Chapter 44

791 126 90
                                    

"Kenapa dia gak mau pulang, Bert? Apa Arsen marah sekali sama Julian? Terus kenapa Julian malah ikutan gak pulang ke rumah ini?" tanya Tuan Arkan.

"Julian lagi nenangin diri di rumahnya, Mas. Begitu juga dengan Arsen yang untuk sementara tinggal di rumah..." Robert terdiam sebentar, takut-takut untuk menjawab.

"Di rumah siapa???" ulang Tuan Arkan sekali lagi.

Robert harus jujur. Dia tak ingin menyimpan kebohongan sekecil apapun pada suaminya. "Di rumah Mas Hema, Mas"

Tuan Arkan terkesiap, "Hema! Ngapain dia di rumah Hema??? Kayak gak ada tempat tinggal lain saja. Di apartemennya kek. Hotel kek. Kenapa harus di rumah orang itu!"

"Mas..."

"Jangan-jangan Hema sengaja lagi, berbaik-baik pada Arsen. Supaya dia bisa mendapatkan kamu kembali!" cetus Tuan Arkan.

"Mas Arkan... tolong lah, mikirnya gak usah macem-macem dulu" tutur Robert sambil diam-diam mengambil sisa rambut suaminya yang rontok di bantal.

"Sama dia tuh gak bisa gak mikir macem-macem! Patut dicurigain! Kamu gak inget dia ke kita dulu kayak gimana??? Saya aja sampe di fitnah, Bet!!!" cetus Tuan Arkan panjang lebar.

"Udah ya, Mas. Saya gak mau membahasnya. Cuma akan nambah masalah kita aja! Arsen itu tinggal di rumah Hema, atas suruhan Junior juga! Dia kan sepupuan. Soalnya kalau di rumahnya Pak Yugo, lebih gak enak lagi nanti suasananya. Mana Tasya kan lagi hamil juga" ujar Robert.

"Terserah kamu lah, Bert! Belain aja anak sama mantan kamu itu" tutur Tuan Arkan, memalingkan wajahnya dari Robert.

Robert hanya bisa menghela napas sabarnya sambil beranjak dari duduknya di kasur tersebut. Ia tak memperdulikan ucapan Tuan Arkan barusan, dia hanya memikirkan Arsen dan Afkar saat ini.

Sejurus Robert pun kembali ke rumah Hema dan menginformasikan bahwa dia telah mendapatkan yang dibutuhkan mereka. Rambut Tuan Arkan.

"Yaudah, kalau gitu... Arsen, Robert sama Junior ke rumah sakit dan segera urus tes DNA-nya Arsen sama Tuan Arkan ya!" Hema memberi instruksi.

"Baik, Mas" Robert, Arsen dan Junior manggut-manggut, paham.

"Nah, kamu, Julian. Langsung saja pulang ke rumah kamu ya!" ujar Hema.

"Kok ke rumah saya, Mas? Gak disini aja?" tanya Julian.

Hema menggeleng, "Afkar pasti akan cari tau tentang kamu, Jul. Mau gak mau kamu harus tinggal disana untuk sementara ini. Sampai dia tau dan yakin kalau kamu dan Arsen memang lagi pecah belah. Nah, makanya saya suruh kamu untuk tinggal dulu dirumah kamu! Untuk ngelabuin si Afkar. Paham kan?" ujar Hema panjang lebar. "Nanti saya nyusul!"

"Oke, siap Mas Baik!" jawab Julian.

"Oke... bismillahirrahmanirrahim... yel yel dulu dong!" ajak Hema menjulurkan telapak tangannya ke depan.

Yang lain turut tersenyum dan semangat, menjulurkan telapak tangan kanan mereka masing-masing menempel satu sama lain.

"Inget kan kata-katanya tadi?" tanya Hema.

"Inget laaah..." jawab Junior.

"Oke..." Hema bersuara lantang, "Arjul together...???"

Dengan lantang pun serta semangat yang tinggi, mereka kompak berteriak, "ARJUL FOREVER!!!"

"Oke! Go go go! Semangat!" Hema memberi komando. Mereka semua pun melaksanakan tugas mereka masing-masing sesuai dengan rencana.

~

"Kenapa, Sen???" tanya Junior di mobil begitu dia sejak tado melihat Arsen nampak tak tenang.

"Kok gue deg-degan gini ya, Jun? Aku takut ini gak berhasil, Bupeerr" ujar Arsen pada Junior lalu Robert.

STUCK ON YOU 3 (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang