Half-Blood Prince 2

250 28 0
                                    

Aku dan Harry datang ke Great hall bersamaan. Draco menatapku dengan sinis. 'Apa aku berbuat salah padanya?' kataku dalam hati berusaha mengacuhkannya. 'Darimana saja? Kenapa wajahmu berlumuran darah?' tanya Hermione. 'Aku tadi berniat membantunya tapi dia menginjak kakiku.' kataku sinis pada Harry. Dumbledore menjelaskan bahwa Slughorn akan mengajar di kelas ramuan. Dan PTIH akan diajar oleh Profesor Snape. Semua orang bertepuk tangan kecuali Draco dia tampak memikirkan sesuatu. Aku Harry dan Ron tertawa melihat anak yang baru memasuki Hogwarts mereka terlihat lucu. Kemudian aku dan Harry dipanggil Profesor McGonagall dan disuruh untuk memasuki kelas ramuan. 'Harry kenapa kau tidak menolaknya. Aku baru pertama kali merasakan bebas dari jam pelajaran. Ah sial!' kataku pada Harry. Harry dan Ron hanya terkekeh. Kami bertiga memasuki kelas ramuan, Draco melihat ke arahku dan langsung memalingkan mukanya. Kau tahu aku lebih merasa sakit hati saat dijauhi dan tidak mengerti apa kesalahanku. 'Harry, aku mulai cemas. Kau mengajak seseorang' kata Slughorn. 'Ah aku [y/n], [y/n] Aeera Zeen. Dumbledore pernah mengajakku untuk bertemu denganmu bersama Harry' kataku padanya. 'Tentu saja aku tahu. Aku hanya menanyakan laki-laki berambut merah itu' jawab Slughorn. Semua orang menahan tawa termasuk Harry dan Ron. Aku mengijak kaki mereka dengan sekuat tenaga. Mereka langsung terdiam.

Kami menuju lemari untuk mengambil bukunya. Saat kami membuka lemarinya hanya tersisa satu buku. Kami saling menatap satu sama lain dan berebut buku itu. Saat Ron mendapatkan bukunya, ternyata masih tersisa dua. Kami bertiga kemudian tertawa bersama. Slughorn menjelaskan tentang ramuan Amortenia pada kami. Dia juga menjelaskan ramuan keberuntungan. Dia akan memberikan ramuan keberuntungan kepada murid yang bisa membuat tegukan hidup bagai mati. Kami mulai mencoba membuatnya. Ron entah memotong apa dan itu terlempar ke dahiku. 'Ron taik!' kataku pada Ron. Hermione tertawa melihatku. Aku sebenarnya tak terlalu tertarik dengan ramuan itu, dan hanya berjalan-jalan melihat yang lain. Semua orang serius membuatnya kecuali aku, aku melihat seamus yang meledak lagi. Aku tertawa dan mendapatkan lemparan buku dari Seamus. Harry berhasil dan mendapatkan ramuan keberuntungan itu. Aku tidak tertarik karena kalau aku mau aku bisa meminta ayah baptisku membuatkannya untukku.

Saat aku berjalan-jalan dilorong aku melihat Draco memasuki ruang kebutuhan. Aku mengikutinya dari belakang. 'Kau mengikutiku Potter?' teriak Draco. 'Ah.. emmm.. maaf' kataku padanya. Draco langsung melihat ke arahku. 'Pergilah' ucapnya dingin. 'Kenapa kau mengacuhkanku? Apa aku berbuat salah padamu?' tanyaku padanya. 'Kubilang pergi' teriaknya padaku. Aku mulai menangis dan langsung memeluk Draco. 'Kau tidak pernah memarahiku seperti ini!' kataku sembari memeluknya. 'Aku... Aku merindukanmu Drake' lanjutku lagi. Draco tidak membalas pelukanku dan hanya terdiam. 'Jika kau bersamaku kau akan terluka. Aku tidak bisa melindungimu.' katanya padaku. 'Aku bisa melindungi diriku sendiri bodoh. Aku tidak akan terluka asal kau bersamaku' kataku sambil menangis. Draco mencoba menenangkanku. Kami duduk bersebelahan, aku melihat Draco mencoba menutup tangannya. Aku menarik tangan Draco dan mengangkat bajunya agar aku bisa melihat apa yang ada di tangannya. Itu lambang Death Eatters, aku sebenarnya sudah tau ini akan terjadi. Karena kedua orang tuanya juga Death Eatters.

Draco mulai menangis dan aku langsung memeluknya. 'Kau tidak takut padaku? Aku orang jahat' katanya padaku. 'Aku tidak takut padamu kau orang baik. Aku tahu pasti ada alasan kenapa kau mau bergabung dengan mereka' kataku padanya. 'Aku melakukannya karena dia mengancam akan membunuh ayah dan ibuku' katanya masih terisak. Aku memeluknya lebih erat aku tau bagaimana rasanya kehilangan orang tua. 'jika aku berada diposisimu. Aku juga akan melakukan hal sama untuk melindungi orang yang ku sayangi. Apa karena ini kau menjauhiku?' kataku padanya. 'Iya' jawabnya singkat. 'Sekarang apa tugasmu?' tanyaku padanya. 'Membenarkan lemari ini untuk jalan Death Eatters masuk' katanya sedikit berat. 'Saat itu tiba. Kau harus meninggalkan Hogwarts agar tak terluka' katanya lagi. 'Aku berada di Hogwarts untuk melindungi Hogwarts dan melindungi teman-temanku termasuk dirimu Drake. Aku akan melawannya agar kau tidak menjadi pengikutnya lagi. Dan aku juga tahu ayah baptisku seorang Death Eatters.' kataku mencoba menenangkannya. Draco menaruh kepalanya diatas pahaku, dan memainkan cincinnya. Aku mengusap rambutnya untuk membuatnya merasa tenang.

Aku menonton anak Gryffindor yang berlatih Quidditch. Sebenarnya aku juga disuruh untuk melatih Quidditch tapi aku malas jadi aku hanya menonton. 'Mione aku tahu kau menggunakan mantra' kataku pada Hermione. Hermione hanya terkekeh. 'Kau tahu aku juga seorang pelatih, kau akan kena masalah kalau aku berbicara pada Harry.' lanjutku dia memohon agar aku tidak membicarakannya pada Harry. Kami berempat berada di ruang rekreasi dan Ron yang berbangga akan dirinya. 'Hei kalau aku tidak keluar dari Quidditch. Kau tidak mungkin terpilih' kataku pada Ron. 'Tapi kau keluar' ejek Ron padaku. 'Kalau aku terus bermain Quidditch aku akan bodoh sepertimu dan tidak bisa melindungi orang-orang' kataku lagi. 'Kau memang bodoh. Bodoh!' kata Ron padaku. Aku berbaku hantam ria dengan Ron. Hermione dan Harry hanya menggelengkan kepala. Sekarang giliran Hermione dan Harry yang berebut buku yang tadi didapatkan Harry. Ginny mengambil bukunya dari Harry. 'Siapa Half-blood Prince?' tanya Ginny. 'Siapa?' tanya Hermione pada Ginny. 'Itu tertulis disini buku ini milik Half-Blood Prince' kata Ginny lagi. 'Waw Harry yang narsis. Aku akan menamai bukuku Pure-Blood Queen eaaa' kataku mengejek Harry. Harry memukulku dengan buku itu. 'Kau bisa memberitahuku Harry.' bisikku pada Harry. Harry hanya mengangguk.

Aku dan ketiga sahabatku pergi untuk meminum Butterbeers. Harry dan aku melihat Draco memasuki ruangan. Aku dan Ron melihat Ginny sedang bermesraan. 'Wew anjay. Adik kecilku yang imut sekarang sudah dewasa. Aku harus mencari adik kecil imut lagi' kataku pada ketiga sahabatku. 'Jujur saja dia hanya berpegangan tangan' kata Hermione dan melihatnya lagi 'Dan berciuman' lanjutnya. Aku dan Hermione terlalu banyak meminum Butterbeers dan akhirnya mabuk. Saat kami akan pulang seseorang berteriak, aku berhenti dan mengerjapkan mata yang terasa berat. 'Aku sudah mengingatkan. Untuk tidak menyentuhnya' kata perempuan yang menjerit tadi. Kemudian perempuan itu terbanting kesana kemari dan terbang lalu jatuh kembali. Hagrid kemudian mengangkat tubuh wanita itu. Aku dan Harry mendekat melihat apa yang disentuh anak itu. 'Sebaiknya kau tak menyentuhnya. Kau bisa menyentuh bungkusnya saja' jelas Hagrid tapi aku sudah menyentuhnya. Harry langsung menepis tanganku 'Bodoh!' teriak Harry. 'Tapi aku tidak apa-apa, Hei lihatlah rambutku berubah menjadi putih lagi' kataku pada mereka. 'Dia mabuk! Dia benar-benar mabuk!' teriak Ron. Ron dan Harry langsung membopongku ke kastil dan diikuti Hermione. Mereka membawaku ke kamar dan meninggalkanku. Aku keluar untuk mencaro ketiga sahabatku dan menuju menara astronomi. 'Hai Drake!' kataku sambil tersungkur karena pusing.

Draco Pov

'Hai Drake!' seseorang memanggil namaku, aku berbalik dan melihat [y/n] terjatuh. Aku langsung menolongnya. Wajahnya pucat dan pipinya merah dia pasti sedang mabuk. 'Drakie, Drakie' katanya padaku aku tersenyum melihatnya begitu lucu saat mabuk. 'Hei Malfoy! Kau tidak boleh menghina sahabatku Mione! Atau aku akan memukulmu' teriaknya padaku dan memukul-mukul dadaku. Dia benar-benar aneh saat mabuk. 'Hei Drake! Hidup itu tak terlalu manis. Entah bagaimana kau bisa bertahan, itu saja. Maka kau akan menemukan beberapa hari yang cerah. Begitulah waktu akan berlalu' katanya xa langsung tertidur dipangkuanku. Aku menangis mendengar kata-katanya. Dia selalu ada untukku dan menerimaku disisinya. Aku menciumnya dan mengelus rambutnya. Rambutnya banyak berubah menjadi putih, Wajahnya juga memucat. 'Aku menyukaimu' gumamku.

Draco pov end

Crazy Girl In HogwartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang