epilog

21.2K 1.5K 13
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ
.
.
Happy reading ❤
.
.
Jangan lupa vote sebelum baca
.
.

🚗🚗🚗

Hari demi hari telah berlalu. Musim ke musim pun silih berganti. Kehidupan manusia ada masa nya. Ada saatnya kita berada di bawah. Bukan untuk meratapi nasib melainkan untuk bersyukur.

Kadang kala Allah memberikan cobaan pada hambanya karena ia rindu mendengar keluh kesah hambanya. Namun terkadang kita malah menyalahkannya. Bukannya mendekat malah menjauh. Naudzubillah.

Setiap cobaan pun memiliki makna yang terkadang kita menyadarinya setelah cobaan itu berlalu.

Ara bersyukur. Dibalik sedihnya kehilangan suami pertamanya, Allah hadirkan Baim sebagai pengganti nya. Di balik sakitnya kehilangan sang ibu, Allah hadirkan Rayhan sebagai pelipur lara nya.

Tidak ada rumah tangga yang tidak di uji.

Di pernikahan pertama nya Ara di uji dengan kehilangan.
Di pernikahan keduanya banyak rintangan dan cobaan yang sudah dan akan ia jalani sampai sisa waktu yang telah Allah tentukan untuknya.

Sebagai nahkoda, tentu Rayhan ingin membawa kapalnya berlayar hingga pelabuhan terakhir bernamakan surga. Dan tentu jalan yang harus di lalui nya itu tidak mudah. Banyak kerikil tajam atau bahkan bebatuan yang terjal akan mereka hadapi. Namun, lagi, sebagai nahkoda Rayhan harus bisa menjalankan kapalnya dengan baik agar tidak karam di sapu ombak.

Dari kejadian waktu itu Rayhan belajar banyak hal. Tidak ada ibu yang ingin melihat anaknya menangis. Rayhan ingat dulu saat ia masih kecil, ibunya akan melakukan apapun agar ia tersenyum. Meski Rayhan tau di balik itu semua ada pengorbanan besar seorang ibu.

Dua tahun terakhir ini, banyak kejadian yang tidak pernah mereka duga. Banyak hal yang mereka lalui bersama dengan keluarga kecil mereka. Dari mulai permintaan maaf Wardah, perkembangan dua bayi kembar mereka. Sampai Ara di nyatakan sembuh dari amnesia nya.

Setelah kejadian dimana Rayhan mengembalikan Wardah pada pihak keluarganya disaat itu pula ingatan Wardah kembali. Dan tepat saat Rayhan dan Ara mengadakan acara tasyakuran aqiqah bayi kembar mereka, Wardah datang dan meminta maaf karena sudah menjadi duri dalam rumah tangga mereka. Ara bersyukur Allah kembalikan lagi ingatan Wardah.

Mengenai perkembangan si kembar, bocah gembul itu kini berusia dua tahun. Baim selaku kakak yang baik ia memperlakukan kedua adik kembarnya bak seorang sahabat. Baim selalu membantu Ara untuk menjaga si kembar kala Rayhan sedang bekerja. Pernah suatu hari saat Baim menginap di rumah Nena nya dia bahkan sampai menangis terus menerus di tengah malam hanya karena merindukan si kembar. Mira yang saat itu baru tertidur pun mendengar isak tangis Baim di kamarnya. Mau tak mau Mira mengantarkan Baim pulang ke rumahnya daripada melihat Baim menangis semalaman. Sejak kejadian itu Mira dan Tama mengalah dan lebih memilih menginap di rumah Ara dan Rayhan.

Ara dan Rayhan pun tidak keberatan akan hal itu, justru Ara sangat tidak enak dengan Mira karena Mira banyak membantu Ara dalam mengurus bayi kembarnya.

Saat ini bayi kembar mungil sudah menjadi batita yang menggemaskan. Bahkan tak jarang mereka membuat Ara kewalahan karena tingkahnya yang aktif. Beruntungnya Baim sebagai kakak yang baik selalu menjaga dan melindungi adik kembarnya kala sang ibu kerepotan dan sang ayah sedang bekerja.

"yan ni puna Ey!"

"puna An!"

Ara tengah pusing melihat tingkah anak kembarnya itu. Selalu saja ada yang di perebutkan, padahal jika Rayhan membelikan mainan pasti harus dua cuma berbeda warna. Ah, sepertinya jika Rayhan membelikan mainan untuk si kembar harus berwarna sama.

Papa Untuk Baim (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang