Part 15

473 72 5
                                    

•Falling For You•

Happy Reading
📖

Arthur menyeka rambutnya kebelakang seraya menghembuskan nafas panjang. Tatapannya terkunci pada sosok wanita yang sedang tertidur pulas. Ia pun Menoleh ke arah jendela, hari sudah beranjak siang. Dan dirinya masih berada di dalam selimut tebal.

Mengulurkan tangannya dan mengusap pipi Steva dengan gerakan lembut. Ia benar-benar tidak menyangka jika Steva adalah wanita yang berhasil membuatnya hilang kendali. Wanita cantik ini berhasil membuat sisi liarnya terus membara. Di saat seperti ini ia merasakan sesuatu yang aneh.

Tidak mungkin... Ini pasti hanya sementara. Kau hanya mencintai Hanna. Ingat hanya wanita itu yang boleh kau miliki. Arthur membatin.

Arthur berusaha mengelak perasaannya itu. Dia tidak mungkin menyukai Steva. Tidak bisa di pungkiri jika Steva memiliki paras cantik. Tubuhnya yang langsing, adalah tipe idealnya. Di tambah Steva ahli dalam memuaskan nafsunya. Itu adalah paket lengkap.

Menghela nafas, Arthur nampak melamun. Ia pun beranjak dari tempat tidurnya. Mengambil ponsel di atas meja nakas. Dalam keadaan bertelanjang, Arthur berjalan mengambil handuk untuk menutupi miliknya. Kemudia ia duduk di sofa.

"Kira-kira apa yang sedang dia lakukan sekarang" tukasnya. Ia pun menghubungi nomor Hanna.

Kerutan di keningnya langsung nampak, saat panggilan telefonnya tidak mendapatkan jawaban. Ia pun mencoba kembali, namun tetap sama tidak ada jawaban. Dan akhirnya ia pun mengirim pesan. Ia juga melacak keberadaan Hanna. Dan ternyata tunangannya itu masih di penthouse.

"Kenapa dia tidak menjawab telefonku?" ucapnya pelan sambil menatap layar ponselnya. Bahkan pesannya pun belum di balas.

"Apa yang membuat kerutan di keningmu itu muncul?!"

Arthur langsung menoleh dan melempar ponselnya ke atas meja. "Nothing... Aku hanya mengirim pesan pada Daddy"

Steva beranjak sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang naked. Berjalan menghampiri Arthur dan kemudian duduk di atas pangkuannya. Mengusap rahangnya yang tegas dan memberikan kecupan singkat.

"Kenapa kau terlihat sangat tampan" ucapnya memuji.

"Cht... Apa kau sedang membual?"

Steva menggeleng dan meloloskan selimutnya. Mengalungkan tangannya di tengkuk Arthur dengan senyum tipis. Arthur mengeluarkan smirk khasnya saat Steva membuka selimut di hadapannya.

"Aku tidak pernah membual. Aku berbicara sesuai dengan fakta kalau kau itu tampan" balasnya.

Arthur nampak tersenyum, kedua tangannya langsung memainkan dua undakan kenyal milik Steva. "Benarkah?!"

Steva hanya mengangguk sambil memperhatikan wajah Arthur. Tatapan mata itu berhasil menghipnotisnya. Remasan pada miliknya berhasil membuatnya memejamkan mata sambil menahan desahan. Namun nyatanya ia tidak bisa menahan itu. Ia mengeluarkan desahannya saat Arthur menghisapnya. Memainkan lidahnya pada puting miliknya dan itu berhasil membuat tubuhnya merinding.

"Aneh sekali jika tunanganmu membiarkanmu menahan diri seperti ini" tukas Steva di sela desahannya.

Arthur berhenti bermain dan kembali menyandarkan tubuhnya. "Dia menjaga nasihat mendiang ibunya. Memang membosankan dan terkesan kuno, tapi mau bagaimana lagi"

"Kenapa kau tidak mengakhirinya saja" balas Steva.

Mendesah panjang Arthur menyeka rambutnya kebelakang. "Itu tidak bisa aku lakukan"

Falling For HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang