بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ
.
.
Happy reading ❤
.
.
.🚗🚗🚗
Setelah semalaman di guyur hujan deras pagi ini matahari nampak mengeluarkan sinar terangnya. Di hari jum'at hari yang paling istimewa dari segala hari, Ara mengajak Baim untuk berziarah ke makam sang ayah. Sudah dua tahun terakhir ini Ara membiasakan Baim untuk bertemu ayahnya setelah sang putra dengan polosnya menanyakan keberadaan ayahnya Ara langsung membawa nya ke makam sang suami.
"bunda ayo cepet nanti keduluan sama Nena." ucap Baim semangat
Ara yang sedang memakai khimarnya pun menyahut. "iya sayang sebentar."
Ara keluar dari kamarnya sambil membawa tas, "ayo sayang."
Ara menggenggam tangan Baim menuju taksi online yang sudah ia pesan. Nyatanya menjadi orangtua tunggal tak sesulit yang ia bayangkan. Atau ia belum merasakannya. Mungkin.
Tak butuh waktu lama untuk sampai di pemakaman umum tempat mendiang suaminya di kebumikan. Sebelum masuk kedalam pemakaman Ara terlebih dulu membeli bunga dan air mawar.
Setiap jum'at memang ia rutinkan untuk berziarah ke makam sang suami dan makam abi nya yang kebetulan satu komplek pemakaman karena hari jum'at adalah waktu terbaik untuk berziarah. Banyak hikmah yang dapat diambil dari berziarah kubur. Salah satunya untuk mengingat pemutus kenikmatan yaitu kematian.
"Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan”, yaitu kematian" (HR. Tirmidzi)
Setelah dari makam Abi nya, Ara membiarkan Baim berjalan lebih dulu. Bocah kecil itu selalu antusias setiap berkunjung ke 'rumah ayah' nya.
"assalamualaikum ayah." ucap Baim yang langsung mencium nisan ayahnya
Ara tersenyum melihat tingkah Baim. Ia berjongkok disamping Baim sambil membersihkan dedaunan kering di atas pusara suaminya di ikuti oleh putra nya.
"yah, aku bawain bunga cantik, lho. Kayak bunda, cantik. Nanti rumah ayah jadi tambah indah kalau pake bunga ini." Baim menaruh bunga lily putih kesukaannya di atas pusara sang ayah
"ayo berdoa dulu, sayang."
"bismillahirahmanirahim Rabbighfir lii Waliwaalidayya Warhamhumaa Kamaa Rabbayaanii Shagiiran."
"ya Allah ampunilah dosaku dan dosa kedua orangtuaku sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku di waktu aku masih kecil. Aamiin." Baim mengusap wajahny menggunakan telapak tangan.
Ara mengikuti Baim, lalu ia mengusap kepala sang putra dengan sayang.
"bunda aku main di sana ya." tunjuk nya di bawah pohon kamboja yang tal jauh dari makam sang ayah tempat berteduh favorit Baim.
Ara mengangguk, "jangan jauh-jauh ya, sayang."
Selalu seperti itu. Setiap kali Bunda nya berdoa Baim tak mau mengganggu ia lebih memilih duduk di bawah pohon kamboja. Kebiasaan yang sudah ia lakukan dua bulan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa Untuk Baim (Selesai)
General Fiction✔ follow sebelum membaca cerita ini ✔ usahakan membaca cerita 'Penghujung Takdir' lebih dulu agar tau asal usul tokoh di cerita ini ⚠ cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan tokoh, tempat dan latar belakang itu adalah kebetulan semata tida...