"Hah???" Julian terkesiap mendengar ucapan Tuan Arkan barusan.
Juga dengan Arsen yang hanya bisa menundukkan kepala, dan bersedekap. Dia tidak terlalu memperdulikan ini. Toh, hari ini akan datang juga. Lagi pula, dia merasa bahwa Afkar juga lebih berhak atas hak warisan dari Tuan Arkan.
"Tunggu dulu, tunggu dulu... terus... Arsen gimana, Mas?" tanya Robert.
"Kamu kenapa musingin dia sih, toh, dia udah dapet warisan dari Opanya. Dan saya gak akan mengganggu gugat itu semua. Makanya saya hanya membagi rata semuanya" tutur Tuan Arkan.
"Sial. Kenapa harus bagi rata sih? Kenapa gak semuanya aja buat gueee???" batin Afkar.
"Papa ini kan belum mau meninggal. Kenapa Papa semudah itu ingin membagi ratakan warisan Papa?" tanya Julian.
"Justru itu, lebih baik dari sekarang-sekarang ini, saya memproses semuanya. Agar nantinya tidak repot dan berakhir dengan saling rebut harta" cetus Tuan Arkan.
"Memangnya siapa yang mau rebut harta, Mas?" Robert tertawa kecil, "Saya ini gak gila harta. Saya gak dapet apa-apa juga gak masalah kok!" cetusnya.
"Ya kalau gitu kenapa Mas Robert gak pergi aja dari rumah ini?" ujar Afkar, seketika.
Robert melotot dengan jawaban Afkar barusan. Begitu juga dengan Julian.
PLAK!!! Satu tamparan keras mendarat di pipi Afkar sampai pipinya memerah. Arsen menampar lelaki itu dengan tidak puas. Baginya itu belum cukup dengan apa yang didengarnya barusan.
"Arsen!!!" tukas Tuan Arkan.
"Jaga omongan lo ya, Kar!!! Lo boleh hina gua, fitnah, caci maki gua atau ngotorin gua dengan mulut sampah lo itu! Tapi jangan sama Robert!!! Lo baru sebulan tinggal di rumah ini, jadi lo gak pernah tau apa-apa tentang keluarga ini!!!" tegas Arkan.
"Sen, Sen, udah, Nak! Biarin aja dia puas sama mulut kampungannya dia itu! Kamu jangan ngotorin tangan kamu cuma buat dia!" cetus Robert.
"Ayah... aku cuma becanda, Yah. Aku gak ada maksud untuk kurang ajar sama Mas Robert" cetus Afkar.
Tuan Arkan memburu napasnya, dia lalu mengambil inhaler di saku kemejanya dan dengan cepat menghirup inhaler tersebut sebelum asmanya semakin kambuh.
"Mas... Mas gapapa? Lagi, Mas. Lagi hirup inhalernya ya" tutur Robert.
"Mas Robert, aku minta maaf banget ya. Atas perkataanku tadi. Aku cuma spontan aja ngeluarin kata-kata itu. Aku minta maaf ya, Mas" tutur Afkar.
Robert hanya diam menatap Afkar sebentar, lalu kembali mengurus Tuan Arkan ke kamarnya sebentar.
Sejurus Afkar mengalihkan pandangannya pada Julian. Dilihatnya Julian yang tengah menatapnya balik. Lantas Afkar pun menyunggingkan senyumnya dan mengedipkan mata kanannya pada Julian.
"Ngapain lo ngedip-ngedipin mata ke suami gua?" tanya Arsen pada Afkar, curiga.
"Enggak kok, orang aku cuma.."
"Mau gua tampar lagi lo???" cetus Arsen.
"Arsen! Udah lah! Cukup!!!" tukas Julian seketika. "Berisik tau gak! Daritadi ribut-ribut mulu!!! Bikin ilang nafsu makan aja" Julian membanting sendok dan garpu lalu beranjak menuju kamarnya.
Arsen tercekat dengan sikap Julian yang berubah seperti itu. Dia bertanya-tanya dan menerka. Ada apa dengan Julian. Dia heran.
Sejurus Afkar tersenyum manis mengangkat alis pada Arsen. Lalu dia berteriak kecil pada punggung Julian yang berjalan menuju tangga. "Besok kita berangkat bareng ya, Juull!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU 3 (END 21+)
De TodoWARNING!!! : LGBT CONTENT (21+) CERITA MENGANDUNG KALIMAT KASAR DAN TIDAK DIPERKENANKAN UNTUK DIBACA OLEH DIBAWAH UMUR DAN JUGA HOMOPHOBIA. Dilahirkan dengan penuh perjuangan, segala penantian dan pengorbanan akhirnya berhenti disaat Aidan Tawakkal...