Chapter 36

779 115 91
                                    

"Sayang... kalau aku... pengen jujur sama kamu. Kamu akan dengerin baik-baik gak?" tanya Julian. Pagi itu akhirnya dia menjadikan juga niatnya sejak semalam. Ia sengaja berpura-pura tidur lebih dulu di kamar untuk tidak ikut makan malam bersama keluarganya. Sebenarnya tujuan bukan untuk menghindari keluarga mertuanya, melainkan Afkar.

Julian malas bertemu dengan Afkar dengan ribuan pikiran liciknya di otaknya. Sehingga pagi ini sebelum sarapan, Julian yang sejak tadi malam terus kepikiran dan tak tenang akan ancaman-ancaman Afkar, ranum sudah untuk menceritakan saja pada Arsen. Lebih baik Arsen tau darinya sendiri, ketimbang tahu dari orang lain.

"Mau jujur soal apa, Bang?" tanya Arsen.

Julian terdiam sejenak, memandang Arsen jadi tak yakin seperti ini. Dia takut. Dia takut Arsen akan mengamuk, marah dan malah membencinya. Atau yang paling parah, dia akan menjauhi dan pergi meninggalkannya.

"Bang Yayaaaankuuu... Bang Yayan mau jujur soal apa ciiii???" Arsen yang tengah menggantikan popok Aidan itu turut penasaran.

Tok tok tok... Suara pintu kamar yang setengah terbuka itu terdengar. Afkar disana sudah siap dengan kemeja kerjanya.

Julian langsung menatap Afkar tidak suka. Arsen memutar bola matanya, "Mau apa?"

"Ditunggu Ayah sarapan di bawah. Julian juga. Katanya, Ayah pengen ngomong" ujar Afkar.

"Yuk, Bang, makan yuk! Arsen udah laper banget nih" ujar Arsen.

"K-kamu duluan aja ke bawah, nanti aku nyusul kalo Aidan udah tidur ya" tutur Julian.

"Bang Yayan tapi mau ikut sarapan kan? Apa Arsen mau anterin aja makanannya?" tanya Arsen.

"Mau gabung kok. Kan Papah juga mau ngomong" jawab Julian.

"Yaudah... Arsen turun duluan ya, Bang"

"Iya, Sen" ujar Julian.

Arsen melangkah keluar kamar, lalu dia melewati Afkar yang masih di ambang pintu. "Ngapain masih disini? Gak ikut sarapan juga???"

"Oh, aku mau ke kamar dulu sebentar, dompet ketinggalan, Sen!"

"Yaudah, kamar lo kan di depan tuh. Ngapain masih di kamar orang???" cetus Arsen.

Afkar terdiam, gelagapan.

"Emang yah, rumput tetangga emang lebih hijau daripada rumput sendiri!" cetus Arsen. "Awas lo macem-macem!" ancamnya, lalu turun meninggalkan Afkar di depan kamar.

Sejurus Afkar melihat Arsen yang sudah turun menuju dapur, lalu dia segera masuk ke kamar Julian.

"Mau apa lo, hah???" tanya Julian ketus sambil meninabobokan Aidan dalam gendongannya.

"Julian sayaaang, jangan galak-galak dooong. Atau enggaaak"

"Atau apa??? Lo mau ngancem gua lagi! Terserah lo! Gue gak peduli! Karena hari ini juga, gua bakalan jujur sama Arsen tentang kejadian itu! Dan gue akan cerita semuanya soal kebusukan lo yang ngejebak gua malam itu! Kita tinggal liat aja, siapa yang bakalan dia percaya. Suaminya sendiri... atau orang yang selalu ngefitnah dia!"

Afkar tertawa kecil, "Ow, silahkan aja, Jul! Terserah kamu, kalau kamu mau jujur sama dia! Aku sih gak masalah!"

Julian menekuk alisnya. Apalagi kali ini maksud si iblis satu ini. "Apa maksud lo?"

"Yaaa... seperti yang kita tahu ya, Arsen itu kan... lagi hamil muda, anak kedua. Dia gak boleh stress kan? Otomatis, dia gak boleh mikirin hal yang berat-berat dulu! So... kalo emang kamu kejam, kepengen Arsen itu cepet stress, tertekan dan keguguran... silahkan aja, bongkar semuanya, Jul! Aku gak masalah kok! Toh, aku gak bakal rugi apapun! Aku tetep anak kandung Tuan Arkan, sementara kamu dan Arsen???"

STUCK ON YOU 3 (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang