Robert menjerit histeris ketika dia melihat suaminya sudah terkapar tak bernyawa di rumah besar itu. Sejurus Arsen dan Julian masih dengan wajah sendu dan lemasnya kala melihat Robert yang berusaha membangun-bangunkan jenazah suaminya tersebut.
Namun apa dikata, takdir berkata lain. Tuan Arkan benar-benar sudah tak bernyawa. Tak ada napas. Tanpa nadi. Hema berusaha menenangkan Robert, tapi Robert tetap pada titik tersakitnya. Kehilangan Tuan Arkan untuk selama-lamanya adalah sesuatu yang bukan kemauannya di dunia.
Sampai proses penguburan tiba, Tuan Arkan dikubur dengan menggunakan protokol kesehatan. Dibungkus dan di masukkan dalam peti.
Awalnya pihak keluarga menolak, bahkan banyak sekali yang tak bisa mengunjungi dan mengikuti proses pemakaman karena larangan dari tim medis.
Sehingga mereka hanya dapat melihat dan mendoakan dari jarak jauh.
Rhyme In Peace, Arkan Arzafka.
~
"Turut berduka cita ya, Sen... semoga amal ibadah Om Sultan dapat diterima disisinya. Semoga dilapangkan juga kuburannya" tutur Adit.
"Amiiin... thanks, Dit" lirih Arsen, lemah.
Naufal datang bersama Farrel. Lalu dia memeluk Arsen seketika. "Maaf kita ketemu lagi malah di momen yang gak enak kayak gini, Sen... tapi... gue turut berduka cita ya, atas meninggalnya Bokap lo! Beliau orang yang baik! Sama seperti lo, Sen! Jadi lo juga harus bisa tegar dan ikhlas untuk menghadapi semua ini ya, Sen"
Bibir Arsen bergetar lagi, ingin menangis. Lalu dia mengangguk pada Naufal sambil menundukkan kepala. "Thanks ya, Pal..."
"Sama-sama, Sen... Yang tabah ya"
Arsen mengangguk lagi.
"Jul... take care of him"
Julian menganggukan kepalanya pada Naufal.
Nanto dan Junior turut memeluk Arsen, berusaha menguatkannya. Membisikkan beberapa kalimat menegar dan ikhlas. Agar Arsen dapat kuat menjalani hidupnya di dunia.
Walau ramai, rumah besar itu tetap serasa sepi di hari pertama bulan ramadan. Arsen pertama kalinya menjalani puasa pertamanya tanpa sosok seorang Ayah. Tanpa kehadiran figur ayah yang selalu memberikan perhatiannya. Mendengarkan keluh kesahnya. Menyayanginya dengan tulus.
Tadi malam, Arsen tak mau keluar kamar. Menyantap sahur hanya dengan meminum air putih. Dia masih shock dengan kepergian Ayah kandungnya tersebut. Dia seakan belum bisa mempercayai ini semua.
Berharap ada keajaiban yang dapat membangkitkan Tuan Arkan lagi. Tapi nyatanya, harapan tak sesuai dengan kenyataan. Arsen harus berusaha tegar menjalani hidup. Bersama Julian dan juga Aidan.
~
"Memangnya... selama ini kamu tinggal dimana, Pal?" tanya Farrel.
"Di Bekasi, Mas. Ikut Om disana. Kuliah disana. Dan... ini aja aku lagi liburan aja, bisa kesini" jawab Naufal.
"Ooohhh..."
"Yaahh, begitulah, Mas. Hidup harus banyak berubahnya. Kita gak bisa terus menerus diem di satu tempat yang lama-lama kita sendiri makin gak nyaman untuk ngelakuinnya" ujar Naufal.
"Betul itu. Saya setuju sama pendapat kamu!" ujar Farrel yang masih duduk di bangku taman halaman depan rumah Arsen. "Terus pacar gimana, pacar?" tanya Farrel.
Naufal tertawa kecil seketika, "Ngeledek!"
"Lah, kok dibilang ngeledek?"
Naufal tertawa manis, "Aku gak punya pacar, Mas!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU 3 (END 21+)
RandomWARNING!!! : LGBT CONTENT (21+) CERITA MENGANDUNG KALIMAT KASAR DAN TIDAK DIPERKENANKAN UNTUK DIBACA OLEH DIBAWAH UMUR DAN JUGA HOMOPHOBIA. Dilahirkan dengan penuh perjuangan, segala penantian dan pengorbanan akhirnya berhenti disaat Aidan Tawakkal...