"Mario???" ulang Julian, tak percaya.
Arsen mengangguk, memegang kepalanya, pening.
"Kok rasanya gak mungkin ya?" tanya Julian sendiri.
"Gak mungkin gimana, Bang? Jelas-jelas si Afkar tuh ngambil anak kita! Dan Arsen yakin banget kalau Mario itu anak kandung kita. Mario itu Adrial, Bang! Arsen sendiri yang ngeliat langsung dia mimisan pas liat Arsen dan bilang kalo itu memang kebiasaannya kalo liat cogan! Tuh! Nurun dari Arsen kan, Bang?" jelas Arsen, sedikit sungut. Bukan sungut pada Julian. Tapi pada Afkar dan keadaan.
"Serius kamu, Sen?" ulang Julian, masih tak percaya.
Arsen manggut-manggut.
"Tapi kenapa aku malah ngerasa kalo Malik yang anak kita, Sen?" ujar Julian.
"Malik?" giliran Arsen yang tak percaya.
Julian manggut-manggut. "Soalnya dia lebih ke kamu gak sih miripnya. Sikapnya, gayanya, bahkan perilakunya"
"Kalo soal mirip-miripan nih, Mario tuh juga mirip Bang Yayan, Bang! Bedanya dia gak dingin dan cuek. Dia sopan, dia santun, dia bahkan..." Arsen bergetar, tak bisa melanjutkan. Dia memegang kepalanya lagi, bersandar siku di pintu mobil.
Julian turut menggenggam tangan kekasihnya itu. Menguatkannya lewat genggaman tangan tersebut.
"Arsen liat matanya, Bang. Seolah dia berbicara ke Arsen langsung. Ya Allah, kasian Adrial. Tumbuh diluar dari keluarga kandungnya sendiri. Hidup bersama keluarga yang salah. Tinggal satu atap bersama iblis selama bertahun-tahun. Kasian Adrial, Bang" jelas Arsen, menangis.
"Iya, Sayang. Iya. Kamu harus tegar ya, Sayang ya. Kita akan cari solusi dan jalan keluarnya sama-sama. Cepat atau lambat, Adrial pasti akan kembali ke kita, kedua orang tua kandungnya" ujar Julian, yakin.
Arsen masih diam, kelu rasa. Wajah Adrial terus membayanginya.
Julian mencium tangan Arsen. "Bang Yayan janji, Bang Yayan pasti akan rebut Adrial balik, kembali ke keluarganya yang sebenarnya. Ya sayang ya? Kita harus kuat. Kita harus tegar. Jangan sampai kita jatuh dan hancur. Karena itu yang Afkar pengen dari kita!"
Arsen sejurus menatap wajah Julian, lelakinya itu. Kemudian dia langsung memeluk tubuh Julian, dan menghabiskan tangisnya disana. "Tolongin, Arsen, Baaaang. Arsen butuh Adrial. Arsen kangen sama Adrial. Bawa Adrial pulang, Bang Yayaaan. Bawa Adrial pulang"
"Iya, Seeen, iya. Udah jangan nangis ya. Adrial pasti akan pulang. Kamarnya yang kosong selama belasan tahun, pasti akan digunakannya juga. Cepat atau lambat! Bang Yayan percaya akan itu!"
Arsen manggut-manggut, bersembunyi di ketiak Julian. "Makasih, Bang... Makasih"
Julian mengangguk, mengelus-elus punggung Arsen, menguatkannya.
~
"Mama kali ini benar-benar yakin, Pah! Bahwa Malik dan Mario, harus segera sekolah di luar negeri! Secepatnya!" cetus Kirana pada Imam di mobil.
"Haaaahh???" kompak Mario dan Malik yang terkejut mendengar ucapan Ibunya barusan.
"Serius, Ma?" tanya Mario.
"Yang bener, Ma??? Mama gak lagi ngeprank kita kan???' tanya Malik.
Kirana tak menjawab, hanya menoleh sebentar.
"Ini... apa-apaan sih, Ma? Kenapa jadi tergesa-gesa seperti ini?" tanya Imam, heran dengan gelagat istrinya.
"Iya nih, Ma! Dih, apaan. Kita juga baru pindah sekolah, masa udah mau pindah lagi aja?" tanya Mario.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU 3 (END 21+)
LosoweWARNING!!! : LGBT CONTENT (21+) CERITA MENGANDUNG KALIMAT KASAR DAN TIDAK DIPERKENANKAN UNTUK DIBACA OLEH DIBAWAH UMUR DAN JUGA HOMOPHOBIA. Dilahirkan dengan penuh perjuangan, segala penantian dan pengorbanan akhirnya berhenti disaat Aidan Tawakkal...