua tertolol yang ngelepasin anak gue ilang gitu aja untuk yang kedua kalinya"
"Berarti belum waktunya, Sen... bukan berarti lo tolol!" ujar Nanto.
Arsen masih dengan cemasnya kemudian menghampiri toilet disana. Lelaki berusia 34 tahun itu menjajaki menelusuri orang-orang yang tengah buang air kecil disana. Tapi tak ada anak yang dicarinya itu disana.
Bahkan Nanto ikut masuk ke toilet khusus pria tersebut. Menemani Arsen yang menunggu pintu-pintu toilet itu terbuka. "Mana ya dia???"
"Bukan toilet yang ini kali, Sen!" ujar Nanto. "Toilet di Mal ini kan banyak!"
Arsen bernapas tegar, "Bentar ya, To. Tunggu dikiiiiit lagi"
Nanto manggut-manggut, "Iya"
"Eh, Tante... ini bukan toilet cewek, Tan!" cetus salah seorang laki-laki di toilet tersebut.
"Tante, tua banget gue!!! Gue bukan cewek!!!" cetus Nanto.
"Hah??"
"Iye gue laki, nape lo? Mau liat batangan gue??? Lebih gede dari punya lo!!!" cetus Nanto, geram.
"Oh, maaf, Mas. Gak tertarik" ujar lelaki itu sambil beranjak pergi.
"Yeeee, gue kepret juga lu, ah!" dumal Nanto. Lalu dia beralih pada Arsen, "Yuk, Sen! Kayaknya dia gak ada disini deh! Lagian kalau dia ke toilet cuman karna mimisan doang, paling dia cuma cuci hidungnya di wastafel aja! Gak nyampe ke dalem closet room juga kan?" tutur Nanto panjang lebar.
Arsen mengangguk, membenarkan. Dia menerima keadaan. Tapi dia tak berhenti berharap agar suatu saat ia akan ditemukan lagi oleh anak itu. Secepatnya.
"Yaudah yuk, pulang, Sen" ajak Nanto.
Arsen mengangguk. "Iya"
~
Aidan, Rabu dan Sabtu sedang asik latihan basket di lapangan indoor sekolah tersebut. Entah mengapa, basket menjadi ekstrakurikuler favorit mereka walau terasa membosankan.
Sejurus Dali masih setia menunggu Aidan di kursi basket sambil menyaksikan pertandingan Aidan bersama timnya.
"Woy!" panggil Yasmin pada Dali di kursi penonton lapangan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU 3 (END 21+)
SonstigesWARNING!!! : LGBT CONTENT (21+) CERITA MENGANDUNG KALIMAT KASAR DAN TIDAK DIPERKENANKAN UNTUK DIBACA OLEH DIBAWAH UMUR DAN JUGA HOMOPHOBIA. Dilahirkan dengan penuh perjuangan, segala penantian dan pengorbanan akhirnya berhenti disaat Aidan Tawakkal...