"Jadi lo dituduh nyuri uang zakat, Sen?" ulang Junior ketika Arsen mengundangnya ke rumah dan menceritakannya pada Junior di ruang tengah.
Di rumah kali ini hanya ada Arsen, Julian dan Aidan beserta ART lainnya. Tuan Arkan, Afkar dan Robert sudah pergi ke kantor.
"Gak dituduh juga sih, tapi ketuduh! Soalnya kan barang bukti ditemuinnya di kamar gua. Ya... gitu deh!" terang Arsen, sambil menopang kepalanya di bahu sofa.
"Lo keliatan pucet banget tau, lagi hamil anak kedua, juga! Jangan sampe stress dong!" cetus Junior.
Arsen menghela napasnya. "Gue kayaknya mesti keluar dari rumah ini deh, Jun!" ujar Arsen.
"Hah? Mau kemana?" tanya Junior, bingung.
"Yaa... kemana aja deh. Tinggal di rumahnya Bang Yayan juga jadi! Yang penting gua gak disini! Bisa stress gua lama-lama disini, Jun!" terang Arsen. "Gue pengen hidup tenang sama keluarga kecil gua aja! Bang Yayan, Aidan, sama calon anak kedua gua ini!"
"Yaaa... terserah lu sih, Sen! Apapun keputusan lo, gue tetep dukung kok!" ujar Junior.
Arsen manggut-manggut. "Ini Nanto kenapa sih gak bisa ikut? Sebel deh gua!"
"Ya lo makanya main dong ke rumah gua! Jangan di rumah aja! Nanto kan lagi hamil, jadi gak bisa keluar rumah dulu. Bahaya! Covid!"
"Ya terus gua boleh gitu, keluar rumah!" cetus Arsen.
"Oh iya ya. Lo kan juga lagi hamil ya?" engah Junior.
Arsen dan Junior pun tertawa terbahak-bahak. Lalu Julian sempat melihatnya dari atas balkon ruang tengah itu. Ada sedikit kecemburuan disana melihat Arsen tertawa bersama laki-laki lain yang bukan dirinya. Lantas Julian pun turun menghampiri mereka dengan bersikap sewajarnya.
"By the way titip salam ya buat Nanto, bilang makasih nih buat pudingnya! Baik banget deh dia!" ujar Arsen.
"Yaaah, semenjak hashtag dirumah aja beredar, dia jadi makin produktif gitu di rumah, Sen!"
"Oh ya?"
"Iya! Bikin ini... bikin itu!"
"Emang juara daah mama muda kitaaa!" cetus Arsen.
"Makanya deh" timpal Junior.
"Makanya Jun... lo tuh gak salah milih Nanto jadi istri lo!!!" sambung Julian tiba-tiba.
"Bang... Aidan mana?" tanya Arsen.
"Udah aku tidurin" tutur Julian, duduk disamping Arsen. Dekat sekali. Dia langsung merangkul Arsen.
"Iya, Jun... gue... beruntung dapet istri kayak Nanto" tutur Junior.
Julian tersenyum kecil pada Junior, lalu dia beralih pada Arsen, dan mengendus-enduskan napasnya pada leher kiri Arsen. Dan berbisik, "Kamu wangi banget hari ini"
Arsen menyunggingkan senyumnya, sedikit risih.
Seiring Julian menjilat leher Arsen lalu melumati lehernya dengan begitu nafsu.
Junior menundukkan kepalanya, salah tingkah melihatnya.
Arsen mencoba protes dengan menjauhkan wajah Julian dari lehernya. "Iiiihhh... Baaaaang"
"Kenapa, Sayang???" tanya Julian, lalu dia kembali lagi mencium leher Arsen sampai basah.
"Sayaaaang... malu tauuuu... ada Juniooorrr iiiihhhh" cetus Arsen sambil menjauhkan lagi wajah Julian dari lehernya.
"Loh, emang kenapaa??? Aku kan suami kamu. Dia juga udah punya istri! Kayak gak pernah ngerasain aja" ujar Julian.
"Tapi kan gak sopan, Bang Yayaaaannn" Arsen berujar pelan. "Masa mau jadi tontonan"
"Sama Afkar aja kita gapapa ditontonin. Sekarang sama Junior..."
"Ya liat kondisi sama orangnya dulu dong, Bang! Masa Bang Yayan gak bisa bandingin sih"
"Iya iya..." cetus Julian, lalu dia berujar pada Junior, "Sorry ya, Jun... bini gua orangnya emang sangean! Apalagi kalo pagi-pagi gini! Suka banget minta jatah!"
Arsen melotot, "Hah? Gak kebalik lu???" TAK! Arsen memukul penis Julian.
"Aduuuhhhh..." Julian memegang penisnya yang ngilu. "Tuh kan Jun... liat sendiri kan, kalo dia udah sange!"
Junior hanya menyunggingkan senyuman maklumnya.
"Bang Yayaaaaannn... iiiihhh" dumal Arsen.
"Gapapa. Gua seneng kok, liat kalian akur dan awet kayak gini! Terus begini ya! Jangan berantem-berantem!" tutur Junior.
"Oh, pasti dong! Masa mau berantem, ya enggak lah!" ujar Julian.
Junior manggut-manggut lagi. "Yaudah, kalo gitu... kayaknya gua mesti cabut dulu deh"
"Loh, kok buru-buru banget, Jun?" tanya Arsen.
"Iya nih, gua harus mampir ke kantor Om Yugo juga! Soalnya mulai minggu depan gua sama Bang Hema udah mau kerja disana" jelas Junior.
"Waow... mantep ya Jun!" tukas Julian. "Yaudah kalo gitu buruan, Jun! Kasian nanti Om lu nungguin! Gue sama Arsen juga mau bikin anak lagi!"
"Bang Yayaaannn!!!" omel Arsen.
Junior tersenyum lagi, "Iya Jul. Yaudah, Sen... Jul... gua duluan ya. Assalamualaikum..."
"Walaikum salam" jawab Julian.
"Kumsalam, makasih ya Jun!" ujar Arsen.
"Iya!" jawab Junior sebelum akhirnya dia benar-benar meninggalkan rumah itu.
"Bang Yayan aaaahhh!!! Gak boleh kayak gitu!!! Dia temen kita, Bang!"
"Iyaaaa... namanya juga becanda!"
"Yaudah, jadi ngentot gak?" tanya Arsen.
"Gas pooollllll!!!" Julian mengangkat tubuh Arsen lalu membawanya sampai ke kamar. Siap adu pedang lagi.
~
Afkar duduk di ruang kerja barunya ditemani Tuan Arkan dan Robert. Ia baru saja selesai mengeksplorasi gedung kantor Tuan Arkan dari mulai lantai dasar sampai lantai tiga puluh dua. Jujur saja, belum dimulai bekerja saja, dia sudah kelelahan mengitari kantor tersebut, apalagi nanti harus mulai bekerja dengan rutin, bisa mampus dia. Bahkan untuk persiapan pun, tidak ada yang ia tahu di bidang ini. Sungguh.
"Kamu di bagian administrasi dan akunting ya, Kar. Kamu kan lulusan IPS, jadi ini pasti mudah untuk kamu" ujar Tuan Arkan.
Robert tersenyum remeh pada Afkar, tak yakin dengan ini semua yang dilimpahkan kepada Afkar. "Kamu sanggup gak, Kar? Kok keliatannya kamu kayak ragu gitu, sih?"
Afkar menghilangkan rasa gugupnya, "Hah? Eng-enggak kok, enggak! Siapa yang ragu. Aku siap kok, Mas" jawabnya.
"Bagus deh kalo begitu" tutur Robert.
"Ada lagi yang ingin kamu tanyakan, atau kamu butuhkan, Kar?" tanya Tuan Arkan.
"Sebenarnya ada satu sih, Yah" ujar Afkar.
"Apa itu?" tanya Tuan Arkan.
"Mmm... boleh gak, aku minta... Julian untuk kerja disini juga? Yaaa... hitung-hitung untuk dia bantu aku disini, Yah!" pinta Afkar.
Robert yang mendengarnya langsung kepanasan. "Yang bener aja kamu! Ini tuh bukan bidangnya dia! Mana mungkin dia mau???" cetus Robert.
"Aku yakin, dia pasti mau kok, Mas" ujar Afkar, percaya diri.
"Afkar! Tapi Julian itu kan..."
"Sudah, sudah! Nanti kita tanya langsung aja dulu sama Juliannya. Kalo dia mau, ya bagus. Kalo dia gak mau, ya jangan di paksa!" cetus Tuan Arkan.
"Saya yakin seratus persen! Julian gak akan mau kerja disini!" cetus Robert, yakin.
Afkar tersenyum iblis. Penuh percaya diri. Dalam hatinya dia optimis dan bergumam, "Liat aja nanti, Beeettt!!! Aku yakin... dia pasti gak bakal bisa nolak permintaan aku! Calon istri keduanya!!! Hihihi"
TO BE CONTINUED
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU 3 (END 21+)
LosoweWARNING!!! : LGBT CONTENT (21+) CERITA MENGANDUNG KALIMAT KASAR DAN TIDAK DIPERKENANKAN UNTUK DIBACA OLEH DIBAWAH UMUR DAN JUGA HOMOPHOBIA. Dilahirkan dengan penuh perjuangan, segala penantian dan pengorbanan akhirnya berhenti disaat Aidan Tawakkal...